Wartawan Peduli Taman Nasional

Pohon Mersawa Berusia 200 Tahun di TNTB dan Gajah Berusia 49 Tahun di TNTN


Dibaca: 7727 kali 
Senin, 23 Agustus 2021 - 14:30:26 WIB
Pohon Mersawa Berusia 200 Tahun di TNTB dan Gajah Berusia 49 Tahun di TNTN Wartawan Peduli Taman Nasional di Camp Granit TNBT

Monitorriau.com – Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT)  merupakan destinasi alam yang masih alami dengan penuh pesona keindahan panorama alamnya.

Taman Nasional Bukit Tigapuluh secara geografis terletak pada koordinat 0040’ – 1025’ LS dan 102010’ – 102050’ BT. Sedangkan secara administrasi pemerintahan terletak pada 2 wilayah Provinsi yaitu Jambi dan Riau. Di Provinsi Jambi terletak di Kabupaten Tebo (24.518 Ha) dan kabupaten Tanjung Jabung Barat (11.520 Ha). Sedangkan di Provinsi Riau terletak di Kabupaten Indragiri Hulu (88.608 Ha) dan kabupaten Indragiri Hilir (19.577 Ha).

Merupakan daerah perbukitan yang terpisah dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan yang memanjang dari utara ke Selatan Pulau Sumatera. Ketinggian berkisar 60 – 843 mdpl.

TNBT memiliki hutan tropis dengan aneka ragam flora fauna dan ekosistemnya, terdapat air terjun, alam sungai gangsal, keunikan budaya masyarakat tradisional Talang Mamak, Melayu Tua dan Suku Rimba. Selain itu, TNBT juga memiliki tanaman pohon Mersawa yang telah berusia lebih dari 200 tahun serta batu timbul menyerupai ikan paus/ lumba-lumba yang menjadi objek wisata menarik.

Tim ekspedisi 45 wartawan dari berbagai media bergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Riau mengunjungi TNBT dan TNTN (Taman Nasional Tesso Nilo) selama 3 hari. Mulai tanggal 6 (enam) hingga 8 (delapan) Agustus 2021.

Perjalanan tim ekspedisi 45 wartawan PWI Riau dipimpin langsung Ketua PWI Riau Zulmansyah Sekedang bersama Kepala Balai TNBT Fifin Arfiana Jogasara S.Hut, M.Si menuju camp granit TNBT usai shalat Jumat tanggal 6 Agustus 2021 tidaklah mulus.

Jalan masuk ke lokasi sepanjang 12 kilometer sangatlah melelahkan karena kondisi jalan yang rusak parah.

Kedatangan tim ekspedisi wartawan disambut dengan pemandangan rimbunan pohon- pohon hutan tropis yang menakjubkan dengan suasana udara sejuk. Sejenak rasa capek selama diperjalanan hilang seketika. Bahkan para peserta ekspedisi sibuk berfoto ria mengabdikan suasana alam saat itu.

Menurut Kepala Balai TNBT Fifin Arfiana Jogasara S.Hut, M.Si bahwa Bukit Tigapuluh merupakan hutan tropis yang didalamnya terdapat aneka ragam fauna dan flora masih langka yang harus dilindungi. Serta ada suku Talang Mamak, suku Rimba dan Melayu Tua.

 “Kami sangat senang dan bangga atas kehadiran rombongan PWI ke Taman Nasional baik TNBT maupun TNTN. Apalagi, temanya Wartawan Peduli Taman Nasional dan datang serta pulang dengan membuat tulisan. Kolaborasi yang baik ini untuk menjaga lingkungan memang tugas bersama. Apalagi wartawan yang memiliki peran penting,” ujar Fifin, Jum’at malam (06/08/2021) di halaman camp granit.

“Alam TNBT memiliki kekayaan tersendiri. Jika cuaca agak dingin, bukit-bukit di depan kita ini selalu diselimuti awan. Jadi, kalau kita tinggal di camp ini, rasanya seperti tinggal di negeri atas awan. Keindahan dan keunikan itulah, maka sangat layak jika dijadikan destinasi wisata andalan di Inhu,” imbuh Fifin.

Pagi harinya, Sabtu (07/08/2021) tim ekspedisi TNBT dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama dipimpin Ketua PWI Riau H Zulmansah Sekedang berjumlah 27 orang. Bersama Kepala Balai TNBT dan staf, pagi harinya mereka melakukan penanaman pohon disekitar camp dan menempuh perjalanan singkat di kaki bukit dan berakhir di air terjun.

Sedangkan tim dua dipimpin Ketua Panitia Kunny Masrohanti berjumlah 18 orang harus masuk ke hutan belantara. Kemudian, mendaki Bukit Lancang yang ketinggiannya mencapai 500 Mdpl.

Perjalanan menuju Bukit Lancang juga didampingi tujuh staf Balai TNBT. Lebih kurang dua jam menempuh perjalanan dengan jalan mendaki dan licin, akhirnya tim pun sampai di Bukit Lancang.

“Inilah pohon Mersawa itu. Tingginya diperkirakan sekitar 40 meter. Usianya diperkirakan sekitar 200 tahun. Banirnya sangat besar dan butuh 12 orang baru bisa memeluknya dengan cara merentangkan tangan,” ucap Andi Moenandar Staf Balai TNBT.

Selain pohon Mersawa yang menjadi icon Bukit Lancang. Juga terdapat sebuah batu granit besar yang muncul dari dalam tanah. Bentuknya sangat mirip dengan ikan paus/ lumba-lumba yang memiliki mata berwarna hijau, karena batu tersebut telah dipenuhi lumut.

Usai menjelajah TNBT mulai Jumat (06/08/2021) hingga Sabtu (07/08/2021) siang, rombongan ekspedisi wartawan kembali melakukan kunjungan ke Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) dari Sabtu (07/08/2021) sore hingga Minggu (08/08/2021) siang.

TNTN berada di Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan. Secara Astronomi terletak  pada koordinat antara  000 05’ 40" dan 000 20’ 47" L. S., dan antara 1010 35’ 21," dan 1020 03’ 57" B.T; masuk dalam wilayah Kab. Pelalawan (98,04%) dan Kab. Indragiri Hulu (1,96%).

Perjalanan menuju TNTN dari penginapan di Inhu lebih kurang 3 jam sampai kelokasi menggunakan roda empat. Kedatangan rombongan di Camp Elephant Flying Squad TNTN disambut oleh Kepala Balai TNTN Heru Sutmantoro, S.Hut, M.M.

Heru menjelaskan wilayah kerja Balai TN Tesso Nilo terbagi atas dua wilayah pengelolaan, yaitu: SPTN Wilayah I Lubuk Kembang Bunga terdiri dari dua resort : Resort Air Sawan Lancang Kuning, berkantor di Lancang Kuning (23.152 Ha) dan Resort Air Hitam Bagan Limau, berkantor  di Air Hitam (19.119 Ha) serta SPTN Wilayah II Baserah terdiri dari dua Resort : Resort Tesso Situgal, berkantor di Situgal (22.041 Ha) dan Resort Nilo Onangan, berkantor di  Onangan (17.481 Ha).

“Taman Nasional Tesso Nilo adalah kawasan hutan hujan dataran rendah yang merupakan sub das aliran sungai tesso dan nilo. Taman Nasional Tesso Nilo memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Penelitian LIPI (2003) menunjukkan bahwa terdapat 360 jenis flora yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku, 107 jenis burung, 23 jenis mamalia, tiga jenis primata, 50 jenis ikan, 15 jenis reptilia dan 18 jenis amfibia di Taman Nasional Tesso Nilo,” terang Heru seraya menegaskan Tesso Nillo juga salah satu sisa hutan dataran rendah yang menjadi habitat bagi satwa gajah sumatera dan harimau sumatera.

Usai memberikan penjelasan tentang pengelolaan Taman Nasional Tesso Nilo, para wartawan pun diberi kesempatan untuk mengeksplore TNTN, khususnya melihat Gajah dan bertemu dengan para Mohout (Pawang Gajah).

Mahout senior, Erwin Daulai menjelaskan di TNTN ada sembilan ekor gajah. Empat diantaranya adalah gajah liar yang telah dijinakkan. Keempat gajah tersebut sebelumnya dibawa dari Pusat Latihan Gajah (PLG) di Minas, Kabupaten Siak. Dua diantaranya adalah gajah jantan dan dua lagi gajah betina. Keempat gajah itu, sudah memiliki nama masing-masing.

“Yang paling besar dan berukuran sekitar tiga meter bernama Rahman. Usianya sekitar 49 tahun. Kemudian Indro (42), Ria (42), dan Lisa (36),”  sebutnya.

Erwin bersama mahout lainnya telah merawat dan melatih gajah-gajah tersebut dengan baik. Terbukti saat ini dua gajah betina yang mereka pelihara telah memiliki anak.

“Anak gajah pertama bernama Teso (15). Teso merupakan anak dari Ria. Termasuk Harmoni (4). Sementara Lisa telah memiliki tiga ekor anak. Yang paling tua namanya, Imbo (10), kemudian Rimbani (6), dan Ryu yang masih berumur 7 bulan,” imbuhnya.

Ketua PWI Riau Zulmansyah Sekedang mengatakan tujuan ekspedisi ini mengambil peran wartawan terhadap lingkungan dengan membuat tulisan tentang TNBT dan TNT, maka kita beri kesempatan kepada teman-teman untuk eksplore selama ekspedisi. Mulai dari ngecamp di Camp Granit, jelajah rimba sampai ke Bukit Lancang di TNBT hingga berbincang langsung dengan para Mahout di TNTN Silakan tulis semua yang bisa ditulis.

“Sebagai jurnalis, inilah yang bisa kami lakukan dalam rangka turut peduli lingkungan,” sambung Zulmansyah.

Menurutnya, Ekspedisi TNTN dan TNBT ini digelar bersempenaan HUT Riau ke-64 dan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) ke-12. Dengan semangat peduli lingkungan, maka ekspedisi ini diberi tema Wartawan Peduli Taman Nasional.

Selain menjelajahi hutan TNBT dan TNTN, rombongan PWI ini juga menggali informasi penanganan konflik gajah dan manusia yang juga dilakukan PT RAPP di Elephant Flaying Squad  TNTN dengan menggelar webinar secara zoom meeting. (DIKA CAHAYA PUTRA)