Nasional

52 Tahun Supersemar Masih Meninggalkan Misteri

MONITORRIAU.COM – Sudah 52 tahun lamanya peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau biasa disebut Supersemar menjadi salah satu tahapan masa transisi negara Indonesia. Surat "sakti" ini mampu mengubah rezim Orde Lama pimpinan Ir Soekarno menjadi Orde Baru yang dipimpin Soeharto.

Supersemar muncul setahun setelah peristiwa berdarah Gerakan 30 September 1965. Saat itu Partai Komunis Indonesia (PKI) dianggap berada di belakang pembunuhan sejumlah jenderal TNI Angkatan Darat.

Kondisi negara mengalami kekacauan dan berbagai tekanan mulai tertuju kepada Presiden Soekarno. Pada 11 Maret 1966, akhirnya presiden pertama RI itu menandatangani sebuah surat untuk Letjen Soeharto yang saat itu menjabat Menteri/Panglima Angkatan Darat (Menpangad).

Surat tersebut menyatakan bahwa Soeharto diberi hak kekuasaan mengambil tindakan pengamanan, ketertiban, serta kestabilan pemerintah. Maka secara otomatis pada 12 Maret 1967, Soeharto menjadi penjabat presiden dan di 27 Maret 1968 resmi sebagai presiden kedua RI.

Kelahiran Supersemar dianggap menjadi jalan Soeharto untuk menjabat kepala negara menggantikan Bung Karno. Pasalnya, selama lebih dari tiga dekade melalui sidang MPRS, mandat itu tidak pernah kembali kepada Sang Putra Fajar –julukan Soekarno. Namun, kehadirannya yang sudah melebihi setengah abad ini masih terus menjadi misteri masyarakat Indonesia.

Pengungkapan tentang keaslian Supersemar selalu tidak menemukan titik terang. Sehingga, berbagai spekulasi muncul, mulai bentuk aslinya yang seperti apa, keberadaannya di mana, hingga apa tujuan surat itu dibuat.

Keadaan ini membuat banyak pengamat politik maupun sejarawan menyatakan Supersemar menjadi “pedoman” tersendiri untuk melakukan kudeta terhadap Soekarno. Pasalnya sampai sekarang surat asli Supersemar tidak pernah terlihat, bahkan banyak yang meyakini Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) menyimpan surat yang palsu. Hal itu didasari munculnya tiga versi naskah Supersemar yang beredar di masyarakat.

Supersemar versi pertama terdiri dari dua lembar halaman yang disertai kop burung garuda. Surat diketik dengan rapi dan di bagian bawah terlihat bubuhan tanda tangan presiden pertama RI dengan keterangan nama 'Sukarno'. Surat tersebut diterima dari Sekretariat Negara.*** (okezone)




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan