Opini

Ditodong, di Tengah Keramaian...

Cipto S Piliang
HARI Sabtu 30 September 2017, pagi. Diiringi gerimis kecil menghiasi langit Kota Dumai, saya bersama rekan-rekan lainnya dikukuhkan sebagai pengurus Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) Pesisir.
 
Forum ini diketuai oleh rekan saya, adinda saya, Megi Alfajrin Pemred Harian Pesisir Pos. Sedangkan saya pribadi menjabat sebagai direktur pengembangan dan peningkatan mutu.
 
Forum Pemred Pesisir ini lahir dari ide-ide wartawan-wartawan senior di Kota Dumai. Forum Pemred Pesisir ini adalah sebagai sarana komunikasi antar pemimpin media di Riau, khususnya di Kota Dumai.
 
Tapi, dalam tulisan ini saya tidak akan membeberkan panjang lebar soal forum ini, tapi suatu pengalaman berharga saya dan pertama kali saya alami serta tak akan terlupakan sepanjang hidup.
 
Ya, selain deklarasi kami Forum Pemred Pesisir juga menggelar seminar jurnalistik, terbuka untuk umum, mahasiswa dan tentunya wartawan. Di acara seminar inilah pengalaman itu saya peroleh.
 
Dalam Rundown acara, moderator atau pemandu acara seminar ini adalah Dewan Kehormatan Forum Pemred Pesisir, Syafrizal Jambak. Namun disela-sela break selesai deklarasi dan akan memulai seminar, bang Syaf, panggilan akrab Sayafrizal menghilang.
 
Tak tampak lagi batang hidung bahkan brewoknya bos Bakisa Group itu diseantero ballroom Grand Zuri Hotel, tempat pelaksanaan acara. 
 
 
"Bang Syaf mana??" tanya rekan-rekan panitia yang kebingungan. "Jadi siapa gantinya yang jadi moderator seminar," kata kak Helfina, MC acara menimpali.
 
Tiba-tiba Ketua Forum Pemred yang baru dikukuhkan berucap, "bang Cip sajalah". 
 
Saya tentunya tak siap, tiba-tiba diminta jadi moderator. Ku coba menawarkan pada senior saya, Bang Jonathan Subakti, ownernya media online spiritriau.com.
 
"Jangan aku lah dek... kau ajalah udah mantap tu," jawabnya saat kuminta menggantikan Bang Syaf. 
 
Begitu juga dengan senior saya lainnya Al Ikhwan, ia menolak. "Cipto saja, tak usah abang. Pasti bisa tu, Cipto saja naik," pintanya.  
 
Jujur saat itu saya merasa ditodong di tengah keramaian. Wajar saja, saya kan punya persiapan. Apalagi peserta seminar ini bukan dari kalangan pelajar. Tapi mahasiswa, dosen, perwakilan perusahaan, pejabat, ormas dan OKP serta wartawan se Kota Dumai.
 
Malahan, yang paling membuat nyaliku bergetar adalah dua narasumber yang menjadi pemateri bukannya wartawan sembarangan. Mereka wartawan-wartawan hebat dan senior. 
 
Pertama, adalah Wahyudi El Panggabean. Wartawan senior di Riau yang pernah bekerja di Tabloid Forum Keadilan Jakarta dan penulis buku-buku jurnalistik.
 
Wahyudi El Panggabean juga direktur Lembaga Pendidikan Wartawan, Pekanbaru Journalist Center (PJC) yang telah melahirkan puluhan bahkan ratusan siswanya. 
 
Saya salah satu lulusan lembaga itu. Tak terbayangkan bagi saya bisa menjadi moderator bagi guru besar saya dalam seminar jurnalistik.
 
Narasumber kedua tak kalah hebatnya. Beliau adalah Edy A Effendi, penulis buku, wartawan nasional yang malang melintang disejumlah media. 
 
Ia bahkan pernah menjabat sebagai Redaktur Pelaksana Koran Harian Media Indonesia. Bahkan Edy dikenal cukup dekat dengan sejumlah tokoh nasional.
 
"Mampus aku, bagaimana ini," saya mengumpat dalam hati. Sepertinya rekan-rekan dan panitia lainnya kompak menolak jadi moderator. Saya yang merasa tertodong tak bisa mengalak lagi. 
 
"Ya udah aku naik," kataku sambil menghela nafas cukup panjang.
 
Sebagai wartawan, saya diajarkan untuk berani. Berani menghadapi situasi, berani menjalani profesi dan berani mengambil langkah-langkah pasti dalam pekerjaan ini. 
 
Oke, saya raih mikrofon dengan langkah pasti, saya naik ke panggung. 
 
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..." pekikku menyampaikan salam sembari memulai mukadimah dalam memimpin dan memandu seminar yang sungguh luar biasa itu. Alhamdulillah, seminar yang digelar dua sesi itu berlangsung lancar aman dan tertib. 
 
 
Ketakutan dan rasa grogi dalam diriku sebelum naik ke panggung sirna seiring hangatnya suasana seminar itu. Mantapnya, sesi tanya jawab yang ku buka tak hanya dimanfaatkan oleh kalangan mahasiswa dan wartawan saja. 
 
Dari perwakilan perusahaan seperti Humas PT SDS Dumai, Kamero Bangun turut melempar pertanyaan pada pemateri. Ia mengikuti seminar sampai selesai.
 
Endingnya... seminar sukses. Saya tentunya juga ikut sukses mendapatkan pengalaman pertama menjadi moderator dadakan yang terpaksa harus memandu dua narasumber berkompetendan berkelas di bidangnya. 
 
Sungguh ini jadi pengalaman yang indah. Kisah manis untuk cerita di masa depan. Karena saya yakin, tidak banyak orang yang bersedia melakukan apa yang saya lakukan. Tak banyak orang yang memiliki keberanian dan mau ditodong jadi moderator dadakan. (*)
 
 
Meja Kerjaku, 01102017, 23:07 WIB
Cipto S Piliang
Pemred Monitorriau.com
Alumni Pekanbaru Journalist Center          
 
 
 
 
   
 
     




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan