Liputan Eksklusif Ketua DPC PDI-P Dumai

Cerita Uber Saat Ziarah ke Makam Bung Karno dan Hari Lahirnya Pancasila

Ketua DPC PDI-P Dumai Firdaus Zubair tengah berdoa di Makam Bung Karno, Presiden Pertama Indonesia
DUMAI (MR) - Suatu kebanggan bagi Ketua DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Dumai, Firdaus Zubair bisa berziarah ke makam Bung Karno. Istimewanya lagi ia berziarah bersama Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri berserta ribuan kader partai lainnya, tanggal, 5 dan 6 Juni 2017 lalu.
 
"Agenda tersebut merupakan rangkaian dari acara Hari Lahir Presiden Soekarno yang diselenggarakan di Blitar, Jawa Timur, diikuti lebih dar 6000 kader partai. Dari Dumai juga Berangkat Sekretaris dan Bendahara DPC PDI-P," kata Firdaus Zubair yang akrab disapa Uber, Senin (12/06/2017) kepada monitorriau.com.
 
Menurut Uber, bulan Juni 2017 menjadi bulan Bung Karno bagi PDI-P karena 1 Juni 1945 yang ditetapkan sebagai hari lahirnya Pancasila, di mana Pancasila itu adalah usulan Bung Karno . 6 Juni 1901 adalah hari lahirnya Bung Karno serta 21 Juni 1970 adalah hari wafatnya bapak pendiri bangsa itu.
 
"Usai Kongres di Bali tahun 2015, bulan Juni ini ditetapkan sebagai bulan Bung Karno yang diisi dengan berbagai kegiatan. Tahun ini secara nasional diadakan ziarah ke makam Bung Karno, nantinya kita di sini di DPC PDI-P Dumai akan menggelar acara tanggal 21 Juni dalam memperingati wafatnya Bung Karno," jelasnya.   
 
Rangkaian acara yang dipusatkan di makam Bung Karno, Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan mulai Senin (5/6/2017), Subuh khatam Alqur'an oleh anak-anak santri hingga sore hari. Lalu siraman rohani menjelang berbuka puasa. Usai shalat magrib, isya dan taraweh berjemaah, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Agil Siraj memberikan tausyiah. Acara hari itu ditutup dengan pidato Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri
 
 
Selasa pagi, 6 Juni 2017 digelar agenda peresmian patung Bung Karno di simpang tiga Herlingga, Kota Blitar, yang langsung diresmikan oleh Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Lalu dilanjutkan berdoa bersama di makam Bung Karno. 
 
"Rasa haru dan berurai air mata dirasakan oleh kader partai saat bertafakur dan berdoa di makam beliau," ujar Uber. 
 
Diakui Uber, bisa berdoa langsung dihadapan makam pendiri bangsa membuat perasaannya campur aduk. Ada rasa bangga, haru, sedih dan sebagainya. Mengingat jasa-jasa Bung Karno terhadap bangsa. Juga bagaimana di akhir hayat dia diperlakukan tidak sebagaimana mestinya. 
 
"Kita berdoa, mengirimkan Alfatihah agar dilapangkan kuburnya, dimudahkan urusannya di akhirat nanti. Juga disana kita mengenang perjuangan beliau dari usia yang cukup muda di tahun 1928 itu berjuang demi berdirinya negara Indonesia," ucapnya.
 
Dijelaskan Uber, Makam Bung Karno yang didesain dengan arsitektur khas Jawa, yaitu bangunan joglo. Sejak 2004, telah ditambahkan bangunan baru yang menjadi satu kompleks dengan makam Bung Karno tersebut, yaitu Perpustakaan dan Museum Bung Karno. 
 
Di dalam musium Makam Bung Karno terdapat sebuah lukisan Ir.Soekarno yang berada tepat di pintu masuk. Keunikan dari lukisan tersebut ialah, pada saat kita melihat lukisan itu dari samping maka lukisan itu akan berdetak layaknya jantung manusia. Para wisatawan berbondong - bondong untuk melihat lukisan tersebut. 
 
Selain lukisan, di musium Makam Bung Karno juga terdapat foto-foto Ir.Soekarno dari ia masih kanak - kanak sampai ia menjadi kakek. Lalu di luar musium Makam Bung Karno terdapat perpustakaan yang terlengkap di kota Blitar. Sekarang banyak wisatawan yang mengunjungi Makam Bung Karno untuk berziarah dan berwisata.
 
Soal Hari Lahirnya Pancasila
Pidato Soekarno pada 1 Juni 1945 adalah fakta sejarah yang tak dapat disangkal dan Soekarno adalah penggali Pancasila. Agar momen kesejarahan itu tak hilang, maka 1 Juni harus dikukuhkan sebagai Hari Kelahiran Pancasila. Itulah yang manjadi keputusan Kongres Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di Bali tahun 2015 lalu. 
 
"Pancasila yang pertama kalinya disampaikan oleh Bung Karno dalam pidato 1 Juni 1945 menjadi pemersatu bangsa, dasar negara, dan pandangan hidup yang menjadi dasar keputusan politik pemerintahan negara. Makanya PDI-P usulkan kepada pemerintah sebagai hari besar nasional. Alhamdulillah tahun ini sudah diperingati secara nasional," kata Uber.
 
Ditegaskan Uber, usulan dari PDIP bukan untuk merubah susunan Pancasila, sehinga ditetapkannya 1 Juni sebagai lahirnya Pancasila. Perumusan pancasila sejak pidato Bung Karno hingga memiliki keutuhan dengan susunan yang seperti ini adalah turut andil dari Bung Karno sendiri. Jadi jelas bukan upaya atau akal-akalan PDIP merubah pancasila.
 
"Sila-sila di dalam Pancasila sudah final dan tidak mungkin bisa diubah sebagai dasar pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," tegs Uber.
 
Dijelaskan Uber lagi, Pada pidato 1 Juni 1945, Bung Karno menjelaskan pertama kali soal lima sila Pancasila sebagai dasar kemerdekaan Indonesia. Sila pertama sampai kelima adalah kebangsaan, kemanusiaan, demokrasi, musyawarah mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan.
 
Apabila tidak mau lima sila, maka bisa diperas menjadi tiga sila (trisila) menjadi sosionasionalisme, sosiodemokrasi, dan ketuhanan. Apabila ingin diperas lagi menjadi satu sila, jadilah gotong royong.
 
Setelah itu, pidato di BPUPKI itu dilanjutkan dengan pembentukan Panitia 8 oleh Dr Radjiman. Oleh Bung Karno, karena merasa tidak adil bila dari 8 anggota hanya ada dua perwakilan kelompok agama, maka dibentuk lagi tim bernama Panitia 9.
 
Isinya 4 orang perwakilan kelompok kebangsaan, empat dari kelompok keagamaan Islam, dan Bung Karno sebagai ketua. Tim inilah yang melahirkan Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945, di mana sila ketuhanan menjadi yang pertama dengan tambahan kata "berdasarkan syariat Islam".
 
Maka, ujarnya, ketika Bung Karno disebut tidak menghargai ketuhanan, karena pada pidato 1 Juni soal Ketuhanan dijadikan sila kelima, itu salah besar. Kalau sejarah tak dimanipulasi, sila Ketuhanan sebagai penegasan antitesa materialisme komunisme, selalu dimasukkan sebagai dasar negara. Bahkan, pada Piagam Jakarta menjadi sila teratas.
 
"‎Jangan salah, Piagam Jakarta yang diklaim sebagai milik kelompok islam awalnya karena inisiatif Bung Karno mendirikan Panitia 9. Jadi, tanpa ada inisiatif Bung Karno, tidak akan ada piagam itu," ungkapnya.
 
Namun, setelah itu, datanglah surat dari Latuharhary kepada Moh Hatta yang memberi catatan soal Piagam Jakarta. Isinya adalah curahan hati non-Muslim, yang merasa berat dengan isi sila pertama dengan kata "berdasar syariat Islam".
 
Oleh Hatta, catatan itu didiskusikan dengan tokoh bangsa saat itu, termasuk dengan tokoh Islam dari Muhammadiyah dan NU. Para tokoh itu lalu meletakkan kepentingannya demi NKRI. Akhirnya 7 kata di sila pertama piagam Jakarta berubah menjadi sila pertama Pancasila seperti saat ini.
 
"Itulah ijtihad ulama saat itu, dan itu adalah hadiah terbesar umat Islam kepada Indonesia. Jadi, kalau ada tokoh Islam saat ini yang mempersoalkan kembali Pancasila dengan disebut produk kafir dan thogut, maka mereka dengan sadar telah menistakan para alim ulama saat itu yang mendirikan Pancasila," tuturnya.
 
Maka, PDIP bersikap bahwa Pancasila jelas lebih baik dari komunisme, karena Pancasila mempunyai sila Ketuhanan yang Maha Esa. Pancasila lebih baik dari deklarasi kemerdekaan AS karena punya sila keadilan sosial. Pancasila lebih baik dari sistem khilafah islamiyah ala ISIS, karena Pancasila mempunyai sila persatuan Indonesia. (FT10/GJS/MR.Tanjung)




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan