FEATURE

Cerita Rahimah, Guru Honorer dari Tembilahan ke Pelosok Desa

Seorang pelajar selfie bersama Rahimah ketika mendampingi murid-muridnya di perjalanan menggunakan transportasi air/pompong dalam kegiatan Pramuka

"Selamat Hari Guru Nasional Tahun 2019. Bagi penulis, guru merupakan pahlawan yang bergenerasi. Mereka yang berstatus pelajar bahkan tidak memandang status gurunya, apakah ASN ataupun Honorer. Sisi perjuangan mendidiklah yang akan melekat dalam ingatan"

TEMBILAHAN (MR) - Melawan panas terik Matahari, serta taburan debu sepanjang perjalanan memaksakan untuk menurunkan kaca Helm yang dikenakan. Ya, upaya sederhana itu dinilai sudah tak terhambat lagi.

Namun memilukan, ketika derasnya guyuran hujan mendadak turun. Jarak rumah penduduk tidak sesempit seperti dalam kota, tempat untuk berteduh pun tak ditemukan hingga akhirnya sekujur tubuh basah kuyup.

Bahkan dikala musim hujan juga, becek ruas jalan sekitar 30 menit yang dilalui tak luput sebagai penyebab lepas kendali. Pasalnya, tidak sekali kendaraan matic roda dua yang digunakan itu terjatuh.

Begitulah yang dirasakan Rahimah, seorang Guru Honorer di SMP Terbuka Tempat Kegiatan Belajar (TKB) Desa Pasir Emas, Kecamatan Batang Tuaka, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) - Riau.

Biasanya sekitar pukul 07.00 WIB, Rahimah turun sendiri saja dari rumah kontrakannya di Parit 13, Jembatan 1, Tembilahan, Kabupaten Inhil. Di situ ia tinggal hanya seorang diri.

Dari Tembilahan, perjalanannya menuju Sekolah memangkas waktu paling cepat 1 jam, biasanya 1,15 jam atau bahkan 1,30 jam jika bersantai.

Dia berangkat mengajar tidak setiap hari, menurut jadwal rutinnya hanya Hari Selasa, Rabu dan Jumat. Ketika Matahari sudah di posisi vertikal, waktunya Rahimah kembali ke kontrakan. Begitulah seterusnya.

"Di sana tak ada rumah, jadi ngontrak di Tembilahan. Rp 4 juta setahun," katanya kepada MonitorRiau.com, Senin (25/11/2019).

Wanita kelahiran Juli 1992 di Desa Belaras Kecamatan Mandah ini mengaku selalu siap menghadapi segala rintangan selama di perjalanan.

Meski digaji seadanya, Rp 450 ribu pertriwulan/tiga bulan sekali. Namun gadis bergelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) itu mengaku tetap semangat menjalani aktifitasnya. Rahimah menyebutnya sebagai pengabdian.

"Sekolah itu kekurangan guru, hanya 5 orang. Jumlah muridnya pun sedikit, kurang dari 100 pelajar," bebernya.

Awalnya, Alumni Universitas Islam Indragiri (Unisi) ini diajak rekan seangkatan kuliahnya pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) yang ada di sana.

Sejak Agustus 2017 lalu, tanpa embel-embel lebih, proses belajar-mengajar terus digeluti dengan penuh semangat. "Mungkin panggilan hati aja," katanyanya singkat.

Meskipun begitu, momen tanggal 25 November hari ini, Hari Guru Nasional Tahun 2019, Rahimah menuturkan harapan kepada negara agar menambahkan sedikit lagi perhatian kepada Guru Honor serta meningkatkan ketersediaan sarana-prasarana sekolah untuk lembaga pendidikan swasta.***(mir)




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan