ACT Kepri Jenguk Rivaldi Pasien Leukimia dan Penderita Lainnya


Dibaca: 3802 kali 
Rabu, 16 Januari 2019 - 23:24:05 WIB
ACT Kepri Jenguk Rivaldi Pasien Leukimia dan Penderita Lainnya
BATAM (MR) - ACT Provinsi Kepri pada Hari, Rabu, (16/1/2019) menjenguk Rivaldi Satria pasien Leukimia di Rumah Sakit Umum Embung Pagi, Sri Rismawati penderita Dispagia Saraf 16 warga Rusun Buana Indah 2, Sagulung dan Alifa Nursabilah warga Taman Pesona Indah Tahap Tanjung Uncang.
 
Rivaldi pernah mendapat perawatan di RSUD Hasan Sadikin Bandung, transfusi darah, trombosit dan   kemoterapi sudah  sebanyak 2 Kali. Sang Ibu mencoba peruntungan ke Batam berharap mendapatkan    pekerjaan dengan penghasilan lebih dengan harapan bisa mengupayakan yang terbaik baik untuk Rivaldi.
 
Di kota Batam Rivaldi dan orangtuanya menumpang di rumah Kakak ibunya Rivaldi yang berprofesi   sebagi penjual es dan suaminya bekerja serabutan di Kawasan Ruli warga Kampung 534. Selama kurang lebih 2 Bulan di Batam Rivaldi belum  mendapatkan perawatan apapun karena terkendala pengurusan berkas pindah BPJS.
 
Salah seorang anggota MRI memberikan bantuan pengurusan BPJS, Rivaldi dirujuk ke RS Graha Hermin, hingga pada tanggal 14 bulan Januari tahun 2019 kemarin menjalani perawatan intensif di RSUD Embung Fatimah.
 
ACT Kepri juga menjenguk Sri Rismawati yang telah divonis menderita Dispagia Saraf 16 dan Myastheria Gravis kondisi dimana ia tidak bisa menelan cairan maupun makanan yang ada di mulutnya adapun Untuk memenuhi kebutuhan makanan, Sri harus dibantu dengan selang yang terpasang dari hidung hingga ke lambung, Sri juga hanya bisa mengkonsumsi air dan susu khusus
 
Kondisi Sri dalam sewaktu-waktu bisa lemas lalu tiba-tiba pingsan, biasanya kapanpun tubuhnya merasa tidak enak Sri kontrol ke RSUD Embung Fatimah ataupun RSUD Otorita Batam dengan BPJS KIS, namun untuk selang, susu khusus, dan beberapa obat harus ditanggung sendiri.
 
Kondisi ekonomi keluarga Sri sangat memprihatinkan dimana sang Suami bekerja serabutan dan tidak setiap hari memiliki penghasilan. Hal tersebut itu juga berdampak pada ke lima anaknya, Siti, Akbar, keduanya putus sekolah, begitu juga dengan Dimas dan  Irvansyah dimana keduanya belum disekolahkan karena kesulitan ekonomi, sedangkan Nabila adalah anak satu-satunya yang sekolah karena bantuan orang yang simpati kepadanya.
 
Tim juga menjenguk Alifa yang dilahirkan dengan tidak memiliki anus atau yang biasa disebut dengan fenomena kolostomi. Hingga saat ini Alifa telah mengalami sudah 3 kali operasi Hasil tindakan medis pada bulan Desember tahun 2018 yaitu lubang anus buatan Alifa masih dialiri air pada bagian stomatanya agar usus di dalam perut Alifa bisa kembali membesar. 
 
Hasil rontgen menunjukan usus Alifa menyusut karena tidak dipakai sesuai dengan fungsi normalnya. Hasil kontrol pada bulan Januari tahun 2019, Alifa belum bisa dioperasi dan akan menjalani check up pada bulan Maret 2019 akan mendatang.
 
Biaya operasi Alifa ditanggung oleh BPJS hanya saja berbagai obat yang diharus dipenuhi Alifa harganya cukup fantastis dan tidak tercover BPJS. (agung)