Ekonomi

Stempel 'HP Murah' buat Xiaomi Akan Tinggal Jadi Sejarah

JAKARTA (MR) - Xiaomi lahir dan besar dengan mengusung stempel HP murah. Tapi hal itu cuma akan tinggal jadi sejarah. Smartphone Xiaomi akan mulai dijual lebih mahal.

Penegasan tersebut dilontarkan oleh Lei Jun, pendiri sekaligus CEO Xiaomi. Urusan jualan lini smartphone murah terindikasi bakal "diserahkan" ke (sub) brand Redmi, yang dulu merupakan salah satu seri dari Xiaomi.

Menilik sejarahnya, stempel HP murah pada dasarnya melekat sedemikian kuat pada Xiaomi sejak kali pertama meluncurkan smartphone pertamanya, Xiaomi Mi 1, pada Agustus 2011 atau satu tahun setelah perusahaan itu terbentuk.

Xiaomi sendiri berdiri pada April 2010, dengan Lei Jun tampil sebagai sosok sentral sekaligus "wajah" dari merek tersebut. Logonya adalah "MI", singkatan dari Mobile Internet. Fokus awal Xiaomi pada perusahaan teknologi mobile juga diperkuat latar belakang Lei sebagai mantan CEO Kingsoft, sebuah perusahaan software. Di 2010 pula lahirlah MIUI, sebuah custom rom dengan tampilan antarmuka (secara khusus ikonnya) yang mirip TouchWiz-nya Samsung dan iOS dari Apple.

Balik lagi ke produk smartphone Mi 1, saat itu Xiaomi melepasnya dengan harga murah meskipun punya spesifikasi yang terbilang tinggi pada masanya. Antara lain prosesor Qualcomm Snapdragon S3, GPU Adreno 220, RAM 1GB, dan perpaduan kamera depan 8MP plus kamera belakang 2MP. Jadilah Xiaomi Mi 1, saat itu, sedemikian mencuri perhatian karena tak sedikit yang beranggapan ponsel itu punya spek dewa dengan harga rakyat jelata.

Tahun demi tahun, Xiaomi bukan cuma terus menggelontor pasar secara agresif dengan smartphone-smartphone murah -- sampai-sampai ada anggapan produk mereka "merusak harga pasar". Di bawah komando Lei Jun, Xiaomi juga merambah pada produk-produk elektronik lain yang lebih luas, mulai dari wearable ke laptop, sampai rice cooker dan bohlam sebagai bagian dari ekosistem smart home.

Gencarnya Xiaomi menggempur pasar di semua segmen juga melahirkan sejumlah seri smartphone-nya. Sebut saja Seri Mi, Mi Note (sejak 2015), Mi Max (sejak 2016), Mi Mix (sejak 2016), dan Redmi (sejak 2013). Sebagai catatan, varian paling akhir dari masing-masing seri itu sejauh ini adalah varian Mi 9 (2019), Mi Note 3 (2017), Mi Max 3 (2018), Mi Mix 3 (2018), dan Redmi Note 7 (2019).

Selain itu, Xiaomi juga sudah memunculkan sejumlah sub-brand smartphone. Di antaranya yang paling populer adalah BlackShark sebagai ponsel gaming dan Pocophone/Poco yang berada di segmen menengah dengan spek flagship. Belakangan, muncul pula Redmi yang bertransformasi dari sekadar seri Xiaomi kini menjadi sebuah sub-brand.

Nah, keberadaan jajaran sub-brand itu pula yang tampaknya ikut mendorong perubahan strategi Xiaomi saat ini. Seperti disinggung di awal, Lei Jun menyatakan brand smartphone Xiaomi takkan lagi menjual HP murah seperti di masa awal kelahirannya.

Dengan Xiaomi terindikasi akan mulai membidik segmen premium, boleh jadi Redmi-lah yang kini akan "bermain" di rentang harga smartphone murah paling tidak dilengkapi oleh Pocophone pada segmen kelas menengah dan BlackShark membidik segmen mobile gaming.




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan