Riau

Sejarah Masjid Tertua Kota Dumai Peninggalan Syech Umar

DALAM sejarah Masjid baiturrahman dibangun 5 tahun setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1950. Masjid baiturrahman didirikan oleh syech umar yang merupakan seorang ulama suluk terkemuka di Dumai.  

Ia berasal dari daerah Langkat, Sumatra Utara. Beliau lahir pada tahun 1869 dan wafat pada tahun 1960. Pada saat tuan syech umar membuka kampung ini, beliau mendiri kan sebuah masjid yang awalnya memiliki nama Darrussalam dan sudah mengalami dua kali renovasi.

Kendati sudah terjadi beberapa kali perubahan, namun tidak mengubah ciri khas nya sejak dulu.masjid tersebut mengalami dua kali renovasi  pertama pada 1981 oleh Abri Masuk Desa Manunggal V dan pada renovasi ke dua pada tahun 2000 di lanjutkan oleh Alm. Tengku syahrom dan sekarang kondisi masjid ini sudah di design dengan batu. 

Gagasan pembangunan Masjid ini awalnya berdinding kulit kayu dengan arsitektur ciri khas melayu. Seiring berjalannya waktu untuk melestarikan situs sejarah bangunan makam ini di bangun dengan batu berbentuk rumah bewarna kuning. 

Pada bagian depan kompleks bangunan, terdapat sebuah gapura berwarna hijau dan kuning. Di bagian atas gapura tersebut tertera tulisan selamat datang di situs batu beranak dan makam Syech Umar. 

Situs bersejarah ini pernah dikelola oleh salah seorang menantu Syech Umar bernama Alm Khalifah Yunus  dan cucunya Alm. Tengku syahrom.

Tak hanya makam Syech Umar saja, di dalam kompleks pemakaman ini juga terdapat beberapa makam keluarga dari Syech Umar, diantaranya makam istri Syech Umar, makam dua orang anak Syech Umar yakni Budin dan Siti Maimunah, dan satu makam lagi merupakan makam dari cicit Syech Umar. 

Keluarga dan keturunan dari Syech Umar sebagian masih banyak yang tinggal dekat kompleks pemakaman untuk menjaga makam situs sejarah tersebut.  

Masjid Baiturrahman memiliki arsitektur yang cukup unik, hampir seluruh dinding masjid di pasang keramik. Di dalam masjid ada empat tiang besar yang menjadi penyangga Selain itu masjid ini juga berada di pinggir Sungai Dumai. 

Dikarenakan masjid ini berada di pinggiran sungai, untuk tidak terjadinya abrasi, pemerintah dan pengurus setempat membuat pembendungan dengan batu-batu dan kayu-kayu mangrove agar masjid ini tetap berdiri kokoh  dan tidak mengalami terjadinya  abrasi. 

Peninggalan-peninggalan masjid ini antara lain yaitu sumur peninggalan syech umar yang berada di tempat pengambilan wudhu, tempat sulub, nako subuh (pentungan) dan juga sebuah bedug. Tetapi sejalan perkembangan zaman nako subuh (pentungan) dan bedug sudah tidak di gunakan lagi karena, perkembangan zaman sekarang ini mayoritas kebanyakan  masjid menggunakan serunai/alarm sebagai sarana yang lebih efektif.

Walaupun benda peninggalan tersebut tidak digunakan tetapi masih tersimpan dengan baik sebagai bentuk simbol peninggalan sejarah yang akan selamanya diingat dan dikenang. ***

 

Nama penulis : Dina zamzarina

Mahasiswi Jurusan Pendidikan Sejarah UNRI

Email penulis: [email protected]

Contact Person: 0895618581462

Picture (foto) by : Dina zamzarina

Narasumber : Bapak Jhon Efendi

 

 




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan