Rokok...!!! Walaupun Kau 50 Ribu Tetap Kucintai Sepenuh Hati


Dibaca: 13716 kali 
Selasa, 23 Agustus 2016 - 17:38:21 WIB
Rokok...!!! Walaupun Kau 50 Ribu Tetap Kucintai Sepenuh Hati

MonitorRiau.com - Isu kenaikan harga rokok kian menyesak dada. Di Aceh, sudah ada iming-iming beralih ke rokok konvensional, yaitu tembakau kering yang dibungkus dengan daun. Bahkan, ada pula selingan yang menyebutkan bahwa masyarakat Aceh tak perlu khawatir karena ladang ganja masih harum semerbak kasturi. Benar saja, walaupun ladang ganja terus ditumpas namun itu hanya seremoni dari pegiat seni ini untuk menampakkan kepada dunia bahwa ganja telah dimusnahkan. Kenyataan tersebut, tentu berbalik jika kamu menemukan pot berisi ganja hijau di kamar mandi seorang perokok berat.

Rokok, dari dulu sampai sekarang selalu menjadi primadona. Tidak hanya laki-laki yang menyerubut asap rokok, kaum wanita yang ingin mendapatkan suara lebih ngebass atau cuma ikutan gaya masa kini. Kenaikan harga rokok yang meledak bagai bom yang kian mudah meletus di Timur Tengah akhir-akhir ini, sejatinya hanya isapan jempol belaka. Selama ini, rokok selalu naik namun belum mencapai tingkatan Rp.50,000. Para perokok aktif, mengeluh saja sambil mengisap puntung rokok, sambung puntung bertalu-talu, bahkan ada yang menggigit puntung rokok yang katanya berasa manis semanis gula Jawa. Laki-laki perokok mencintai sebatang rokok lebih dari dirinya sendiri. Pagi hari yang terpenting adalah sebatang rokok, bukan sesuap nasi. Menjelang tidur, kecupan asap rokok lebih manja dibandingkan kecupan istrinya.

Begitulah. Rokok teramat senang menembus batas bahagia seorang pecandu. Nikotin yang tertanam rapi dalam tiap puntung rokok membuat kepulan asap menjadi mahakarya terindah sepanjang hidup. Suami dari seorang istri lebih rela beras tak ada di rumah daripada kehilangan sepuntung rokok. Budaya orang Aceh lebih menyasyikkan lagi jika kamu menyimaknya dengan seksama. Di sini, tak ada rasa malu jika kantong kosong nyaring bunyinya. Perokok itu rela meletakkan harga diri ke sisi tersudut saat bersama orang yang banyak rokoknya.

“Kasih saya sebatang,” jok rokok si bak, adalah permintaan lumrah bagi laki-laki Aceh saat berkumpul bersama teman-teman, saat di kondangan, saat kenduri atau pada musim kumpul lainnya. Budaya membagi rokok ini pun terlalu biasa karena di lain waktu, orang lain akan melakukan hal yang sama.

Rokok telah seperti identitas di KTP seseorang. Kamu akan marah jika dikatakan kafir karena Islam secara terang-terangan tertera di kartu identitas. Begitu pula kamu akan marah jika dikatakan perokok berat meskipun sedang memegang puntung rokok sambung-menyambung dari Sabang sampai Merauke. Kamu akan naik pitam dalam satu jam tak menyentuh sebatang rokok. Kamu akan sakau bila semenit saja rokok itu belum melekat di bibirmu. Kamu akan mencari cara agar mendapatkan sepuntung rokok dengan merek kebanggaan.

Nah, merek rokok katanya berbeda rasa. Kamu bisa menyukai merek A. Dia menyukai merek B. Tukar merek kayak telah menukar istri. Beda rasa. Beda selera. Selera laki-laki memang beda. Biarpun merek A yang berpenampilan ekslusif, harga lebih mahal, kamu tetap membelinya. Walaupun merek B, penampilan biasa, harga ramah di kantong, kamu tetap membanggakannya.

Harga rokok bukanlah soal untuk mengurangi perokok. Apabila sarana masih mendukung, tidak ada hukuman berat, maka rokok tetap menjadi primadona. Cinta yang telah menutup mata, ke ujung dunia pun akan kamu raih. Isu menaikkan harga rokok hanya tempelan saja karena semakin dinaikkan, semakin kuat usaha laki-laki untuk mendapatkannya. Laki-laki di Aceh saja merangkak untuk meminang Gadis Aceh idaman dengan mahar emas, sebungkus rokok bukanlah soal untuk bersenang-senang.

Kenaikan harga rokok dilema untuk mereka yang takut kebla-blasan. Namun palu itu tak mungkin diketuk dengan mudah karena berbagai pertimbangan mengekor setelah itu.

Produsen rokok tentu tidak khawatir dengan kenaikan harga rokok. Satu sisi karena perokok tetap akan mencuri telur ayam di kandang tetangga asalkan bisa membeli sepuntung rokok. Di sisi lain, semua barang, termasuk rokok, tidak akan mudah naik berlipat ganda karena ini negara Indonesia yang indah permai, manja menyamun, bujuk-membujuk dan takluk pada siapa yang kaya.

Sikap tegar dari produsen rokok seakan-akan didukung oleh pemerintah. Cuek bebek begini membuat perokok loncat indah walaupun bukan terjun ke kolam renang Olimpiade Rio, namun ke kolam berlumpur penuh anak katak dan ikan bagus. Tak peduli badan berlumpur dan bau amis, ikan bagus tetap dilahap sampai kenyang.

Apa yang menarik dari ini? Saya sih ketawa sajalah. Siapa yang menelan pil pahit di negeri ini, saat diludah akan terasa permen manis madu. Perokok di Indonesia amat senang tidak mengubris soal harga karena pemerintah tak rela negara miskin karena hilangkan separuh perokok abadi. Tetapi, kekhawatiran itu kembali ke bagian atas tadi, perokok tetap cinta kok walau harga 50 ribu!

Negara di garis Khatulistiwa ini bukanlah Inggris atau yang terdekat Korea Selatan. Dua negara ini memiliki fenomena menarik dalam merokok. Selain menekan harga rokok juga melarang perokok untuk membuang gas beracunnya di tempat umum. Kamu mau merokok, silakan cari tempat aman. Kamu melanggar, siap-siap saja tabungan terkuras atau bahkan kurungan dalam waktu tertentu. Bagian ini yang semestinya didebatkan oleh pemerintah dan produsen rokok. Berani atau tidak jawabannya seabad kemudian masih tetap sama, rokok idola kok di sini!

Selain Inggris, negara maju yang semakin dikenal berkat drama Descendants of the Sun, Korea Selatan juga termasuk negara yang tegas terhadap rokok. Sejak Januari 2015, Pemerintah Korea Selatan telah menaikan harga tembakau mencapai 80 persen. Semula, 1 kg tembakau dijual dengan harga 2500 won naik menjadi 4500 won. Pemerintah Korea Selatan menetapkan pusat perbelanjaan, stasiun, taman, halte bus, sekolah dan tempat anak-anak berkumpul sebagai zona larangan merokok. Denda yang harus dibayar apabila melanggar adalah sebesar  10 ribu won. Anggota Parlemen Korea Selatan, Lee Jong-Yong mengungkapkan, hal ini diterapkan pemerintah sebagai upaya untuk mengurangi jumlah perokok yang selama ini banyak mengganggu ketertiban umum. Terbukti sejak tahun 2011, 670 lokasi telah ditunjuk sebagai zona bebas rokok dan meningkat pada Juni 2014 menjadi 4140. (Analisadaily.com, 03/02/15).

Sejauh mana follow up pemerintah Indonesia dalam rangka menurunkan angka perokok? Cuma menaikkan harga rokok mencapai 50 ribu saja? Hal ini tak lebih seperti Cinderella yang melepas sebelah sepatu kaca. Jiwa muda laki-laki meraup keuntungan lebih besar apabila mampu mengisap sebatang rokok saja. Belum lagi jika kita berbicara iklan-iklan rokok yang mematikan, seksi, menggoda, bercumbu dengan malam dan peringatan tertulis yang tak diindahkan. Merokok memang membunuhmu, merokok memang akan membuat kamu seperti dalam cover bungkus yang mewah itu. Tetapi, kamu teramat tuli untuk bermain dengan ruangan berpendingin karena asap rokok lebih mudah meningkatkan libido.

Seandainya masa ini bisa berbicara, laki-laki macho dengan segala ketampanan itu, lebih rela menikahi rokok daripada seorang wanita cantik. Laki-laki bahkan lebih mudah mengucapkan cinta kepada rokok ketimbang merayu wanita yang bagai burung lepas dari sangkar. Kamu setuju jika laki-laki susah membuang puntung rokok? Garisbawahi bagian ini jika kamu mengatakan iya.***