FORMASI Riau Mengutuk Aksi Kekerasan yang diduga Dilakukan oleh Oknum PT NWR
![FORMASI Riau Mengutuk Aksi Kekerasan yang diduga Dilakukan oleh Oknum PT NWR FORMASI Riau Mengutuk Aksi Kekerasan yang diduga Dilakukan oleh Oknum PT NWR](https://monitorriau.com/assets/berita/original/74591994844-img-20200206-wa0005.jpg?w=650&q=90)
PANGKALAN KERINCI (MR) - Akibat Proses eksekusi lahan inti milik PT. Peputra Supra Jaya (PSJ) dan lahan plasma milik Koperasi Gondai Bersatu dan Sri Gumala Sakti seluas 3.323 Ha mengakibatkan terjadinya bentrokan di Blok 209 dan Blok 188, Rabu (5/2/2020).
Bentrokan yang terjadi dalam dua hari belakangan ini mulai memakan banyak korban dan dikabarkan semakin brutal dan tidak memiliki rasa kemanusiaan.
Aksi brutal tersebut dimulai ketika PT. Nusa Wana Raya (NWR) mulai menurunkan puluhan alat berat dan memaksa meratakan lahan perkebunan plasma milik petani sawit. Hal ini tentunya memicu amarah petani dimana lahan tersebut telah menjadi sumber pendapatan mereka selama ini.
Menanggapi hal tersebut, Direktur FORMASI RIAU Dr. Muhammad Nurul Huda, SH. MH mengutuk aksi kekerasan yang diduga dilakukan oleh Oknum PT. NWR terhadap Petani Sawit dan Media yang meliput proses eksekusi tersebut.
"Dalam kurun waktu dua hari bentrokan sudah 7 korban yang menderita luka ringan dan 3 korban luka berat dan harus menjalani perawatan di Rumah Sakit, ditambah lagi 1 wartawan mengalami penyekapan dan penganiayaan," ujarnya.
Masih kata Nurul, kemanusiaan itu soal rasa keadilan dan hati nurani, dia tumbuh atas semangat saling rasa sakit dan penderitaan. Manusia yang berwatak kapitalis tidak mengenal ini.
"Putusan pengadilan harus tetap kita hormati. Penundaan Pelaksanaan putusan bisa dilakukan, karena tidak akan menghilangkan hak-hak hukum dari para pihak yang bersengketa," ungkap Praktisi Hukum Pidana ini.
Sebagai pimpinan FORMASI RIAU, Ia juga meminta Kapolda Riau, untuk menarik pasukannya dari pengamanan pelaksanaan eksekusi.
"Kepada DLHK dan PT NWR kita tegaskan agar menunda sementara eksekusi. Ini untuk mencari solusi yang adil dan damai," katanya mengakhiri. (Rls/ton)