Nasional

Wilmar Alokasikan Rp60 Miliar Untuk Membangun 15 Sekolah di Indonesia

MONITORRIAU.COM - Wilmar Group di Indonesia menunjukkan komimennya untuk turut membantu masyarakat di sekitar perkebunan sawit miliknya. Bahkan, perusahaan menganggarkan dana sekitar Rp60 miliar untuk membangun 15 sekolah di sekitar area perkebunan sawit di Indonesia, sebagai wujud kepedulian perusahaan di bidang pendidikan.

Head of Plantation Indonesia Wilmar Group, Gurcharan Singh mengatakan, saat ini sekolah yang sudah jadi ada dua. Yakni di Kabupaten Pasaman Barat dan di Solok Selatan di Sumatra Barat.

Menurutnya, dari total 15 sekolah yang dibangun sebanyak enam sekolah di region Sumatra dan sisanya sembilan sekolah di region Kalimantan. "Untuk Sumatra ada empat sekolah yang sedang dalam proses pembangunan yaitu di Rantau Prapat Labuhan Batu (Sumut), satu di Agam (Sumbar), dan dua di Musi Banyuasin (Sumsel)," katanya saat melakukan peninjauan lahan sawit Wilmar di Kabupaten Agam, Sumbar, Kamis (18/5/2017).

Sementara, lanjut dia, untuk region Kalimantan akan dibangun di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat, bahkan pihaknya akan membuat boarding school di daerah ini. "Kami akan bangun boarding school di Kalimantan yang saat ini sedang land clearing. Tahun ini sudah siap bangun," ungkapnya.

Gurcharan menuturkan, pembangunan sebanyak 15 sekolah ini dilakukan secara bertahap. "Dana yang sudah dikeluarkan hingga saat ini sekitar Rp32 miliar. Di Pasaman sekitar Rp9,8 miliar dan di Agam sebesar Rp3,3 miliar," ujar dia.

Seluruh pembangunan sekolah ini dikerjakan kontraktor lokal dengan tetap berada dalam pengawasan dan pelatihan Wilmar. Selain itu, desain dan konstruksi langsung dipegang perusahaan dan dikerjakan warga setempat. Bahkan sekolah yang dibangun perseroan semuanya gratis.

Selain itu, Wilmar juga terlibat langsung dalam menjaga keberlangsungan sekolah tersebut secara berkelanjutan. Maka, Wilmar pun membantuk tim khusus melalui yayasan yang terdiri dari karuawan untuk menjadi relawan. 

Hal ini yang membedakan program corporate social reaponsibility (CSR) dengan perusahaan-perusahaan lain. "Kami memiliki filosofi berbeda," ucapnya.

Pihaknya berharap, langkah CSR yang diklaim high value (bernilai tinggi) ini diharapkan bisa menjadi panutan perusahaan lain sekaligus memberi manfaat bagi pemerintah dalam rangka meningkatkan sarana pendidikan. Sekolah yang dibangun Wilmar ini mayoritas anak-anak karyawan perseroan atau sekitar 60%-80% anak-anak karyawan dan sisanya warga sekitar.

Salah satunya sekolah yang dibangun Wilmar di Pasaman dari tingkat Tama Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), hingga Sekolah Menengah Pertama(SMP) di area PT Gresindo Minanh Plantation, anak usaha Wilmar di Pasaman Barat. 

Fasilitas sekolah ini cukup komplet, mulai dari laboratorium, ruang komputer, perpusatakaan, kantin, musala dengan lahan yang cukup luas dan masih banyak fasilitas lainnya. Bahkan, siswanya sering memenangkan berbagai lomba dan bisa berbahasa Inggris.

Pihaknya juga memiliki ide besar ke depan untuk dapat menggandeng universitas negeri atau ternama di masing-masing provinsi agar jebolan sekolah yang dibangun Wilmar bisa ditampung di perguruan tinggi. "Ini ide besar saya," kata dia.

Sementara, Corporate Legal Wilmar Group Indonesia Johanes mengatakan, Wilmar tidak hanya fokus pada keuntungan bisnis. Namun, juga berupaya memberdayakan masyarakat lokal melalui peningkatan pendidikan dengan membangun sekolah yang disertai dengan tempat ibadah.

"Kita selama ini tidak pernah ekspos soal CSR yang kita lakukan, tapi sebenarnya kita banyak melakukan CSR. Sebenarnya founder kita tidak mau diekspos, tapi sekarang kalau tidak diekspos susah, dikira kita tidak pernah melakukan apa-apa untuk Indonesia, sebenarnya kita banyak melakukan CSR," jelas Johanes.




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan