Ini Penjelasan Pakar Mantan, Kenapa Puan Tak Direshuffle...???

Monitorriau.com - Sejak tahun lalu, reshuffle pertama, orang sudah banyak yang bertanya kenapa Puan Maharani tidak diganti? Mengingat dia nyaris tidak melakukan apa-apa.

Pada reshuffle kedua, pertanyaan tersebut semakin kencang. Sedalam-dalamnya indikator analisa yang saya bagikan, langsung mentah hanya dengan satu kata: Puan. Misal, saya bilang Jonan berkompeten tapi tidak loyal atau Sudirman Said diganti oleh yang lebih berkompeten, semua analisa tersebut menjadi sangat meragukan karena Puan tidak memiliki keduanya.

Muncul pertanyaan, apakah Puan berkompeten? Apakah loyal terhadap Presiden? Ketika saya ditanya seperti itu, biasanya saya balik apakah Puan tidak berkompeten? Apakah tidak loyal? Sebab untuk menilai Puan saya pun bingung dan kesulitan, keberadaannya antara ada dan tiada.

Jika ada pembaca yang bertanya-tanya mengapa Puan tidak diganti? Kalian harus paham bahwa saya lebih penasaran dari yang kalian semua. Muncul pertanyaan apakah Pak Jokowi takut dengan mamak banteng? Takut dilengserkan PDIP? apakah posisinya tidak kuat? Dan sebagainya.

Kemarin saya tanya dengan informan seword.com, katakanlah salah satu orang yang cukup dekat dengan Presiden Jokowi secara politik, lalu saya tanyakan semua pertanyaan di atas.

“Pak Jokowi gapapa Mas, politiknya kuat, tapi buat apa? Mas mau ribut-ribut apa mengharap perbaikan lebih banyak?”

Saya terdiam. Kemudian beliau menyimpulkan bahwa Puan Maharani seperti tumor jinak di otak. Tumor jinak ini tidak membahayakan, namun kalau kita mau operasi pasti membahayakan, 80% gagal. Jika itu tumor jinak, mengapa harus kita operasi?

Tapi saya tidak puas dengan jawaban seperti itu, kalau Puan direshuffle dan Jokowi tidak apa-apa, kuat secara politik dan posisi tawar, mengapa tidak dipecat saja? Sebab jika PDIP tidak mendukung, partai lain pasti mau mengusung.

“Buat apa Mas? Hasilnya lho apa dari menghabiskan energi untuk itu? Toh posisi Puan di kabinet juga ga penting-penting amat,” pungkasnya.

Dari poin-poin penting diskusi tersebut, saya jadi paham mengapa Presiden Jokowi tidak mereshuffle Puan? Perumpamaan tumor jinak di otak adalah contoh sempurna dan sangat masuk akal. Bedanya, jika tumor tersebut dioperasi akan sangat beresiko pada pengidapnya, semetara kalau Puan direshuffle sebenarnya tidak masalah. Hanya yang pasti akan ada ribut-ribut politik dan pada akhirnya tidak kondusif atau produktif.

Jokowi orang Solo, beliau tipikal orang yang tidak mau ribut-ribut atau konfrontatif terbuka. Selain itu, jika melihat posisi Puan sebenarnya memang tidak penting-penting amat. Apa sih tugas Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan?

Saya melihat tugas Menko adalah koordinasi dengan kementerian yang dibawahinya. Namun kalau Menko nya mandul, menterinya bisa tetap jalan. Nah Puan membawahi Menkes, Menpora, Mendikbud, Mensos, Menteri perlindungan perempuan dan anak, Menristek, dan Menteri pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi.

Selama ini, saat salah satu kementerian tersebut menghadapi masalah, Jokowi biasanya yang menangani langsung. Contohnya saat pembekuan PSSI, Imam Nahrowi langsung koordinasi dengan Presiden. Dalam wawancara dengan Karni Ilyas, sempat dibahas soal pembekuan PSSI. Saya ingat betul Presiden bilang begini:

“Ya kan menterinya harus didampingi…jadi ya sudah dampingi,” jawab Jokowi dengan nada berat.

Sekarang saya baru paham, sepertinya Menko yang ditempati Puan ini memiliki perhatian tersendiri bagi Jokowi. Karena mungkin memang sudah disadari bahwa Menko tersebut antara ada dan tiada. Yang terbaru, soal vaksin palsu, Presiden juga menaruh perhatian besar terhadap kasus tersebut.

Jokowi pintar menempatkan Puan sebagai Menko paling tidak perlu koordinasi. Sehingga kalaupun Puan cuti jalan-jalan ke Raja Ampat juga tidak masalah, menteri-menterinya bisa tetap jalan. Berbeda dengan Menkopolhukam, Menko Maritim dan Menko Ekonomi, ditinggal Menkonya bisa berantakan. Puan mungkin bangga menjadi Menko, padahal itu karena Puan memang diprediksi tidak mampu lakukan apa-apa. Kalau ditempakan sebagai menteri biasa malah bisa fatal karena nanti tidak ada yang dikerjakan.

Ya tidak penting itu dapat diartikan tumor jinak di otak, tumor sih, tapi jinak. Daripada dioperasi yang harus mengeluarkan biaya besar dan kemungkinan bermasalah dengan keseluruhan tubuh, mending dibiarkan saja sambil terapi herbal dan sebagainya. Kalau Puan direshuffle, harganya adalah hubungan Jokowi dan PDIP pasti memburuk. PDIP akan jadi satu-satunya partai yang paling oposisi, jauh lebih oposisi dibanding Gerindra atau Demokrat. Dan itu akan mengganggu seluruh menteri yang ada.

Bahwa saat ini banyak orang yang mempertanyakan mengapa Puan tidak direshuffle? Itu jadi terapi bagi Puan sendiri. Apakah akan menjadi tumor ganas atau sembuh? Masyarakat sudah bisa menilai, Jokowi tak perlu mengganggu Puan pun masyarakat sudah paham. Jokowi tak perlu mempermalukan Puan dengan mereshufflenya, karena tanpa direshuffle pun Puan harusnya malu jika tidak memperbaiki kinerjanya.

Saya juga mengakui bahwa Puan ini bermasalah, tapi akan lebih bermasalah kalau direshuffle. Sementara pekerjaan besar kita masih sangat banyak. Banyak yang lebih penting dari sekedar ngurusi Puan. Asal tumor tersebut tetap jinak, maka tak perlu operasi. Tapi jika sudah ganas, Jokowi pasti langsung membedahnya sendiri.

 

Begitulah kura-kura.

 

sumber: seword.com

Baca Juga