Ekonomi

Budidaya Madu Kelulut Tingkatkan Ekonomi Warga

PEKANBARU (MR) - Budidaya madu kelulut di Desa Kotalama Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar, mampu meningkatkan perekonomian warga yang mayoritas kehidupannya bertani karet.
 
Salah seorang peternak madu kelulut Aplus Habibi, menjelaskan bahwa usaha madu kelulut yang digalakkan warga desa Kota Lama bersumber dari potensi hutan yang ada di daerah tersebut.
 
Berdasarkan penuturan Habibi, hewan yang memiliki ukuran sebesar lalat ini memiliki sarang di pohon kayu, kemudian kayu tersebut dipotong warga menggunakan mesin senso dan kemudian dibuatkan kotak persegi empat yang akhirnya akan menjadi sarang baru bagi kelulut.
 
"Kelulut itu berasal dari hutan, potensi alam daerah sini, kami cari sarangnya di hutan di bawa ke kampung dan dibuatkan kotak untuk sarang baru yang bisa dibuka tutup," katanya, Selasa (18/6).
 
Menurut Habibi, awalnya banyak masyarakat yang tidak percaya hewan ini bisa menghasilkan madu dan bisa dijual dengan harga tinggi. 
 
Namun seiring berjalannya waktu, sudah banyak peternak kelulut yang menikmati hasil panennya dan memperoleh uang tambahan dari bisnis kecil-kecilan yang tidak memerlukan perawatan khusus tersebut.
 
Harga madu kelulut jauh lebih mahal dibandingkan dengan madu biasa, madu kelulut asli desa Kotalama perkilonya dijual dengan harga Rp400.000 sedangkan untuk kemasan 100 ml nya dijual dengan harga Rp80.000.
 
"Awalnya banyak yang tidak yakin dengan usaha ini, tapi setelah ada bukti panen, harga jualnya tinggi banyak masyarakat membudidayakan kelulut di pekarangan rumah masing-masing," sebut Habib.
 
Habibi yang juga menjabat sebagai ketua Rukun Kampung (RK) di Desa Kota Lama ini menambahkan, untuk budidaya kelulut itu tidak rumit dan tidak mengeluarkan modal yang besar. 
 
Ia memaparkan, cukup dibuatkan sarang baru dan diletakkan agak berjauhan antar sarang satu dan yang lainnya.
 
Habibi sendiri memiliki sarang madu kelulut sebanyak 10 sarang yang dipanen sekali dalam 20 sampai 30 hari. Dalam sekali panen, Habibi bisa memperoleh lima atau tujuh kilo madu secara keseluruhan.
 
"Belum semua sarang yang bisa dipanen, masih banyak yang belum memiliki madu, makanya hasilnya belum seberapa," tambahnya.
 
Jelas Habibi, rasa madu kelulut juga berbeda dari madu lebah, madu kelulut memiliki rasa asam manis dan agak sedikit cair namun tidak menyatu dengan air apabila dicampur air.
 
Tambah RK Kotalama ini, di desa Kotalama ada sekitar 200 lebih sarang madu kelulut yang dibudidayakan warga, budidaya inipun didukung penuh oleh pemerintahan desa dengan memberikan sedikit sarana dan prasarana bantuan yang memadai.
 
"Alhamdulillah didukung penuh oleh pemerintah desa, diberikan bantuan sarana dan prasarana lainnya," paparnya. (MC Riau)




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan