Ekonomi

BI Gandeng Sekolah di Riau untuk Tekan Inflasi

PEKANBARU (MR) - Bank Indonesia (BI) menggandeng Sekolah yang ada di Riau untuk menekan inflasi serta meningkatkan ketahanan pangan. Terobosan ini sudah mulai dilakukan BI dengan memberikan pelatihan pada siswa SMK Negeri 3 Pekanbaru Selasa (4/4/2017).

Kepala BI Perwakilan Riau Siti Astiyah kepada wartawan usai soft launching program sekolah peduli inflasi ini mengatakan acara yang dilakukan ini adalah sebagai langkah awal untuk nantinya dilakukan MoU bersama 20 sekolah yang ada di Riau.

"Rencananya nanti akan ada 20 sekolah untuk dijadikan sebagai Sekolah Peduli Inflasi. Saat ini kita masih menyiapkan MoU nya. Untuk awal kita kita masih memberikan pelatihan pada SMK 3 Pekanbaru sebagai pusat pelatihan sekolah peduli inflasi. Salah satunya kita akan mengajari program integritad ecofarming berbasis Ma-11 kepada para siswa. Ini adalah pelatihan bagaimana membuat pupuk untuk tanaman," jelasnya.

Ia menjelaskan saat ini pihaknya memang fokus untuk cabai, namun tidak menutup kemungkinan pupuk ini digunakan untuk komoditas lain. "Tahun depan kita bisa gunakan untuk komoditas lain seperti bawang. Tahun ini fokus cabai terlebih dahulu," ungkapnya.

Lanjutnya, dengan program sekolah peduli inflasi ini diharapkan SMA/SMK itu lebih tahu bagaimana meningkatkan ketahanan pangan dan juga peduli inflasi. "Kita memang sengaja menggandeng sekolah agar generasi mudanya peduli inflasi, peduli juga pada ketahanan pangan. Ini harapan kita kedepannya," jelasnya.

Sementara itu Direktur Pusat Informasi Desa Mandiri Pangan dan Energi Dr. Nugroho Widiasmadi yang hadie sebagai narasumber mengatakan konsep Integrated Ecofarming berbasis Microbakter Alfaata MA-11 yang diajarkan kepada murid-murid SMK 3 ini memiliki manfaat yang sangat besar.

"Program ini sudah dilakukan di seluruh Indonesia. Program ini diharapkan bisa dikerjakan oleh seluruh lapisan masyarakat," ungkapnya.

Dikatakannya inovasi ini bersumber dari limbah yang ada. Untuk ilmu yang lama, biasanya pengolahan limbah bisa sampai 1 bulan, namun dengan teknologi terbaru ini diolah hanya dalam waktu 1 malam. 

"Ilmu sebelumnya mengolah pakan ternak itu bisa sampai 3 minggu, nah dengan inovasi ini bisa diolah hanya dalam waktu 5 hari. Dengan kecepatan ini dan dari sumber yang murah ini yaitu dari limbah-limbah maka petani yang tidak bermodal bisa bergerak," jelasnya.

Lebih lanjut Ia mengatakan inovasi integrated Ecofarming sudah berjalan selama 1 tahun. "Sebelumnya kita sudah terapkan teknologi untuk membuat pakan sapi di Siak yang kita sebut SISKA, yaitu Sapi Terintegrasi Kelapa Sawit. Jadi kotoran sapi kita fermentasi jadi pupuk sawit, sementara daun sawit, bungkil sawitnya kita olah jadi pakan sapi, jadi saling integritad. Ilmu inilah yang kita ajarkan pada anak murid-murid," terangnya.

Dijelaskan Nugroho, saat ini pihaknya memang fokus menerapkan konsep Integrated Ecofarming ini pada tanaman cabai sebagai pengendali inflasi.

"Harapan kita dengan pelatihan yang diberikan pada siswa SMK 3 Pekanbaru, mereka bisa lebih banyak belajar dan mengaplikasikannya nanti di lapangan. Sehingga apa yang menjadi harapan kita bersama bisa terwujud," pungkasnya.(FT10/hlc)




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan