Aksi Massa 22 Mei tak Ganggu Ekonomi Indonesia


Dibaca: 3410 kali 
Kamis, 23 Mei 2019 - 13:32:23 WIB
Aksi Massa 22 Mei tak Ganggu Ekonomi Indonesia Aksi massa 22 Mei di Gedung Bawaslu Kawasan Jalan MH Thamrin Jakarta. Foto/SINDOnews

JAKARTA (MR) - Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian memastikan aksi massa pada 22 Mei 2019 kemarin, tidak mempengaruhi perekonomian Indonesia.

Sekretaris Menteri Perekonomian (Sesmenko), Susiwijono, mengatakan semua kegiatan yang dijadwalkan tetap berlangsung sesuai dengan jadwal yang telah ditetapakan, baik agenda rapat ekonomi maupun lainnya.

"Pak Menko (Darmin Nasution) kemarin sudah menyampaikan, ekonomi makro kita tidak terpengaruh. Kegiatan rutin kita untuk koordinasikan kebijakan di bidang ekonomi juga tetap jalan. Bahas neraca dagang, kebijakan ESDM dan lainnya. Sepertinya kita tidak terlalu terpengaruh terutama dalam konteks keputusan kebijakan ekonomi. Hanya satu agenda kemarin yang ditunda karena lalu lintas ke sini sulit, di luar itu tidak ada," ujar Suswijono pembukaan pasar murah di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (23/5/2019).

Menurutnya, yang perlu diperhatikan adalah respon dari para investor karena tidak hanya melihat domestik. Pasalnya saat ini, kondisi global juga kembali memanas setelah Presiden AS Donald Trump yang mengeluarkan tarif tahap dua yang sangat mempengaruhi perekonomian nasional.

Kebijakan itu menekan pasar saham nasional dan nilai tukar rupiah Indonesia. Sedangkan untuk perekonomian sendiri tetap stabil.

"Justru yang kita lihat adalah pasar bagaimana, IHSG bagaimana, kalau dari kebijakan ekonomi tidak terlihat terlalu terpengaruh. Kebijakan ekonomi juga akan kita laksanakan. Minggu ini, Rakortas kebijakan tetap jalan semua dan sepertinya hari ini sudah mulai normal. Itu (demonstrasi) biasa dalam demokrasi, kita berharap tidak berdampak serius ke perekonomian," jelasnya.

Sementara itu, banyak pihak yang berpendapat bahwa aksi 22 Mei ini serupa dengan kejadian rusuh tahun 1998 lalu. Namun, Suswijonono menekankan ini adalah kondisi berbeda dan wajar dalam pesta demokrasi. Pada 1998, untuk menurunkan presiden dari takhtanya. Dan saat ini hanya protes karena hasil pilpres.

"Beda sekali. Lebih merespon hasil pelaksanaan demokrasi kita kemarin dan ada yang puas dan tidak puas mempertanyakan hasil. Ada mekanismenya, cukup itu saja. Cuma seharian ada kejadian, wajar dalam demokrasi. Harapannya tidak terlalu terpengaruh. Mestinya tidak terlalu terpengaruh," tegasnya. (Sindonews)