Resensi Buku Oleh Rosi Aswita


Dibaca: 4343 kali 
Ahad, 26 Juni 2022 - 20:28:53 WIB
Resensi Buku Oleh Rosi Aswita Rosi Aswita
Judul Buku : Pergerakan Nasional Dan Tumbuhnya Nasionalisme Indonesia
Penulis : Dyah Kumalasari
Penerbit : UNY Press
Tahun Terbit : 2020 
ISBN : 978-602-498-178-5
 
BAB I
KONDISI UMUM MASYARAKAT INDONESIA AWAL ABAD KE -20
 
 
A. Kemenangan Golongan Liberal
 
Kebijakan tanam faksa yang diterapkan oleh pemerintah Belanda di Indonesia disebabkan karena kekosongan kas keuangan negeri Belanda . Akibat dari perjuangan Pangeran Diponegoro dan Perang Belgia. Pemerintah Belanda mengadakan program tanam paksa dengan tujuan untuk mengembalikan kondisi keuangan Belanda. Kebijakan ini hanya menguntungkan kepada pihak Belanda saja.
 Kebijakan pemerintah Belanda dengan mengeluarkan RR tidak memuaskan partai liberal di Belnda. Partai liberal ini menginginkan kebijakan tanam paksa dengan pencabutan kebijakan pelarangan penyewaan tanah kepada swata . Hal ini dilakukan agar perusahaan dari partai Liberal dapat menanamkan modalnya di Indonesia.
 
B. Kebijakan Desantralisasi
 
Kebijakan ini dikeluarkan oleh negara induk bagi pemerintah Hindia Belanda untuk menyelenggarakan prinsip desentralisasi yang menguntungkan bagi pihak. Pihak yang menguntungkan disinil ialah pihak yang menerapkan konsep laisser-Faire.Kebijakan Desentralisasi ini yang memberikan kekuasaan untuk mengatur keuangan dan jalannya pemerintahan memberikan ruang bagi rakyat Indonesia untuk menjadi pegawai negeri.
 
C. Kerusuhan 1926-1927 dan Inflansi 1930
 
Kebijakan desentralisasi yang diberikan oleh negeri Belanda kepada tanah jajahan tidak memberikan dampak yang baik bagi rakyat Indonesia. Kelaparan dan kemiskinan masih terus menerus dengan bentuk penindasan yang baru. Rakyat dipaksa bekerja dengan upayah yang tidak layak yaitu dengan upah sebesar setengah sen perhari dan diikat oleh kontrak kerja. Selain itu pada waktu ini terjadi krisis ekonomo yang dimulai dengan adanya peranf bunga kredit di benua Amerika dan Eropa. Sedangkan di Hindia Belanda, krisis terjadi akibat berkurangnya pembelian barang-barang dalam negeri.
 
D.  Front Sawo Matang dan Pertentangan Ideologi Marxisme, Nasionalisme, Panislamisme
 
Paham organisasi politik bangsa Indonesia terbagi dalam tiga bauh aliran yaitu paham Nasioanalisme, Islamisme, dan Marxisme. Ketiga buah paham ini dianut oleh organisasi-organisasi politik bangsa Indonesia sehingga sulit sekali untuk didamaikan. Ketiga paham yang ada di Indonesia ini memiliki cita-cita yang sama yaitu mewujudkan Indonesia Merdeka dan melawan imprealisme di tanah Indonesia.
 
E. Gerakan Non-Kooperasi dan Kooperasi
 
Era pergerakan nasional Indonesia memiliki dua buah sikap perjuangan untuk mencapai kemerdekaan, yaitu non kooperasi dan kooperasi. Kedua aliran ini perjuangan tersebut memiliki satu tujuan yang sama yaitu terwujudnya Indonesia Merdeka. Akan tetapi kedua aliran ini memiliki perbedaan yang bergesekan yang satu dengan yang lain.
 
BAB II
NASIONALISME, ARTI DAN PERKEMBANGANNYA
 
A. Munculnya Nasionalisme
 
Nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetia tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan (Hans Kohn, 1984:11). Paha mini belum berkembang dan diakui secara umum pada akir abad 18 M. Perkembangan paham nasionalisme ini kemudia membentuk sebuah aturan tak tertulis, bahwa setiap negara harus membentuk suatu negaa, negara sendiri, dan negara tersebut harus meliputi seluruh bangsa.
 
B. Lingkungan Sosial Nasionalisme Indonesia
 
Lingkungan yang melahirkan nasionalisme Indonesia adalah lingkungan penjajahan abad ke 20. Pola pemerintahan Kolonial Belanda di Hindia Belanda adalah mempertahankan struktur masyarakat pribumi dan selama periode tersebut cirri-ciri dasar masyarakat tidak berubah, kecuali ada pengaruh dari usaha ekomoni orang Eropa dan China. Golongan liberal berusaha untuk melakukan banyak perubahan, diantaranya bahwa setiap anggaran diatur dalam undang-undang (Suhartono, 2001:13).
 
C. Kebangkitan Nasionalisme Indonesia
 
Pembangkit organisasi yang pertama adalah seorang lulusan Sekolah Dokter Jawa di Weltvreden (setelah 1900 dinamakan Stovia) yaitu Wahidin Sudirohoesodo. Usaha yang dilakukan Wahidin adalah dengan menghimpun beasiswa guru memberikan pendidikan Barat pada golongan priyayi Jawa. Usaha tersebut mendaptkan respon kurang positif dari generasi tua atau kelas Bupati.
 
Tanggapan Positif didapatkan oleh Wahidin dari pelajar-pelajar di Stovia, lembega penting yang menghasilkan priyayi rendah Jawa. Muncul ide selanjutnya untuk membentuk organisasi pelajar yang bertujuan memajukan kepentingan-kepentingan priyayi rendah.
 
 
 
BAB III
LATAR BELAKANG PERGERAKAN NASIONAL
 
 
A. Kebijakan Negara Induk
 
1. Kemenangan Golongan Liberal
 
Untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda, golongan liberal mulai memperhatikan dunia pendidikan dengan tjuan untuk mendapatkan tenaga kerja murah. Lembaga pendidikan dibangun oleh pemerintah Hindia Belnda yang dikuasai oleh golongn liberal. Lembaga pendidikan ini memperbolehkan anak-anak bangsa Indonesia untuk memasuki sekolah-sekolah dasar Eropa yang telah didirikan sejak tahun 1817. Lulusan lembaga pendidikan dimamfaatkan sebagai juru tulis di perusahaan.
 
2. Desentarlisasi
 
Undang-undang Desentralisasi 1903 juga memberikan hak-hak kepada penduduk Hindia Belanda untuk dapat melakukan pemilihan di tingkat lokal. Undang-undang 1903 disempurnakan melalui Undang-undang Konstitusional yang baru disahkan pada taun 1925.
 
BAB IV
BUDI UTOMO DAN MUNCULNYA KEPEDULIAN AKAN NASIB BANGSA
 
A. Budi Utomo
 
1. Terbentuknya Budi Utomo
 
Awal pelaksanaan politik etis memiliki permasalahan yang umum yaitu keterbatasan dana. Sutomo mengumpulkan teman-temannya pada tanggal 20 Mei 1908 di ruang kelas Stovia. Sutomo menguraikan maksud dan tujuan dibentuknya perhimpunan itu secara ringkas dan padat, perhimpunan ini dinamai dengan Budi utomo. Nama budi Utomo memiliki maksa sebagai sebuah ikhtiar yang indah. Budi Utomo dipimpin oleh Soetomo dan memiliki beberapa anggota aktif.
 
2. Budi Utomo sebagai pelopor kebangkitan nasional
 
Perjuangan yang dilakukan oleh Budi merupakan sebuah embrio dari nasionalisme. Embrio ini terwujud dalam kecintaan golongan terpelajar kepada rakyat Jawa dan Madura. Golongan terpelajar sadar dan tidak lagi memikirkan dirinya serta berusaha dengan sekuat tenaga untuk menolong bangsanya. Oleh sebab itu Budi Utomo dinilai sebagai sebuah organisasi pelopor kebangkitan nasional bangsa Indonesia.
 
Budi Utomo menginginkan sebuah legalitas hukum dari pengusa Belanda sebuah legalitas hukum dari penguasa Belanda merupakan sebuah kemajuan di bidang jalur perjuangan diplomatis.
 
BAB V
SAREKAT ISLAM DAN DAYA TAWARNYA TERHADAP PEMERINTAH KOLONIAL
 
Sarekat Dagang Islam pada bulan Agustus 1912 telah memiliki jumlah anngota sebanyak 35.000orang. Anggota Sarekat Dagang Islam terdiri atas berbagai golongan masyarakat, termasuk buruh paprika. Untuk meranfkul seluruh anggota Sarekat Dagang Islam yang berasal dari berbagai latar belakang Haji Samanhudi mengundang anggota terpelajar yang bekerja di perusahaan swasta. Orang yang diundang oleh Samanhudi adalah Raden Mas Oemar Said Tjokroaminoto. Pusat Sarekat Islam terletak di Kota Surabaya. Hal ini dikaenaka Sarekat Dagang Islam di kota Surakarta telah mengalami pembekuan oleh pemerintah Hindai Belanda. Pembekuan oleh pemerintah Hindia Belanda dilakukan untuk mencegah menyebarnya paham Sarekat Islam di Surakarta. Penyebaran paham yang diusung Sarekat Islam hanya dapat diredam di kota Surakarta.
 
BAB VI
INDISCHE PARTIJ DAN IDE-IDE KESETARAAN
 
Indische Partij adalah organisasi politik pertama yang ada di Indonesia. Organisasi ini didirikan oleh E.F.E Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi dan organisasi ini diresmikan pada tanggal 25 Desember.
 
Kelebihan Buku : Buku ini menurut saya sangat menarik dan bagus, karena buku ini menjelaskan materi secara rinci dan sangat jelas. Selain itu buku ini juga membahas mengenai paham nasionalisme, jadi buku ini dapat dijadikan panutan atau acuan bagaimana arti penting paham nasionalisme bagi bangsa Indonesia.
 
Kekurangan Buku : Dalam setiap kelebihan pasti ada kekurangan. Adapun kekurangan buku ini, penjelasan materi setiap bab cukup banyak dan padat sehingga pembaca mungkin mudah bosan saat membacanya.
 
 
Nama : Rosi Aswita
Nim : 19046054
Jurusan : Pendidikan Sejarah
Resensi Buku : Pergerakan Nasional dan Tumbuhnya Nasionalisme Indonesia
Dosen Pengampu : Piki Setri Pernantah, M.Pd