Riau

Menelusuri Getek di Negeri Seribu Suluk

ROHUL (MR) -  Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), Provinsi Riau ternyata banyak menyimpan keunikan. 

Di Kabupaten yang dijuluki Negeri Seribu Suluk ini masih ditemukan adanya warga yang menggunakan getek sebagai alat tranportasi sehari-hari. Dengan satu alasan, lebih cepat menuju tujuan.

Penuturan Eko (33) pemilik getek, warga sekitar lebih memilih jalur sungai dengan mengunakan tranportasi getek. Pasalnya, jarak tempuh lebih dekat jika menuju ibukota Rokan hulu, dalu-dalu maupun ke  Universitas Pasir Pengarian (UPP).

"Memang tak semua warga melalui getek ini.  Ada 4 desa yang sering menggunkannya. Seperti desa Pasir Baru, desa Pasir Utama, desa Pasir Jambu dan desa Rambah. Keempatnya berada di dua Kecamatan. Kecamatan Rambah dan Kecamatan Rambah Hilir, "terang Eko sembari menyampaikan, kalau getek tersebut dibuat sejak tahun 2014 lalu. 

Eko menuturkan, jika warga dari Pasir Maju menuju kota Pasir Pengaraian atau ke UPP, bisa juga tidak melalui penyeberangan. Yaitu melalui jalur darat, jalan transmigrasi menuju ke Desa Suka Maju, kilometer 6 dan kemudian menuju kota Pasir Pengaraian. 

"Tak melalui jalur ini (penyeberangan ) juga bisa. Tetapi jaraknya sekitar 20 kilometer. Nah, kalau melalui getek, jarak tempuhnya hanya sekitar 4 kilomter. Kan, lebih dekat, "ujarnya sembari menyampikan kalau getek buka selama 24 jam dan lokasi getek berada di desa Rambah, Kecamatan Rambah Hilir.

Mampu Menampung 30 orang

Getek merupakan bentuk transportasi air yang menyerupai perahu, terbuat dari kayu yang dijejerkan dan berbentuk persegi panjang.  

Getek yang berukuran panjang 9 meter, lebar 5 meter dan tinggi 2 meter ini mampu menampung 30 orang penumpang dan 15 unit sepeda motor.

"Sekali nyeberang (sungai), satu orang per satu sepeda motor dikenakan Rp2500. Tapi, ada juga warga yang bayar mingguan dan bulanan. Kalau Mingguan 15 ribu dan bulanan Rp50 ribu,"terangnya. 

Selain penyeberangan, getek juga dimanfaatkan warga sekitar untuk mengangkut hasil kebun, seperti sawit dan karet.

"Jika kebunnya disekitar getek, warga juga menggunakan jalur penyeberangan agar bisa cepat. Dan biayanya juga sama seperti warga lainnya," jelas Eko.

Sementara di lokasi getek, salah satu warga yang hendak menyeberang, Imis (36) menyampaikan rasa bangganya jika bepergian melalui jalur penyebrangan. 

"Enak naik getek ini bang. Kalu kita mau ke kota Pasir Pengarian, dari sini hanya 4 kilometer aja. Kalau melalui jalan transmigrasi mencapai 20-an kilomter," terang Imis tersenyum.

Dekat Dengan Makam Raja Raja Rambah

Selain mampu menampung 30 penumpang, getek ini juga berdekatan dengan lokasi makam raja raja Rambah. Yang berjarak sekitar 50 meter. 

"Lokasi (getek) kita ini persis di belakang makam raja raja rambah. Hanya berjarak 50 meter," kata Eko sambil menunjuk lokasi makam raja raja rambah, Selasa (6/8). 

Eko menuturkan, keberadaan getek memang dapat memberi keuntungan baginya. Tetapi alangkah baiknya, jika pemerintah daerah dapat membangun jembatan penyebrangan. Agar warga, khusunya yang berada di 4 desa tersebut bisa melaluinya sehari-hari. 

"Kita senang kalau Pemkab Rohul bisa membangun jembatan di sini. Karena membangun getek ini kan pakai dana keluarga. Tentu tidak selamanya bisa bertahan. Apalagi, mencari kayu yang bagus untuk merenovasinya sekarang susah, "jelasnya dengan menyebut kalau sebelumnya, masyarakat masih menggunakan perahu sampan untuk menyeberangi sungai batang lubuh. Dan kapsitasnya hanya mampu menampung satu orang. (Paber)




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan