Kebengisan Amangkurat I, Kurung 60 Dayang Istana di Dalam Kamar Sampai Mati


Dibaca: 3816 kali 
Jumat, 19 Maret 2021 - 19:13:21 WIB
Kebengisan Amangkurat I, Kurung 60 Dayang Istana di Dalam Kamar Sampai Mati

MONITORRIAU.COM - Dalam buku Babad Tanah Jawi: Javaanse Rijskroniek, J.J. Meinsma menceritakan pertemuan raja Mataram, Amangkurat I dengan Ratu Wetan, putri Ki Wayah, seorang dalang wayang gedog. Tapi putri itu telah menikah dengan Kiai Dalem (Ki Dalang Panjang Mas) yang juga dalang dan sedang mengandung dua bulan dari pernikahannya.
Ads by

Peneliti HJ De Graaf dalam buku Runtuhnya Istana Mataram menyebut meski tidak membuat raja melupakan istrinya yang lain, perhatiannya jadi lebih banyak dialihkan kepada istri barunya ini. Maka ia juga disebut Ratu Malang, orang yang melintang di jalan.

Di dalam Babad Tanah Jawi, saat akan memperistri Ratu Malang, dituliskan bahwa Amangkurat I merebut perempuan itu dari tangan suaminya. Maka raja mengeluarkan perintah untuk membunuh Kiai Dalem.

Begitu tahu Kiai Dalem tewas dibunuh Amangkurat I, Ratu Malang menangis meratapi kematian mantan suaminya itu. Ia jatuh sakit dan meninggal .

Amangkurat melihat ada yang tidak beres dalam kematiannya. Sebelum meninggal , ratu mengeluarkan banyak cairan dari dalam tubuhnya, seperti keracunan.

Ia marah besar, dayang-dayang dan pelayan istana yang dekat dengan Ratu Malang diduga telah meracuni. Ia curiga ada orang yang sengaja membunuh istri selirnya itu. Apalagi ia mempertimbangkan untuk memberikan takhta kepada putra Ratu Malang.

De Graaf menuliskan bahwa dapat dimengerti bahwa Sunan Amangkurat curiga ketika istrinya meninggal dengan memperlihatkan gejala-gejala keracunan Pelaku keracunan harus dicari di kalangan terdekat si korban, yaitu para dayang yang pernah sekali berkomplot dengan Putra Mahkota pembangkan itu (Pangeran Dipati) untuk melawan raja.

Raja mengurung 60 orang dayang-dayang istrinya di dalam sebuah kamar gelap dan tidak diberi makan sampai mereka mati semua.

Kematian Ratu Malang membuat Amangkurat I seperti orang gila. Jenazah ratu dibawa ke Gunung Kelir untuk dipusarakan.

Dalam bukunya, De Graaf menulis jika selama beberapa hari liang lahat Ratu Malang tidak ditutup atas permintaan raja. Amangkurat I berhari-hari diam di dekat makam itu meratapi tubuh istrinya yang telah meninggal.

Amangkurat menjadi sedemikian sedihnya sehingga ia mengabaikan masalah kerajaan. Setelah pemakaman istirnya, diam-diam ia kembali ke makam tanpa diketahui seorang pun. Begitu kasihnya kepada wanita itu sehingga ia tidak dapat menahan diri, dan turut membaringkan dirinya di kuburan.*** (okezone)