Opini

Teluk Lanus

MATAHARI pagi yang bulat sempurna dan jingga itu tak sempat kami potret, sampai di pelabuhan rakyat Tanjung Buton, matahari itu sudah lebih tinggi, cahayanya sudah keperakan dan lebih hangat. Keinginan untuk memotret matahari terbit dari ujung laut di dekat pulau disebrang itu pupus.
 
Dari seluruh sudut Siak, sedikit tempat yang belum saya kunjungi adalah Teluk Lanus. Saya selalu penasaran tempat ini, bagaimana ada satu kampung di Siak yang untuk mencapainya kita harus menggunakan kendraan air 5 jam perjalanan. 
 
Bagaimana tempat yang jauh ini, oleh Siak tetap diusahakan segala sesuatunya untuk lebih baik. Misalnya saja, kapal kayu yang saya dan kawan-kawan tumpangi ini, gratis. 
 
 
Kapal ini berlayar setiap senin, kamis dan sabtu. Biaya pengoperasiannya di tanggung pemda. Semua barang untuk keperluan kampung diangkut dengan kapal ini, mulai sepeda motor, ayam potong, pipa paralon, BBM, bahan makanan, bahan bangunan dan macam-macam lagi.
 
Jika kamu punya banyak buku dan sedikit waktu, bawalah buku, 5 jam perjalanan akan membuat kamu punya waktu menikmati buku-buku, karena signal seluler lebih sering hilang dari pada tersedia. Tapi kamu harus bertahan duduk dengan bangku kayu kecil dan tidak nyaman. 
 
Selain baca buku, bangku-bangku kayu kecil yang tersusun rapat membuat kita bisa ngobrol dengan penumpang lain dan saling berbagi. Kopi, kacang, roti, kuaci hilir mudik dari bangku ke bangku. Kapal kecil ini membuat semua penumpangnya merasa bersaudara. 
 
 
Tapi tak bisa ada pembicaraan rahasia disini, karena pada saat berbicara suara kita harus bisa mengalahkan suara mesin disel kapal yang menderu.
 
Saran saya bawalah makanan, makanlah diatas kapal, dan dan entah kenapa makanan terasa lebih enak. Kami sampai di Teluk Lanus pukul 14.00 dan langsung ke lokasi pekerjaan. Memasuki Teluk Lanus kamu akan disambut jalan beton yang mulai hancur dan penduduk yang ramah. 
 
Jalan beton hanya sebagian selanjutnya kami disambut jalan tanah gambut. Pada saat tiba, kondisi cuaca luar biasa panas, ternyata penyebabnya ada beberapa lahan yang terbakar disini. Cuaca yang kering membuat, jalan tanah berdebu luar biasa, menurut penduduk setempat lebih baik berdebu, dari pada hujan malah tak bisa jalan.
 
 
Cuaca panas, jalan berdebu yang bikin mata perih dan nafas sesak belum lagi cerita berbagai hewan buas yang masih ada disini. Saya bisa merasakan bahwa siapapun yang bertugas disini butuh pengorbanan luar biasa. Misalnya para staf Dinas PU Kab. Siak yang menyelesaikan pembangunan pintu air dan saluran irigasi untuk persawahan disini. 
 
Semua pengorbanan mereka akhirnya terbalas, sawah-sawah masyarakat yang tadi tak bisa ditanam karena banjir, sekarang sudah bisa di garap, hama babi juga berkurang karena terhalang kanal, kanal akhirnya juga berfungsi sebagai pagar. 
 
Petani-petani kembali kesawah, beberapa dari mereka yang kami temui terlihat kembali semangat, berkeringat dan penuh harap terhadap panen tahun ini. Listrik disini mungkin paling murah sekabupaten Siak.
 
 
Dua unit PLTS yang dibangun disini menerangi rumah warga sepanjang malam, walau signal untuk online tidak ada, tapi setidaknya TV masih bisa menyala dan warga punya sedikit hiburan.
 
Di kampung terpencil dan jauh ini, usaha-usaha untuk berubah terus dilakukan, butuh semangat dan keyakinan yang baik untuk tinggal ditempat seperti itu. 
 
Semoga pemerintah tak berhenti berbuat, semoga penduduknya juga semakin percaya diri dan semangat. Sesekali datanglah ke Teluk Lanus, biar kau yakin setiap harapan layak diperjuangkan.
 
PENULIS & FOTO: Gun




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan