Resensi Buku Oleh Muhammad Irsyad Akmal


Dibaca: 3603 kali 
Selasa, 28 Juni 2022 - 22:30:33 WIB
Resensi Buku Oleh Muhammad Irsyad Akmal Muhammad Irsyad Akmal
Judul : Gerwani Kisah tapol Wanita di Kamp Plantungan
Penulis : Amurwani Dwi Lestariningsih
Penerbit : PT.Kompas Media Nusantara
Tahun Terbit : 2011
Tebal Halaman: 298
 
Buku karya dari Amurwani Dwi Lestariningsih menghadirkan fakta sejarah tentang organisasi wanita yang pernah ada di Indonesia yang sangat sedikit dibahas saat saya duduk dibangku sekolah. Terlebih , buku mengenai Gerwani pernah dilarang beredar di Indonesia.
 
Dalam buku ini membahas tentang asal-usul organisasi Gerwani. Sebelum mengubah nama , yaitu ketika namanya Gerwis (Gerakan Wanita Sedar) diketuai oleh S.K Trimurti. Gerwis mempunyai tujuan, yaitu tercapainya masyarakat yang lepas dari perbudakan dan penindasan ,antara individu dan individu, antara golongan dengan golongan, bangsa antar bangsa, sehingga terciptalah kekeluargaan sejati dari manusia. Berikut adalah penuturan ketua Gerwis berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai :
“yang akan dicapai adalah masyarakat adil makmur. Kemakmuran jangan ada perbedaan yang berlebihan .Setiap orang mendapat reward dari hasil yang dikerjakan. Cita-cita itu sebenarnya telah tercantum dalam pancasila, yaitu Perikemanusiaan itu. Kita memang menghendaki masyarakat tanpa kelas, tapi kita menghendaki masyarakat sosialis Indonesia.Artinya, susunan ekonomi, politik yang berdasarkan kepada tuhan Yang Maha Esa. Jadi kalau boleh meminjam istilah kita ini sebagai sosialisme religious”
Gerwis mengganti nama menjadi Gerwani pada kongres II yang diketuai oleh Umi Sardjono. Dalam anggaran dasarnya, Gerwani sebagai organisasi massa yang menyatakan bahwa, Gerwani adalah organisasi wanita yang bergerak dalam bidang pendidikan dan perjuangan.
 
B. Penulis
 
Amurwani Dwi Lestariningsih ,lahir di Nganjuk,Jawa Timur,pada 26 Februari 1970. Dia menyelesaikan program sarjana di Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 1994. Gelar magister bidang sejarah diperoleh di Universitas Indonesia,lulus pada tahun 2006 , dengan tesis “Tahanan Politik Wanita di Plantungan ,Kendal,Jawa Tengah,1969-1979).
Saat ini bekerja di Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata serta menjabat Kepala Subdirektorat Pemahaman Sejarah Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala. Selain itu, ia juga aktif di Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) dan diberbagai organisasi Mahasiswa.
 
Amurwani sebagai generasi yang sadar akan kontroversi sejarah yang beredar
,sebagai ahli sejarawan ia memberikan karya yang memberikan pandangan baru mengenai dongeng yang beredar mengenai Gerakan Wanita Indonesia. Buku ini terbit tahun 2011 artinya ketika zaman Orde Baru sudah lengser. Amurwuni mengungkap peristiwa yang terjadi pada zaman orde baru.
 
C. Analisis terhadap karya
 
Perihal pencitraan negatif terhadap organisasi perempuan Gerwani oleh rezim Orde Baru ini tidak terlepas dari keinginan rezim Orde Baru untuk mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan Ir. Soekarno dan membangun kekuasaan Orde Baru itu dengan mendapatkan citra yang baik bersamaan dengan tindakan menghancurkan dan memberikan citra yang buruk serta memberikan stigma yang negatif kepada organisasi Gerwani, selanjutnya menjadikan organisasi Gerwani sebagai musuh bangsa Indonesia. Sebagai gambaran awal harus menggali dan mengingat kembali secara sekilas proses kelahiran dan peran apa yang telah dilakukan oleh organisasi Gerwani itu hingga terjadinya peristiwa 1 Oktober 1965. Dari sini dapat dilihat bahwa adanya penulisan sejarah juga dapat dicemari oleh kepentingan golongan tertentu.
Setelah aksi pembunuhan pada tahun 1965, kondisi politik menyisakan trauma dan kepedihan. Hal itu dirasakan oleh organisasi gerwani. Sebagai organisasi yang berani masuk dalam wilayah politik, Letak kontroversi sejarah disini ialah Gerwani dipahami sebagai musuh ideologi negara dan kaum agama karena menganut paham komunisme yang bersikap anti ketuhanan.
 
Organisasi Gerwani dalam perjalanan sejarahnya telah banyak berperan dalam kancah perjuangan dibidang feminis, dibidang sosial dan juga dibidang politik. Sebagaimana telah banyak diurai dalam bab sebelumnya harus diakui personal pimpinan Gerwani yang kebanyakan adalah mantan pejuang yang aktif dalam perjuangan pergerakan kemerdekaan yang mempunyai karakter yang revolusioner, yang progresif dan yang radikal.
 
Karena perannya yang menonjol dan cenderung ingin memimpin dalam sesama organisasi perempuan lainnya juga ormas pada umumnya menyebabkan timbulnya konsekwensi di benci dan tidak disenangi oleh organisasi perempuan lainnya dan juga ormas lainnya yang tidak menyukai perjuangan garis politik Soekarno. Organisasi perempuan Gerwani setelah adanya peristiwa 1 Oktober 1965, oleh rezim Orde Baru dijadikan salah satu sasaran obyek yang harus dihancurkan dan dimusnahkan, karena merupakan organisasi yang dikhawatirkan akan menjadi penghalang yang potensial bagi rezim Orde Baru sebagai penguasa baru di Indonesia.
 
Organisasi perempuan Gerwani dituduh terlibat dalam G 30 S. Dengan segala propaganda dan rekayasa sejarah dan sosial telah memojokkan posisi organisasi Gerwani di lingkungan masyarakat Indonesia. Tuduhan yang ditujukan pada Gerwani ini mendapat dukungan dari organisasi-organisasi perempuan yang menjadi saingannya selama ini,terutama organisasi perempuan yang beraliran agamis dan nasionalis yang sejak lama memang tidak suka kepada eksistensi dan perjuangan organisasi Gerwani tersebut. Sejarah hitam yang telah diciptakan oleh Orde Baru selama lebih dari 32 tahun telah membuat masyarakat Indonesia terhegomoni dengan apa yang telah di tulis dalam buku-buku sejarah SD, SLTP, SLTA/SMK tentang betapa kejam dan jahatnya organisasi perempuan Gerwani tersebut. Materi dari buku sejarah tersebut bersumberkan dari Buku Putih yang diterbitkan oleh Sekertariat Negara. Tuduhan yang ditujukan kepada organisasi Gerwani, bahwa pada tanggal 1 Oktober 1965 di Lubang Buaya telah terjadi pembunuhan terhadap sejumlah jenderal TNI AD dan tempat itu anggota-anggota Gerwani telah menari-nari seksual dengan telanjang, dan telah melakukan perbuatan penganiayaan dengan cara memotong-motong kemaluan para korban serta telah mencungkil matanya. Selanjutnya surat kabar militer pada saat itu mulai mengedarkan cerita-cerita tentang tarian-tarian dan tingkah laku seksual yang tidak senonoh tersebut dan adanya cerita-cerita tentang pemotongan kemaluan.
 
Gerwani harus bertanggung jawab terhadap hal-hal yang telah dituduhkan padanya. Penghancuran terhadap organisasi itupun dilakukan. Perempuan-perempuan yang dianggap aktif dalam gerakan kiri ditangkap dan ditahan di kamp Plantungan yang didirikan oleh pemerintah orde baru untuk memoralkan dan merehabilitasi mental wanita yang dianggap sebagai organisasi onderbouw PKI agar menjadi manusia yang menganut
pancasila.
 
Bila saat ini kita membicarakan tentang sesuatu yang terlupakan atau ingin dilupakan, hal itu bukan semata kita ingin membuka "luka lama bangsa" dan memupuk "dendam sejarah". Buku ini menyadarkan bahwa kita tidak dapat menghindar dari sejarah meski sejarah itu kelam dan pahit untuk diingat. Jangan pernah kita melupakan masa silam yang kelam dan sejarah pahit. Kita harus menganalisis hasil karya sejarah yang di tulis sesuai keadaan dan kepentingan masanya. Berdamai dengan sejarah karena kita yakin bahwa pengetahuan dan pemahaman tentang tragedi bangsa ini adalah langkah awal yang meti dilakukan untuk menerima sejarah sebagaimana adanya. Hnaya dengan menerima kenyataan itu, kita akan lebih mudah menemukan kearifan sejarah. Dengan kearifan sejarah itu pula, agar kita tidak mengulang kesalahan yang sama.
 
Dongeng yang tidak terbukti kebenarannya diberikan tidak hanya dalam pelajaran sejarah di sekolah, pelajaran moral pancasila, penataran P4, bahkan untuk mereka yang tidak bersekolah pun dihadirkan dalam bentuk film “Pengkhianatan G 30 S/PKI” (Arifien C. Noer, 1984) yang ditayangkan setiap tanggal 30 September, setiap tahun, sampai dengan Soeharto dilengserkan dari tampuk kekuasaannya. 13 tahun berturut-turut. Jumlah penontonnya mengalahkan box office film layar lebar manapun dari Hollywood.
 
Buku ini merupakan adaptasi dari tesis Program Pascasarjana jurusan Sejarah. Artinya, disusun berangkat dari penelitian ilmiah. Penelitian yang bisa terjadi karena Soeharto sudah tidak berkuasa lagi.
Dalam buku ini dijelaskan asal muasal oraganisasi Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia), mulai dari Gerwis (Gerakan Wanita Sedar) kemudian keanggotaan berkembang pesat termasuk anggota yang berideologi komunis (pada masa itu tidak ada yang salah untuk berideologi sosialis ataupun komunis), hingga akhirnya sebagai organisasi Gerwani menjadi salah satu onderbouw PKI.
 
Pada saat itu, Gerwani sudah ditinggalkan oleh para pendirinya seperti SK Trimurti yang adalah seorang srikandi pejuang kemerdekaan yang menjadi pemerakarsa berdirinya Gerwis.
 
Bisa dibilang organisasi ini justru adalah pionir organisasi perempuan pembela hak-hak kaum perempuan sekaligus mempunyai berbagai program untuk meningkatkan keterampilan kaum perempuan. Intinya, organisasi yang positif dalam membela hak-hak kaum perempuan.
 
Setelah peristiwa G 30 S pada tahun 1965, kebanyakan anggota Gerwani yang ditangkap tidak tahu menahu tentang peristiwa G 30 S itu sendiri. Buku ini tidak hanya menceritakan GERWANI sebagai organisasi tapi juga penderitaan para anggotanya yang kemudian diburu dan ditangkap oleh rejim Soeharto. Selain anggota Gerwani, para Tapol yang ditangkap sebagai golongan B di kamp Plantungan juga terdiri atas anggota beberapa organisasi onderbouw PKI lain seperti Lekra, HSI (Himpunan Sarjana Indonesia) dan lainnya.
 
Kalau dibandingkan dengan beberapa buku tentang pengalaman para Tapol terkait G 30 S, yang di Pulau Buru misalnya, penjabaran penderitaan mereka dalam buku ini tidak sehoror buku-buku sebelumnya. Hal ini karena bahasa yang dipakai dan juga isi buku ini memang mengutamakan analisa sejarah ketimbang curhat penderitaan Tapi, meski dalam bahasa yang lebih ilmiah, pembaca tetap bisa membayangkan penderitaan para Tapol perempuan itu.
 
 
Nama : Muhammad Irsyad Akmal
Nim : 19046103
Jurusan: Pendidikan Sejarah
Dosen : Piki Setri Pernantah, S.Pd, M.Pd.
Asal Universitas : Universitas Negeri Padang