Awalnya tak Disukai, Kini Semakin Dicintai


Dibaca: 7257 kali 
Kamis, 27 Juni 2019 - 14:58:46 WIB
Awalnya tak Disukai, Kini Semakin Dicintai Pertalite, BBM yang awalnya tidak disukai kini semakin dicari dan dicintai
MONITORRIAU.COM - Semenjak kehadiran bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite muncul pada pertengahan 2015 yang lalu, banyak pengguna yang beralih menggunakan BBM jenis Pertalite tersebut dari yang sebelumnya masih menggunakan jenis Premium. 
 
Ya, Pertalite yang memiliki angka oktan 90 serta berwarna hijau terang dan jernih ini sangat tepat digunakan oleh kendaraan dengan kompresi 9:1 hingga 10:1. Bahan bakar Pertalite memiliki angka oktan yang lebih tinggi daripada bahan bakar Premium 88.
 
Sehingga lebih tepat digunakan untuk kendaraan bermesin bensin yang saat ini beredar di Indonesia. Dengan tambahan additive, Pertalite mampu menempuh jarak yang lebih jauh dengan tetap memastikan kualitas dan harga yang terjangkau.
 
"Pertalite lebih irit, juga tidak membuat mesin sepeda motor cepat kotor. Sejak ada pertalite saya selalu pakai dan yang pasti ketersediannya di sejumlah SPBU di Kota Dumai ini," ujar Adit, seorang karyawan perusahaan finance di Dumai.
 
Sebuah fakta menarik, selama periode mudik 1 hingga 6 Juni 2019 lalu di Provinsi Riau, Satgas Rafi Pertamina Marketing Operation Region (MOR) I membukukan peningkatan penyaluran BBM jenis pertalite. 
 
Pertalite menjadi pilihan pemudik di Riau dengan persentase kenaikan konsumsi sebesar 32 persen.
 
“Pertalite menjadi pilihan pemudik, dengan persentase kenaikan konsumsi sebesar 32 persen. Atau setara 781 ribu liter per hari,” ujar Unit Manager Communication & CSR MOR I, Roby Hervindo.
 
Peningkatan aktivitas yang signifikan terjadi di SPBU jalur Pekanbaru – Kampar. Umumnya, kendaraan yang menuju ke Sumbar bertujuan untuk berwisata.
 
AWALNYA DITOLAK
Memang saat isu kemunculan Pertalite, banyak pihak yang menolak. Sejumlah kalangan kala itu menilai upaya tersebut hanya akal-akalnya pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Mengingat harga pertalite nantinya akan lebih mahal dari premium dan di bawah pertamax.
 
Hadirnya Pertalite dianggap upaya pemerintah melengserkan premium secara bertahap dan menggantikannya dengan pertalite justru akan membebankan masyarakat, khususnya mereka yang berpenghasilan pas-pasan.
 
Mengganti premium dengan pertalite dianggap kebijakan yang sangat tidak fair dan tidak pro rakyat, karena rakyat sudah membeli premium dengan harga yang sudah tidak ada muatan subsidi dari pemerintah.
 
Awalnya pertalite dianggap upaya pemerintah melengserkan premium
 
Kehadiran Pertalite sendiri sebenarnya bukan untuk menggantikan Premium, karena sampai saat ini di setiap SPBU masih tersedia BBM jenis Premium. 
 
Namun, banyak pengguna yang lebih memilih menggunakan Pertalite dibandingkan dengan Premium karena mereka semakin sadar akan jenis BBM yang baik bagi kendaraannya.
 
Yang jelas pamor premium makin tergerus oleh pertalite. Konsumen kini lebih memilih menggunakan pertalite ketimbang premium.
 
SEMAKIN DICINTAI
Kini pertalite semakin dicintai, karena lebih irit. Selain itu, selisih harga premium dan pertalite juga tak terlalu besar. Perubahan tersebut mencerminkan mayoritas masyarakat makin menyadari kualitas BBM dan pengaruhnya terhadap kondisi kendaraan.
 
Tingginya konsumsi Pertalite di juga bisa dilihat dengan banyaknya warung pertalite eceran di Kota Dumai. Bahkan ranah BBM eceran kini sudah di kuasai si hijau Pertalite walau sebenarnya sebenarnya tidak dibolehkan. 
 
Pertalite eceran semakin digemari masyarakat terbukti dengan munculnya warung-warung pinggir jalan
 
Warga lebih memilih Pertalite dibanding premium. Sewaktu-waktu warga bisa medapatkannya dari pedagang pinggir jalan.
 
"Biasanya dibeli orang malam di sini, kalau SPBU biasanya sudah tutup atau Pertalite juga ikut habis di SPBU. Beli Pertalite di kios lebih mahal, harganya Rp 10 ribu, sedangkan Premium Rp 8 ribu," kata seorang pemilik warung yang ditemui di jalan Imam Munandar Dumai.
 
Pemilik warung ini enggan menyebut dari SPBU mana Pertalite itu didapat. Hanya saja dirinya menyebut pertalite didapat tengah malam dengan membeli menggunakan jeriken besar.
 
"Harus pandai-pandai membeli ke SPBU-nya, tentu dibeli di atas harga pasaran. Biasanya sudah kenal dengan orang yang di SPBU baru dikasih, kan ada aturan nggak boleh beli pakai jeriken," kata pemilik warung yang tak ingin disebutkan namanya.
 
Pengakuan pemilik warung ini memperlihatkan masih adanya SPBU yang menjual BBM ke warga memakai jeriken ukuran besar. Padahal, hal itu sudah dilarang.
 
Saudara tiri Pertamina yakni Pertamini semakin banyak menyediakan Pertalite
 
Namun keberadaan warung BBM Eceran sangat diminati warga, buktinya Pertalite eceran laris manis. Tak hanya eceran dalam botol, pengusaha BBM eceran Pertamini juga kini banyak sekali menyediakan Pertalite
 
"Satu jerigen 35 liter ini habis dalam 3-4 hari. Jadi dalam seminggu kami membelinya dua kali ke SPBU," ujar pemilik usaha Pertamini di daerah Dumai. 
 
Pertalite yang kehadirannya tak disukai, karena dianggap akal-akalan pemerintah, kini sudah berubah. Pertalite semakin dicintai, masyarakat sudah move on, karena faham akan kualitasnya dan pengaruhnya terhadap kondisi kendaraan.
 
 
Penulis: Cipto Setyawan
Media Online Monitorriau.com