Ekonomi

Suku Bunga BI Akan Tetap meski The Fed Naikkan Suku Bunga Acuan

JAKARTA (MR) - Kamis (16/3/2017) besok waktu Indonesia, dewan gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang akrab disebut the Federal Open Market Committee (FOMC) akan mengadakan rapat penting.

Rapat FOMC tersebut untuk membahas perkembangan ekonomi AS terkini dan sekaligus menetapkan suku bunga acuan.

FOMC diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan karena perekonomian di AS saat ini mulai bergairah.

Perkembangan inflasi sudah memperlihatkan pergerakan mendekati proyeksi bank sentral AS, Federal Reserve atau the Fed, sebesar 2,5% dan data tenaga kerja AS sudah memperlihatkan perbaikan.

Dengan data-data perekonomian US terkini tersebut, pasar memperkirakan Fed rate  akan naik dalam rapat FOMC besok.

Kenaikan ini pastinya berdampak terhadap semua pasar termasuk Indonesia, yang juga mengadakan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) mulai hari ini (15/3/2017).

Besok, RDG BI akan memutuskan besaran suku bunga acuan atau yang disebut BI 7-day repo rate.

Menurut Bahana Securities, bank sentral belum perlu merespon kenaikan suku bunga the Fed kalau besok diputuskan naik, dengan serta merta menaikkan suku bunga acuan di dalam negeri.

Pasalnya, inflasi di dalam negeri diperkirakan masih akan berada dalam target Bank Indonesia antara 3% - 5% untuk sepanjang tahun ini, meski pemerintah masih melanjutkan rencana kenaikan tarif listrik

"Kenaikan suku bunga the Fed kali ini tidak akan terlalu membahayakan pasar dan perekonomian negara-negara berkembang termasuk Indonesia," kata Ekonom Bahana Securities, Fakhrul Fulvian melalui rilis ke Kompas.com, Rabu.  

"Arus modal ke pasar obligasi diperkirakan masih akan mengalir seiring dengan ekspektasi adanya kemungkinan S&P menaikkan rating Indonesia dalam waktu dekat," terang Fakhrul.

Fundamental Indonesia yang masih memperlihatkan pemulihan yang tercermin pada stabilnya nilai tukar, perbaikan neraca perdagangan dan perekonomian yang diperkirakan belum akan tumbuh signifikan pada kuartal pertama ini.

Hal ini akan menjadi pertimbangan utama bank sentral dalam mempertahankan suku bunga tetap sebesar 4,75% pada bulan ini.

Apalagi hingga akhir tahun lalu kredit perbankan masih tumbuh 7,9% secara tahunan. Tahun ini perbankan menargetkan kredit akan tumbuh sekitar 10% - 12%.

Untuk mendorong perbankan lebih agresif menyalurkan kredit, sebenarnya BI sudah bisa mengeluarkan aturan yang lebih detail terkait rencana pembayaran giro wajib minimum (GWM) secara rata-rata atau secara teknikal disebut averaging GWM, sehingga bank lebih fleksibel dalam mengatur likuiditasnya.

Dengan lebih aktifnya perbankan dalam menyalurkan kredit, tentunya akan menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menurut BI masih bisa bertumbuh antara 5% - 5,4% untuk sepanjang tahun ini.

Estimasi ini sesuai dengan perkiraan Bahana yang sebelumnya sudah memperkirakan ekonomi akan tumbuh sebesar 5,4% pada 2017.*** (kompas)




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan