Berikut Deretan Tindakan Keras Duterte dalam Memerangi Narkoba di Filipina

MonitorRiau.com - Presiden Filipina yang baru terpilih Rodrigo Duterte kini menjadi sorotan internasional lantaran tindakan kerasnya terhadap para pengedar dan pecandu narkoba. Dia tidak segan-segan menembak mati para pengedar dan pecandu narkoba karena dianggap sudah merusak masyarakat.

Tak hanya para penjahat barang haram yang menjadi incaran, para pejabat pun tidak luput dari target memerangi narkoba. Rodrigo telah mengumumkan nama-nama pejabat mulai dari pejabat pemerintahan, para hakim, anggota Kongres, dan petinggi militer yang terindikasi terlibat dalam perdagangan narkoba.

Menurut situs berita Rappler, total ada 158 nama pejabat yang disebut sang Presiden terlibat perdagangan narkoba. 158 nama itu banyak yang berlatar belakang polisi dan perwira militer, tetapi juga termasuk tiga anggota Kongres dan tujuh hakim.

Sejak Duterte dilantik pada 30 Juni lalu, dilaporkan 402 orang - pengedar serta pecandu - tewas karena ditembak mati pasukan khusus kepolisian. Angka Human Rights Watch menyatakan lebih dari 700 orang yang terbunuh akibat program Duterte memerangi narkoba. Dalam kurun yang sama, ratusan orang menyerahkan diri ke polisi untuk mengikuti rehabilitasi kecanduan narkoba.

Berikut deretan tindakan keras Duterte dalam memerangi narkoba di Filipina:

Ajak warga bunuh pengedar narkoba

Presiden Filipina yang baru terpilih Rodrigo Duterte menyerukan kepada rakyatnya untuk ikut membasmi narkoba dengan membunuh para pengedar obat-obat terlarang itu.

Dia menawarkan uang imbalan bagi siapa pun yang bisa membunuh para pengedar benda haram itu.

Duterte sebelumnya sudah mengumumkan dia akan mengerahkan pasukan polisi dan militer untuk memerangi kejahatan.

"Kalau mereka ada di sekitar kalian, silakan hubungi kami, polisi atau lakukan sendiri kalau kalian punya senjata. Saya dukung kalian," kata dia di depan kerumunan massa.

"Kalau dia melawan sampai mati dan kalian bisa membunuhnya maka saya akan beri kalian medali," lanjut dia.

Dia menambahkan, para pecandu narkoba tidak bisa disembuhkan di peringatkan.

"Jika Anda terlibat narkoba, saya akan membunuh Anda..saya benar-benar akan membunuh Anda," kata dia.

Duterte menegaskan kampanye melawan kejahatan yang digembar-gemborkannya dengan memberi imbalan uang.

"Kalau dia mati, saya akan membayar lima juta peso (Rp 1,4 miliar) bagi gembong narkoba. Kalau masih hidup saya beri 4,999 juta peso saja," kata dia sambil tertawa.

Buktikan janji tembak mati pengedar narkoba

Presiden Filipina Rodrigo Duterte membuktikan perkataannya untuk menembak mati tiap pelaku kejahatan narkoba. Polisi Filipina menembak mati lima pengedar narkoba dalam penggerebekan di Manila kemarin.

Polisi menemukan mereka memiliki 200 gram methamphetamine, senjata api, dan uang di tempat kejadian perkara (TKP). Data mencatat sejak perintah Presiden Duterte diterapkan angka kematian para pengedar naik hingga 200 persen.

Diberitakan koran Daily Mail, Senin (4/7), presiden baru Filipina yang baru diresmikan pekan lalu ini berjanji untuk tidak kenal henti untuk memerangi kejahatan narkoba, kriminalitas, dan juga korupsi. Dalam enam bulan pertama dia menjamin perdagangan narkoba bisa dienyahkan.

Meski aturannya terbilang gila, dia tidak peduli karena yakin hal itu bisa efektif.

"Dalam merespon hal itu (aturan gila) saya melihat korupsi telah melukai dana pemerintah yang seharusnya dialokasi untuk membantu keluarga miskin, saya juga melihat bagaimana narkoba menghancurkan dan merusak hubungan keluarga, lihat dari kaca mata tersebut, jelaskan di mana letak kesalahan saya," pungkasnya saat pidato pertama sebagai presiden.

Takut ditembak mati, ribuan pecandu naroba di Filipina menyerahkan diri

Ribuan pengedar dan pecandu narkoba di seantero Filipina menyerahkan diri kepada polisi lantaran takut dengan ancaman tembak mati oleh Presiden Rodrigo Duterte.

Lebih dari 500 orang pecandu narkoba di distrik Bonuan Gueset, Kota Dagupan, sekitar 200 kilometer sebelah utara Ibu Kota Manila, menyerahkan diri kepada kelapa desa dan menandatangani surat permohonan minta direhabilitasi.

"Mereka takut mati," kata Kepala Desa Rocardo Mejia kepada harian The Philippine Daily Inquirer yang dilansir koran the Straits Times, akhir Juni lalu.

Sejak dia terpilih menjadi presiden ke-16 Duterte sudah membuktikan janjinya untuk memerangi narkoba dengan menembak mati para pengedar dan pecandu.

Duterte kerahkan polisi Filipina bunuh wali kota terlibat narkoba

Kepolisian Filipina menghabisi tak hanya pengedar narkoba selama dua bulan terakhir. Pejabat pemerintah kota pun jadi sasaran. Rabu (3/8) dini hari waktu setempat, di Kota Albuera, enam pengawal Wali Kota Rolando Espinosa ditembak mati oleh polisi. Sang wali kota dan anaknya dituding membekingi peredaran narkoba.

Pengepungan kediaman sang wali kota diperintahkan langsung oleh Presiden Rodrigo Duterte. Awal pekan ini, presiden yang baru sebulan lebih menjabat itu mengeluarkan perintah tembak di tempat bagi Espinosa. Sehari sebelum terjadi tembak- menembak di Albuera, Espinosa lebih dulu menyerahkan diri.

Sang anak, Kerwin Espinosa, diakui terlibat sindikat narkoba. "Wali Kota (Espinosa) telah menyerahkan diri pada anak buah saya akibat ancaman tembak di tempat," kata Ronald de la Rosa, Kepala Polisi Filipina seperti dilansir Sun Star.

Kerwin dikenal warga sebagai bandar narkoba di kawasan Pulau Leyte. Selama ini, karena statusnya anak wali kota, dia tak pernah tersentuh hukum. Belum diketahui di mana persembunyian Kerwin selepas anak buahnya ditembak mati polisi.

50 Pejabat Filipina diduga terlibat narkoba menyerahkan diri

Sedikitnya 50 pejabat Filipina yang namanya disebutkan Presiden Rodrigo Duterte dan dianggap terlibat kasus narkoba menyerahkan diri kepada pihak berwajib. Para pejabat ini terdiri dari wali kota dan petugas kepolisian.

Mereka menyerahkan diri hanya berselang sehari dari diumumkannya 150 nama pejabat yang terlibat kasus narkoba oleh Duterte. Seperti dilaporkan CNN, Senin (8/8), sebanyak 18 wali kota dan 31 petugas polisi menyerahkan diri mereka.

"Berdasarkan nama yang diumumkan Presiden Duterte, sedikitnya ada 150 pejabat yang namanya dipermalukan di depan umum. Dari sebanyak itu, ada 18 wali kota dan 31 pejabat kepolisian yang menyerahkan diri mereka," ujar Juru Bicara Kepolisian Nasional Filipina (PNP) Dionard Carlos.

Duterte menyebutkan nama-nama tersebut harus menyerahkan diri paling lambat 24 jam dari pengumuman yang dilakukannya di Davao. Kini tenggat waktu penyerahan diri sudah berakhir, para pejabat yang belum menyerah tersebut diperbolehkan dihukum oleh warga karena mereka terlibat narkoba.

Sejak dilantik akhir Juni lalu, Duterte dengan agresif memberantas kejahatan di negaranya, salah satunya kejahatan kasus narkoba. Tak hanya bandar, pemakai narkoba pun tak luput dari hukuman.

Akibatnya banyak bandar dan pemakai yang tewas ditembak polisi. Pekan lalu, seorang wali kota menyerahkan diri bersama anaknya. Keduanya minta untuk tidak dihukum mati karena obat-obatan terlarang tersebut. 

 

Sumber: Merdeka.com

Baca Juga