JAKARTA (MR) - Majelis Tarjih dan Tajdidi Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadhan tahun ini 1438 Hijriah jatuh hari Sabtu, 27 Mei 2017.

Sedangkan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) belum menetapkan awal puasa Ramadhan tahun ini, karena masih menunggu Sidang Isbat yang digelar pemerintah.

“Sebab NU biasanya berbarengan dengan pemerintah dalam menetapkan awal Ramadhan maupun awal Syawal,” terang Ketua Tanfidziyah PBNU KH Marsudi Syuhud, di Jakarta, Senin (24/4).

“Insya Allah awal Ramadhan dan awal Syawal (Lebaran) tahun ini sama atau serentak dilaksanakan umat Islam,” terang Ketua PP Muhammadiyah Muhyiddin Junaidi di Jakarta, Senin (24/4)

Namun demikian, menurut Muhyiddin, jika terjadi perdedaam dalam penetapan awal Ramadhan dan awal Syawal hendaknya tidak dibesar-besarkan, karena umat Islam sudah terbiasa dengan terjadinya perbedaan, kita saling menghargai dan saling menghormati.

Muhyiddin menambahkan keputusan penetapan awal Ramadhan dan awal Syawal tersebut diambil berdasarkan hisab wujudul hilal yang menjadi pedoman Muhammadiyah.

Muhyiddin menjelaskan, posisi hilal (bulan) menjelang Raamadan berada pada 7 derajat. Dalam posisi itu, di seluruh wilayah Indonesaia saat matahari terbenam, bulan berada di atas ufuk. “Sebab itu, saya meyakini awal Ramadhan tahun akan dilakukan serentak oleh seluruh umat Islam, termasuk NU,” papar Muhyiddin.

?Sedangkan Wakil Ketua Umum MUI (Majelis Ulama Indonesia) Zainut Tauhid Sa’adi di Jakarta, Senin (24/4) mengatakan, MUI menghormati Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) ormas Islam yang sudah menetapkan awal Ramadhan tahun ini.

“Tidak perlu dijadikan polemik karena hal tersebut sudah seringkali terjadi. Umat Islam sudah semakin dewasa dalam menerima perbedaan, karena hal tersebut sifatnya “furuiyyah” bukan sesuatu yang pokok dalam syariah,” papar Zainut.(FT10/net)