Pesan Sangat Jelas yang Coba Disampaikan kepada Turki dan Dunia


Dibaca: 10579 kali 
Ahad, 17 Juli 2016 - 09:54:15 WIB
Pesan Sangat Jelas yang Coba Disampaikan kepada Turki dan Dunia

MonitorRiau.com - Percobaan kudeta yang terjadi di Turki cukup menyedihkan. 104 orang tentara pendukung kudeta, 41 polisi dan 47 warga sipil meninggal dunia dan beberapa ledakan terjadi dalam aksi kudeta ini. Suasananya mencekam.

Meskipun saat ini pemerintah Turki mengklaim bahwa kudeta telah gagal, namun tetap saja ada pesan sangat jelas yang coba disampaikan kepada Turki dan dunia, bahwa ada yang ‘sesuatu’ di pemerintahan Erdogan.

Menurut sejarah, Turki sudah pernah melalui 5 kali kudeta militer dengan beragam alasan. Pada tahun 2016 ini, pemicu kudeta militer adalah pengubahan konstitusi yang memungkinkan Erdogan memiliki kewenangan lebih banyak sebagai Presiden. Sementara alasan yang disampaikan militer untuk mengambil alih pemerintahan demi melindungi demokrasi dan hak asasi manusia.

Erdogan Arogan

Erdogan yang dicitrakan bijaksana itu ternyata memiliki sikap arogan yang luar biasa.

“Pergi ke jalan-jalan dan beri mereka jawaban,” kata Erdogan dalam menyikapi kudeta militer. Inilah yang membuat ribuan orang turun ke jalan, semakin mencekam dan tentu saja memakan korban.

Karena pernyataan Erdogan yang bijak ini saya jadi teringat Gusdur saat dilengserkan. Pasukan siap mati demi mempertahankan Gusdur sudah terbentuk dan siap turun kapan saja asal Gusdr bilang “iya.” Namun Gusdur tidak mengijinkan dan memina semua masyarakat tenang.

Saya juga teringat dengan Soekarno yang dilengserkan. Sempat ada tawaran dari angkatan bersenjata untuk melawan Soeharto, namun Soekarno menolak karena berpotensi perang saudara. Seokarno memilih menerima kenyataan tersebut.

Jika mendengar pernyataan Erdogan yang meminta rakyat turun ke jalan, ini sudah luar biasa arogan. Erdogan seperti tidak peduli dengan keselamatan warganya dan akan melakukan apapun demi kekuasaan. Ini sama sekali bukan soal benar atau salah, tapi tentang sikap Erdogan yang arogan.

Dukungan Amerika

Saat ada pengumuman resmi kudeta militer, Amerika langsung menyampaikan dukungan terhadap pemerintahan Erdogan. Maksudnya, jika pasukan pro pemeritah Turki tidak mampu mengatasi situasi, Amerika pasti turun tangan kirimkan bantuan untuk mempertahankan Erdogan.

Pelajaran bagi Indonesia

Hal paling menarik dari aksi kudeta ini adalah menguasai media. Erdogan yang selama ini dikenal otoriter memang menjadi masalah besar di era terbuka seperti sekarang. Banyak orang sudah ditangkap hanya karena mengkritik Erdogan.

Apa yang dilakukan Erdogan berbanding terbalik dengan Presiden Jokowi. Di Indonesia, hampir tidak ada penghina Presiden yang diproses secara hukum. Kalaupun ada, mereka dibela mati-matian oleh politisi dan kelompok orang yang mengaku paling paham demokrasi. Sementara Presiden Jokowi sendiri tidak pernah ambil pusing dengan cacian dan hinaan.

Media di Indonesia juga begitu terbuka, bahkan banyak yang kebablasan sehingga kerap menayangkan opini publik yang membodohkan.

Tapi jika melihat apa yang terjadi di Turki, mungkin media kita memang harus ada yang kebablasan, harus ada yang jualan sprei, dan harus ada yang pandai photosop. Semua hoax, fitnah, hinaan dan cacian ini akan menjadi obat bius bagi para kaum Salawi (semua salah Jokowi). Mereka akan tenang dan merasa senang bisa memfitnah dan sebagainya. Cukup mengekspresikannya di sosial media.

Sementara bagi kita kaum yang waras dan mendukung Jokowi, hoax, fitnah dan sebagainya itu dapat dijadikan vitamin pengetahuan. Akui saja lah bahwa kita sering belajar dari hinaan dan cacian para kaum Salawi. Contoh kecil, saat ada dosen kurus krempeng jelek kekurangan gizi menghina kancing jas Jokowi yang hanya terpasang satu, kita jadi tau bahwa memang begitulah cara memakai jas yang benar. Bukan dikancingin semua.

Saya jadi berkesimpulan begini, setan-setan seperti Jonru dan dosen jas itu memang perlu dipelihara. Fungsinya ya sebagai penenang bagi mereka yang fanatik Prabowo dan juga vitamin bagi kita pendukung Jokowi. Biarkan mantan jenderal atau siapa saja untuk koar-koar di media sapi, biarkan. Biar mereka senang. Sebab jika dihalang-halangi, dibatasi atau dilarang, bisa jadi mereka akan mencari penyaluran ekspresi yang lain, turun ke jalan atau percobaan kudeta.

Di sisi lain, kita harus bersyukur militer Indonesia tidak gila kuasa. Saat Gusdur keluarkan dekrit Presiden sebenarnya adalah momentum sempurna untuk lakukan kudeta. Namun militer kita mengamankan proses demokrasi agar berjalan dengan lancar.

Terakhir, menarik untuk kita lihat setelah ini apakah Erdogan akan semakin otoriter atau malah membuka kran informasi media. Kenapa menarik? Karena apapun keputusannya tetap akan memiliki resiko percobaan kudeta lanjutan.

 

Begitulah kura-kura.

 

sumber: seword.com