Sejarah Roemah Melayoe 1929 Pekanbaru


Dibaca: 10646 kali 
Ahad, 26 September 2021 - 14:57:35 WIB
Sejarah Roemah Melayoe 1929 Pekanbaru
MONITORRIAU.COM - Salah satu peninggalan sejarah Melayu yang tidak kalah menarik di Pekanbaru yaitu “Roemah Melayoe 1929”. Rumah ini berada di sebrang Kopi Kimteng. 
 
Tepatnya di jalan Senapelan, Pekanbaru. Kini rumah ini di kelola oleh H. Nursayuti, SE yang biasa di panggil Pak Sayuti.
 
Adapun Sejarah berdirinya dan kepemilikan Rumah Melayu 1929 yakni, Rumah ini pertama kali dimiliki oleh Kerajaan Siak ( 1813 - 1817 M ) dan merupakan tempat balai pertemuan ( kedai, bar) pada zaman itu. Dan berfungsi sebagai tempat istirahat sambil bersenda gurau dan bersenang-senang. 
 
Kemudian rumah ini diambil alih oleh H. Muhammad Thaib (pemilik ke-2). H. Muhammad Thaib merupakan saudagar kaya raya pada waktu itu. Isterinya bernama Hj. Halimatusa'diah (orang Pekanbaru/ Senapelan). Pada ke pemilikan ke-2 , rumah ini dijadikan sebagai tempat bersalin ( dukun beranak) pada masa itu.
 
Selanjutnya, Halimatusa'diah wafat ditanah suci Mekah. Sehingga rumah bersalin (dukun beranak) ditutup. H. Muhamad Thaib memiliki 5 orang anak yaitu, Hj. Nani Thaib, H. Moh. Rasyid Thaib, H. Muhammad Ali Thaib, Halimah Thaib dan Gani Thaib. 
 
Kemudian rumah tersebut diwariskan kepada Hj. Nani Thaib ( Pemilik ke-3). Hj. Nani Thaib memiliki 4 anak, Hj. Aisyah Said, Hj. Nurjanah Said, Hj. Mar'ah Said, dan Hj. Rohani Said. Selanjutnya, rumah ini diwariskan kepada Hj. Mar'ah Said dan Hj. Rohani Said sebagai pemilik ke-4 . Lalu, Hj. Mar'ah Said memiliki 4 orang anak, Linda Susanti, Yanti, Erlitasari, dan Johny Febrianto. Dan Hj. Mar'ah Said kemudian mewariskan rumah tersebut kepada Linda Susanti. Sehingga Roemah Melayu tersebut dimiliki oleh 2 pewaris yaitu Hj. Rohani Said dan Linda Susanti.
 
Pada tahun 2011, Roemah Melayu beserta tanah dan isinya dijual kepada H. Nursayuti, SE (pemilik ke-6).
 
Pak Sayuti menjelaskan ,alasan membeli rumah ini " Karena saya hobi pada hal-hal yang berbau klasik, unik dan bermanfaat kedepannya."
"Tahun 2011 kondisi rumah ini dalam keadaan tidak terawat", ujar Pak Sayuti.
 
Rumah ini terbuka untuk umum tanpa di pungut biaya.
 
Pada tahun 2015-2016, rumah ini mengalami renovasi. Bentuk asli rumah ini masih tetap dipertahankan, hanya saja bagian atap dan beberapa lantai rumah yang sudah dimakan usia diganti. Bentuk Roemah Melayoe 1929 adalah rumah panggung. 
 
Rumah ini terdiri dari 12 tiang tembok. Dibagian bawah rumah ini terdapat 6 buah lampu kapal. Dan biasanya digunakan sebagai tempat pertemuan. Ketika masuk ke dalam rumah, kita diperlihatkan foto keluarga dari Pak Sayuti. Di dinding rumah juga terdapat foto kakek, mertua beliau, foto proses renovasi rumah hingga foto asli pertama kali rumah ini.
 
Di dalam Roemah Melayoe 1929 ini, kita masih dapat melihat peninggalan berupa tepak sirih. Tepak sirih ini bukan sembarang tepak, di dalamnya juga ada terdapat tempat kapur sirih yang terbuat dari tembaga. 
 
Selain itu ada juga peti tempat menyimpan pakaian zaman dulu. Dan peti ini memiliki ciri khas, yaitu dapat mengeluarkan aroma khusus. Peninggalan lainnya itu berupa guci, tempat tepung tawar dan keranjang bayi yang masih terawat. 
Rumah ini memiliki 2 kamar, yang masing-masing kamar terdapat tempat tidur. Untuk ruangan atas, dulunya digunakan sebagai pingit anak gadis.
Untuk proses pembersihan rumah ini dilakukan setiap minggu. Sementara untuk perawatan kayu menggunakan cairan khusus kayu.
 
Penulis : Sofia Kristin Silalahi
Prodi : Pendidikan Sejarah
Asal Universitas : Universitas Riau
Dosen Pengampu : Piki Setri Pernantah, M.Pd