Daerah

Pelajar di Kepri Target Peredaran Narkoba

BATAM (MR) - Pelajar menjadi target potensial bagi pengedar narkoba. Usia yang masih muda serta lingkungan yang tidak sehat membuat pelajar mudah terjerumus mencoba barang haram itu.
 
Berdasarkan survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dirilis Badan Narkotika Nasional (BNN) Kepri, dari seratus pelajar, lima orang di antaranya mendapatkan narkoba dari lingkungan sekolah.
 
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Batam Hendri Arulan mengatakan, belum mengetahui data berapa anak usia Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Batam yang terjerat narkoba.
 
”Obat-obat terlarang ini kan banyak jenisnya dan kelasnya. Kalau sabu, ganja, saya rasa siswa SMP belum sampai ke sana,” kata dia, Rabu (6/3).
 
Menurutnya, pencegahan sudah dilakukan sejak dulu. Guru sangat berperan besar dalam hal ini. Sebab, mereka yang bertemu langsung dengan para siswa.
 
Pendidikan karakter yang tengah digencarkan diharapkan bisa memberikan solusi kepada siswa untuk lebih waspada terhadap hal-hal negatif. Misalnya rokok, minuman keras, ngelem, hingga narkoba.
 
”Karakter anak itu yang kami bentuk. Mereka diberikan penjelasan apa narkoba dan bahaya dari barang tersebut,” jelasnya.
 
Selain itu, pihaknya melalui sekolah-sekolah rutin mengun-dang narasumber yang berkompeten untuk memberikan edukasi kepada siswa.
 
”Selain internal, kami juga undang BNN dan pihak kepolisian untuk memberikan penjelasan kepada siswa. Ini merupakan upaya kami dalam memerangi pengedaran narkoba di lingkungan pendidikan,” ujarnya.
 
Terkait survei dari BNN itu, Hendri mengaku belum tahu dan perlu turun ke sekolah-sekolah. Menurutnya, kenakalan anak usia SMP diperkirakan belum sampai ke sana.
 
”Bawa motor saja tidak boleh. Namun demikian, survei ini bisa menjadi acuan kami untuk lebih serius dan mengintensifkan sosialisasi bahaya narkoba di lingkungan sekolah,” katanya.
 
Saat ini, sambung Hendri, ada komunikasi antara wali murid dan para guru melalui grup di aplikasi perpesanan.
 
”Kalau tidak salah namanya Paguyuban Kelas. Jadi, mere-ka bisa berdiskusi terkait tingkah laku anak di sekolah maupun di rumah. Jika ada masalah guru akan bergerak cepat,” bebernya.
 
Hal lainnya adalah memperketat pengawasan di lingku-ngan sekolah. Setiap jam istirahat, pastikan anak-anak tetap berada di lingkungan sekolah dan tidak keluar pagar.
 
”Jangan sampai ada yang merokok, karena itu bisa jadi awal mereka terjerumus. Jadi, mereka istirahat ya di lingku-ngan sekolah saja,” ungkapnya.
 
Untuk itu, ia juga meminta peran orangtua di rumah. Membantu mengawasi anak-anak ketika berada di luar sekolah. Menurutnya semua orang berperan dalam menjauhkan anak dari bahaya narkoba.
 
Disinggung mengenai tes urine untuk pelajar, Hendri menyatakan bisa saja dilakukan jika ditemukan anak sekolah yang terindikasi menggunakan narkoba.
 
”Bisa saja kalau memang dibutuhkan,” imbuhnya.
 
Mengenai tindakan yang akan dilakukan jika ada pelajar yang positif menggunakan narkoba, Hendri mengatakan rehabilitasi ini diperuntukkan bagi mereka yang sudah menjadi pecandu. ”Pelajar saya rasa tidak ada yang menjadi pecandu seperti itu,” tutupnya.
 
Sementara itu, Komisioner Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kepri Erry Syahrial me-ngatakan sangat prihatin masih ada anak yang terpapar narkoba. Menurutnya, anak atau pelajar di Batam rentan menjadi pemakai narkoba, selain anak di wilayah Tanjungpinang dan Karimun.
 
”Tiga kota/kabupaten ini termasuk yang berpotensi tinggi terpapar narkoba,” ucap Erry.
 
Karena itu, perlu upaya untuk mempersempit ruang gerak pengedar narkoba dengan proses penegakkan hukum. Jika ada korban anak, diminta untuk direhabilitasi.
Menurutnya, ada anak-anak yang sudah terpapar narkoba namun masih sedikit yang diketahui dan dijangkau untuk mendapatkan perawatan agar terbebas dari narkoba.
 
”Sekarang bagaimana Disdik dan BNN bisa menjangkau anak-anak ini. Supaya mereka bisa mendapatkan haknya untuk direhabilitasi,” ujarnya.
 
Pelajar yang terpapar ini ada yang dari SMP dan SMA. Ia berharap Disdik lebih sering menggelar sosialisasi terkait bahaya narkoba.
 
”Jika tes urine dibutuhkan ya silahkan saja. Sepanjang tidak melanggar hak anak. Guru pasti tahu mana anak yang bermasalah. Misalnya jarang datang sekolah atau sering cabut (bolos),” tambah Erry.
 
Ia menyebutkan, pada kasus yang baru ditemukan, ada anak terdeteksi menggunakan narkoba sebagai pengguna dari guru Bimbingan Konseling (BK) yang ada di sekolahnya.
 
”Berarti peran besar dipegang guru. Semakin mereka aware dengan kondisi anak tentu semakin mudah menemukan masalah pada anak tersebut,” lanjutnya.




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan