Menjawab Pertanyaan Kenapa Jonan, Rizal R & A Baswedan Di-reshuffle


Dibaca: 16247 kali 
Ahad, 31 Juli 2016 - 11:29:09 WIB
Menjawab Pertanyaan Kenapa Jonan, Rizal R & A Baswedan Di-reshuffle

Monitorriau.com - Kemaren lusa saya tidur cepat. Jam 1 dinihari bangun karena kehausan. Lihat hape niatnya sekedar cek notifikasi, tapi nyatanya dinihari itu terjadi keributan di beberapa grup WA yang saya ikuti. Notifikasinya sangat banyak dan aktif, seolah-olah bukan dinihari. Teman-teman sedang meributkan reshuffle yang akan diumumkan Presiden Jokowi esok harinya.

Sedinihari itu sudah bocor beberapa menteri yang akan diganti. Namun informasinya masih banyak versi, dengan kesamaan nama 90%. Banyak komentar pro kontra, meskipun belum resmi diumumkan, mungkin karena Informasi yang dibagikan di grup mereka selama ini sangat akurat.

Sejak dinihari kami sudah saling sahut-sahutan, mempertanyakan kenapa Jonan dan Anis Baswedan diganti?  Ada juga yang tertawa ngakak karena Rizal Ramli akhirnya dipecat, saya duga dia pendukung Ahok. Hehe.

Saya pribadi meski meyakini informasi bocoran reshufle tersebut akurat, namun tetap memilih tidak memikirkan alasannya sebelum benar-benar diumumkan. Saya memilih tidak percaya kalau Jonan dan Sudirman Said diganti atau keluar dari kabinet. Silahkan reshuffle, asal bukan Jonan dan Sudirman Said. Tapi andai memang diganti, saya akan sangat kecewa dengan Presiden Jokowi. Pikir saya pagi itu.

Selanjutnya saya memilih tidak memikirkannya lagi, sebab tepat setelah subuh saya sudah naik bus untuk perjalanan yang cukup jauh.

Siangnya, ternyata apa yang saya khawatirkan terjadi. Jonan dan Sudirman Said dicopot. Jonan yang telah berikan perubahan luar biasa bagi Indonesia, bahkan sebelum menjadi menteri, sangat membingungkan kalau harus dicopot oleh Presiden Jokowi. Kinerjanya luar biasa bagus, hasilnya juga nyata. Saya pernah hadir di presentasi Pak Jonan dalam setahun, jelas terlihat percepatan pembangunan dan perbaikan fasilitas umum. Intinya, kalau ada pembaca seword.com kecewa, saya pasti lebih kecewa dari kalian.

Kalau Sudirman Said mungkin karena keputusannya selama ini memang ada yang kurang pas, seperti blok Masela yang diusulkan dibangun di laut. Sementara Presiden Jokowi meminta kaji ulang dan dibangun di darat.

Dalam posisi kecewa seperti itu, saya bertanya dengan teman-teman yang sering mendapat bisikan ring satu, juga meminta pendapat orang yang saya tau menjadi salah satu kepercayaan Presiden Jokowi.

Dari semua tanggapan yang saya terima, ini kesimpulan yang saya dapat:

Menteri itu pada dasarnya adalah pembantu Presiden. Menteri harus bisa menjalankan instruksi Presiden atau mengusulkan program kerja. Pada intinya, seorang menteri harus memiliki dua hal penting, kompetensi dan loyalitas. Harus dua-duanya. Jika tidak, jawabannya reshuffle.

Dua hal tersebut kemudian menjadi alasan utama dan indikator penting untuk menganalisa nama-nama menteri yang direshuffle kemarin.

Ignasius Jonan

Selama menjabat Menteri Perhubungan, Jonan sangat menonjol dan cekatan. Berangkat dari kalangan profesional, kinerjanya langsung terasa sejak tahun pertama. Bagi yang sering bepergian, kalian pasti rasakan perubahan terminal, stasiun dan bandara yang semakin rapi dan tertib, tak ada calo. Petugas Kemenhub pasti mudah kita temukan sedang berjaga-jaga setiap harinya. Bahkan beberapa kali Jonan menempatkan TNI di setiap stasiun dan bandara.

Saya tidak meragukan kompetensi seorang Ignasius Jonan, tapi kalau ditanya soal loyalitas? Ini memang cukup buruk, meski jujur saya suka dengan sikap “ngeyelnya” Jonan.

Jonan sempat berdebat dengan Rini Sumarno soal kereta cepat. Rini mendorong percepatan proyek. Namun, Jonan berusaha menjaga agar tidak ada hal yang dilanggar terkait perizinan yang belum jelas dari proyek ini. Puncaknya, Jonan tidak menghadiri peresmian kereta cepat oleh Presiden Jokowi.

Soal loyalitas inilah yang mungkin menjadi alasan logis kenapa Ignasius Jonan diganti Budi Karya Sumadi, Dirut Angkasa Pura II. Sebab bagaimanapun Jonan adalah pembantu Presiden, kalau sudah diputuskan oleh Presiden harus didukung. Kalau mau berdebat atau usul, harusnya sebelum diputuskan.

Anis Baswedan

Menteri satu ini sangat pintar dan elegan. Ucapan dan tulisannya sangat menohok, selalu akurat. Selain itu Anis Baswedan juga sangat loyal terhadap Presiden Jokowi. Saat Pilpres, beliau ikut turun langsung menjadi bagian dari tim kampanye Jokowi-JK.

Jika memiliki kompetensi dan loyalitas terhadap Presiden, mengapa tetap dirshuffle? Dari sejauh pantauan Pakar Mantan, Anis Baswedan sampai saat ini masih bekerja di posisi nyaman. Nyaris tak ada gebrakan dari Kementerian Pendidikan, sementara saya yakin bahwa Presiden Jokowi menaruh harapan yang sangat tinggi pada Anis Baswedan.

Sudah 2 tahun Anis Baswedan menjabat sebagai Menteri Pendidikan, tapi gebrakannya nyaris tidak ada. Hal ini bertolak belakang dengan gaya Presiden Jokowi yang “kerja…kerja…kerja…” Jokowi butuh sosok yang menggebrak seperti Bu Susi di laut nusantara, Imam Nahrowi melawan mafia PSSI atau Bambang Brodjonegoro dengan tax amnesty.

Pendidikan adalah faktor penting memajukan sebuah negara, jika tidak ada gebrakan yang luar biasa, maka kita akan berjalan biasa-biasa saja. Tapi melihat faktor loyalitas dan kompetensi, saya yakin Anis Baswedan nantinya akan dapat posisi baru, entah apa.

Pengganti Anis Baswedan adalah Muhadjir Effendi, mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

Sudirman Said

Untuk satu menteri ini saya kurang bisa objektif menilai. Sebab saya cukup kagum dengan kecerdasan dan ketenangannya. Di antara menteri kabinet kerja, mungkin hanya Sudirman Said yang pernah mendapat tekanan kuat namun tetap tenang. Berbeda jauh dengan reaksi Jonan yang dikrtik soal Brexit dan langsung menyebut orang yang memintanya mundur hanya karena Brexit adalah tolol. Meski sebenarnya saya juga sependapat dengan Jonan.

Baik Jonan atau Sudirman Said adalah orang yang saya kagumi. Jika ditanya apakah Sudirman tidak loyal atau tidak memiliki kompetensi? Jawabannya pasti susah. Sebab kenyataannya beliau berkompeten dan loyal.

Namun setelah menelaah lebih dalam, dari semua kejadian dan faktor, akhirnya saya menyimpulkan kalau Sudirman di-reshuffle karena faktor kompetensi.

Seorang Menteri ESDM harus tau apa yang harus dilakukan dan apa yang salah dalam mengelola energi Indonesia. Sudirman Said dengan background akutansi, memang tak akan terlalu maksimal menguusi ESDM, kalah posisi tawar dengan yang menggantikannya Archanda Tahar, memiliki 3 hak paten pada pengembangan migas lepas pantai.

Bahasan nama-nama menteri selanjutnya yang terkena reshuffle menjadi terlalu mudah ditebak. Marwan Djafar, Menteri desa pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi, tertinggal pesawat Garuda dan ngomel-ngomel. Digantikan Eko Putro Sandjojo. Kampetensi kurang, bikin malu dan ribut.

Rizal Ramli, ribut dengan siapa saja, kepret. Dari ribut dengan Sudirman Said sampai Gubernur DKI. Sementara apa yang sudah dihasilkan seorang Rizal Ramli, hampir tidak ada. Selain kurang berkompeten, loyalitas terhadap Presiden juga minim. Sekali lagi, menteri itu pembantu Presiden, jadi harus membantu. Bukan malah membantah di media, seperti yang dilakukan Rizal Ramli soal pembangkit listrik 35 ribu watt.

Bahwa kemudian ada yang mengaitkannya dengan Ahok dan reklamasi, saya bisa pastikan itu hanya kebetulan. Karena pada dasarnya Rizal Ramli suka ribut dan semua diurusi. Saya pernah hadir di presentasi capaian selama setahun menjadi menteri, dia datang tanpa slide. Padahal Jonan, Bu Susi dan Mentan semuanya menggunakan slide.

Sementara Yudi Khrisnandi ngurusin Pokemon, Menteri Agraria nyaris tak terdengar.

Kesimpulannya, kompetensi, loyalitas dan berhubung Presidennya Jokowi, ada satu tambahan lagi yakni gebrakan perubahan. Kerja kerja kerja.

 

Begitulah kura-kura

 

sumber: seword.com