Riau

Gelombang Tinggi, Tiga Hari Nelayan Meranti Tidak Melaut

Ilustrasi nelayan yang akan melaut

SELATPANJANG (MR) - Cuaca buruk membuat aktivitas melaut para nelayan di Desa Tanah Merah, Kecamatan Rangsang Pesisir, Kabupaten Kepulauan Meranti, terganggu. Mereka terpaksa menyandarkan kapal jaring dan sampan di pelabuhan. Sejumlah nelayan terlihat hanya memperbaiki kapal dan jaring yang telah robek untuk mengisi waktu luangnya sementara tidak melaut karena takut cuaca yang begitu buruk dengan disertai gelombang tinggi.

Para nelayan mengaku sudah lebih dari tiga hari tak mencari ikan, meski mereka membutuhkan uang untuk keperluan rumah tangga mereka. "Semua takut, tak ada yang berani melaut. Anginnya sangat kencang dan ombaknya sangat tinggi," ungkap Rahmat, salah seorang nelayan di Desa Tanah Merah, Kecamatan Rangsang Pesisir, Rabu (8/2/2017).

Beberapa dari nelayan dari desa tersebut mengisi waktu luang dengan berkebun, menunggu kondisi cuaca stabil, dan mereka hanya bisa berharap dan berdoa agar cuaca segera membaik agar dapat beraktivitas melaut seperti biasanya.

Untuk diketahui Desa Tanah Merah Kecamatan Rangsang Pesisir berhadapan langsung dengan Selat Melaka. Maka ketika angin kencang turun akan mudah sekali terjadinya ombak dan gelombang yang sangat meresahkan nelayan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti memperingatkan nelayan tradisional untuk selalu mewaspadai perubahan cuaca buruk, sebagai mengantisipasi kecelakaan kapal di laut.

"Perubahan cuaca secara tiba-tiba ini berpotensi terjadi kecelakaan kapal nelayan di laut," kata Plt Kepala Badan Penanggulanagn Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Meranti, M Edy Afrizal, Rabu (8/2/2017).

Ia mengatakan berdasarkan koordinasi BPBD dengan BMKG, tinggi gelombang perairan di Kepulauan Meranti masing-masing berkisar 0,75 meter dan 1 meter dengan kecepatan angin berkisar 10 hingga 45 kilometer per jam dari barat ke utara.

"Perkiraan dari BMKG ini juga diperkuat keterangan nelayan yang mengalami musibah saat beraktivitas menangkap ikan di laut. Awalnya cuaca tenang namun secara tiba-tiba gelombang tinggi disertai angin kencang," katanya.

Menurut dia peringatan perubahan cuaca ini lebih difokuskan kepada nelayan, karena ukuran kapal yang kecil, alat keselamatan dan alat komunikasi yang belum memadai. "Terkadang nelayan tidak menghiraukan peringatan bahaya perubahan cuaca laut ini, sehingga sering terjadi kecelakaan kapal di tengah laut," ujarnya.

Untuk itu, pihaknya mensosialisasikan perubahan cuaca yang cukup ekstrem ini kepada nelayan tradisional, agar mereka waspada dan tidak memaksakan diri untuk melaut," ujarnya. Selain itu pihaknya juga memantau aktivitas masyarakat di daerah pesisir, mengingat kesadaran masyarakat untuk melaporkan bencana atau kecelakaan kapal di laut yang masih rendah.

"Kami berharap nelayan tidak memaksakan untuk melaut, mengingat kondisi cuaca di laut yang tidak bersahabat," ujarnya.(halloriau)




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan