Tahun Ini, Kami Berpuasa 17 Jam di Jepang


Dibaca: 2892 kali 
Selasa, 14 Mei 2019 - 05:26:13 WIB
Tahun Ini, Kami Berpuasa 17 Jam di Jepang Acara buka puasa bersama di Nagoya.
Oleh: Donny Oktavian Syah
Mahasiswa studi lanjut di kota Nagoya, Jepang.
 
Galibnya Ramadhan di luar negeri khususnya yang jumlah muslimnya terbatas, pasti suasananya berbeda   dengan atmosfer suasana Ramadhan di tanah air.  
 
Termasuk melaksanakan puasa Ramadhan di negeri Sakura yang jumlah muslimnya terbatas. Tetapi dalam suasana yang serba “terbatas” tersebut, umat muslim yang tinggal di Jepang tetap antusias melakoninya.
 
Di kota Nagoya, sebuah kota yang merupakan kota kelahiran pabrik mobil besar Toyota yang didirikan  keluarga Toyoda, suasana  Ramadhan  akan   semakin  terasa bila   kita  berkunjung ke Masjid Nagoya yang berada tidak jauh dari pusat kota.
 
 
Jumlah Muslim yang melakoni puasa masih didominas umat Islam dari negara negara berpenduduk muslim yang tinggal di negeri matahari terbit ini, tetapi seiring jumlah muslim dari orang Jepang asli mulai meningkat.
 
Untuk Ramadhan tahun ini (2019) yang kebetulan jatuh di musim semi menjelang musim panas, lamanya berpuasa jauh lebih panjang ketimbang berpuasa di Indonesia. Kurang lebih 16-17 jam. Di mulai dari subuh yang jatuh sekitar pukul 3.15 pagi sampai maghrib waktu berbuka sekitar pukul 18.45. Suasana ini memang yang belum terbiasa puasa sepanjang itu lumayan “kaget”.
 
Tapi InshaAllah kalau sudah diniati, puasa sepanjang itu akan terbiasa. Masjid Nagoya selalu menyediakan ifhtar (berbuka) dengan makanan kecil, kurma serta buah buahan, antuasisme kaum muslim   di kota tersebut ditandai dengan sumbangan ifhtar dari komunitas Muslim yang tinggal di kota Nagoya yang begitu deras.
 
Sehingga kalau tiba waktu berbuka di masjid, maka kita akan bisa mencicipi makanan dari komunitas muslim lain seperti dari negara Asia Selatan (Bangladesh, Pakistan, India), dari negeri Asia Tengah (Uzbekistan, Kazhaztan), dari Timur Tengah (Mesir, Arab Saudi, Yordania) maupun Asia Tenggara yang didominasi Malaysia dan Indonesia.
 
Komunitas muslim di Jepang cukup beragam, ada yang yang pelajar, ada yang bekerja, dan ada pula yang berbisnis.
 
Untuk sholat Tarawih tetap diadakan 8 rakaat Tarawih dan diakhir 3 rakaat sholat witir, dan dimulai setelah masuk Isya sekitar pukul 20.30. Karena Imam di Masjid Nagoya hafal 30 Juz, setiap hari   sholat tarawih dibaca surat untuk 1 juz, jadi lumayan panjang ya untuk   ukuran Indonesia.
 
Jadi diharapkan dalam puasa penuh Ramadhan bisa dikhatamkan. Biasanya sholat tarawih berakhir sekitar pukul 10 malam. Setelah acara tersebut, terkadang ada yang melanjutkan mengaji di masjid sambil menunggu di waktu sahur.
 
Disamping Masjid Nagoya, beberapa komunitas muslim juga ada yang menyambut Ramadhan dengan aktivitas   sholat tarawih, berbuka (ihftar) bersama, diantaranya teman-teman yang melanjutkan studi lanjut di   kota Nagoya.
 
Diantaranya adalah komunitas mahasiswa di Universitas Nagoya yang secara rutin mengadakan aktivitas tersebut. Dengan dikoordinir oleh ICANU (Islamic Culture Association in Nagoya University), aktivitas di atas mereka laksanakan.
 
Diantaranya juga mengadakan Ifhtar bersama dengan mahasiswa non-muslim yang ada, dengan mengundang   mereka untuk datang untuk menikmati makan bersama sekaligus sosialisasi “pengenalan” tradisi puasa Ramadhan.
 
Aktivitas mengadakan sholat tarawih di kampus sangat didukung oleh pihak kampus. Artinya, fasilitas tempat serta dukungan untuk mahasiswa muslim melaksanakan ibadah cukup terbantu.
 
Bahkan, di cafetaria kampus sejak 2 tahun lalu sudah menyediakan beberapa menu halal untuk mengakomodasi mahasiswa Muslim yang semakin meningkat jumlahnya. ***