FJPP

Antisipasi COVID-19, Kementerian PPPA Tegaskan Pentingnya Prokes Keluarga

Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Lenny N Rosalin
PEKANBARU (MR) - Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Lenny N Rosalin menekankan pentingnya penerapan Protokol Kesehatan (Prokes) Keluarga di tengah melonjaknya kasus COVID-19 di Indonesia.
 
“Marilah kita semua mengambil peran dan kami mengharapkan para orangtua dan keluarga dapat menjadi contoh bagi anak-anak, anggota keluarga, dan lingkungan masing-masing dengan menerapkan Protokol Kesehatan Keluarga yang lebih ketat. Kita bisa melindungi keluarga dengan menerapkan Protokol Kesehatan Keluarga. Terlebih di keluarga yang ada ibu hamil, ibu menyusui, balita, lansia, dan/atau disabilitas,” ujar Lenny dalam Sosialisasi Pencegahan dan Penanganan COVID-19 di Klaster Keluarga, Jumat (25/6).
 
Lenny juga meminta seluruh keluarga dan elemen masyarakat hingga ke tingkat akar rumput untuk saling mengingatkan kembali terkait pentingnya penerapan Protokol Kesehatan Keluarga. “Tentunya dengan upaya kita bersama dan bergandengan tangan, harapannya ini bisa mencegah penambahan kasus COVID-19. Inilah salah satu bentuk sumbangsih kita bagi bangsa dan negara untuk mewujudkan Indonesia yang lebih ramah perempuan dan peduli anak,” tutur Lenny.
 
Sementara itu, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Sonny Harry Harmadi, mengatakan klaster keluarga terjadi karena penyebaran virus corona yang berasal dari anggota keluarga atau orang yang tinggal serumah. Menurutnya penyebab dari klaster keluarga beragam, seperti membiarkan anak bermain bersama di luar rumah tanpa protokol kesehatan, kegiatan berkumpul warga yang sulit menerapkan jaga jarak, hingga melakukan liburan atau piknik ke tempat publik.
 
Sonny juga memaparkan bahwa kasus COVID-19 pada usia anak di Indonesia saat ini mencapai 12,5 persen. Artinya, 1 dari 8 orang yang terkonfirmasi positif COVID-19 adalah anak-anak.
 
“Case fatality rate-nya sangat tinggi, yaitu mencapai angka 3-5 persen. Sementara, jika ada anak yang terpapar, tidak semua rumah sakit menyediakan ruang Intensive Care Unit (ICU) khusus anak,” ungkap Sonny.
 
Menurut Sonny, upaya pencegahan penting dilakukan untuk menjamin hak-hak anak. Pasalnya, anak termasuk kelompok rentan COVID-19. “Mereka terdampak secara psikologis, belajar menjadi susah, kemampuan pengembangan kognitifnya lebih terbatas, lalu kita biarkan mereka tertular. Jadi, hak hidup, hak pendidikan, hak kesehatannya bisa terancam kalau kita sebagai keluarga tidak melakukan upaya untuk melindungi keluarga kita,” tutur Sonny.
 
Senada dengan Sonny, Perwakilan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Dyah Agustina Waluyo sepakat tentang pentingnya pencegahan COVID-19. “Saat ini di mana penularan demikian tinggi, kemudian ruang isolasi penuh. Maka yang mohon dilakukan, tidak hanya penyelesaian masalah di hilirnya saja atau pengobatan saja, tapi kita mulai di hulu atau pencegahan,” ujar Dyah.
 
Dyah mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan diri sebelum berkumpul dengan keluarga. “Kalau kita baru pulang, sebelum masuk rumah tinggalkan alas kaki di luar, barang yang dari luar hendak dibawa ke dalam sebisa mungkin dilakukan disinfeksi, kemudian kita cuci tangan dan kaki. Segeralah mandi dan keramas, serta mengganti baju sebelum menyentuh atau memeluk anggota keluarga lain,” tutur Dyah.
 
Tak hanya itu, Dyah juga menyarankan untuk mengurangi mobilitas dalam 2 hingga 3 minggu ke depan. “Mohon keluar rumah apabila ada keperluan mendesak dan tidak bisa ditinggalkan saja. Jaga kondisi tubuh dengan mengonsumsi makanan gizi seimbang, perbanyak konsumsi buah dan sayur, serta olahraga teratur,” imbuhnya.
 
Dalam sosialisasi tersebut, turut hadir seorang ibu yang menceritakan peran perempuan dalam menghadapi kondisi COVID-19. Pada akhir Desember 2020, Permata Sari beserta suami dan kedua anaknya mengalami gejala seperti sakit kepala, demam ringan, merasa lemas, dan lelah setelah menginap bersama keluarga suaminya.
 
“Penting untuk mengetahui telepon satuan tugas, tracer puskesmas, dan RT setempat. Kemudian penting untuk perempuan mengetahui kondisi keuangan keluarga agar bisa memberikan saran alternatif pengobatan dan asupan suplemen lainnya. Perempuan juga sebaiknya mempersiapkan pembiayaan PCR mandiri agar lebih cepat bisa tertangani atau dirujuk. Kemudian penting memiliki informasi terpercaya dan contoh kasus nyata, sehingga keluarga dapat lebih mudah memahami mengenai hal yang kita beritahukan. Kemudian membagi tugas bersama anggota keluarga dan memiliki kepercayaan diri, ketenangan, dan kesabaran, serta tidak patah semangat untuk mengajak keluarga menjalankan protokol kesehatan,” tandas Sari.




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan