Opini

Resensi Buku Oleh Rike Maiyusa

Mike Maiyusa
Identitas Buku :
Judul Buku : Jenderal Besar Nasution Bicara Tentang G-30-S/PKI
Penulis Buku : Anton Tabah
Penerbit : CV Sahabat Klaten
Tahun Terbit : 2000
Tebal Buku : 258 Halaman, 21 cm
Karya : ke-23
 
 
Rangkuman Isi Buku
 
Buku ini berisi tentang kesaksian Jenderal Nasution dan kesaksian para tokoh penting lainnya saat ketika G30 S/PKI terjadi benar-benar merasakan langsung peristiwa G30 S/PKI tersebut. Buku ini juga tidak memisahkan antara G30 S/PKI dengan Dewan Revolusi PKI, karena keduanya merupakan satu paket gerakan yang jelas-jelas didalangi PKI (Partai Komunis Nasional) yang ingin mengganti Dasar Negara Republik Indonesia Pancasila ke Komunisme. Buku ini juga berisi tandatanda geliat ideology komunisme di Indonesia saat ini baik yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang terang-terangan membuat wadah ormas / parpol atau sembunyi-sembunyi termasuk oknum-oknum sejarawan yang sengaja membuang kata PKI dari G30S.
 
Dari perpektif tersebutlah maka masyarakat dan para tokoh yang cinta pada kebenaran sejarah termasuk Bapak Taufik Ismal (Budayawan Ternama) yang meminta Bapak Anton Tabah (Penulis) untuk membukukan kesaksian Jenderal Nasution dan para tokoh penting lainnya yang menyaksikan peristiwa G 30 S/PKI tersebut secara nyata. Dimana penulis ingin melihatkan ke public bahwa siapa sebenarnya dalang dari peristiwa G 30 S / PKI ini, sehingga TNI AD tidak lagi menjadi tersangka terjadinya peristiwa ini. Karena dapat dilihat bahwa Panglimapanglima Jenderal sendiri menjadi korban kekejaman PKI. Selain itu buku ini juga menjelaskan kecerdasan, kepintaran, dan ketelitian Jenderal Nasution sehingga beliau dapat lolos dari penculikan G 30 S/PKI.
 
Jadi Jenderal Nasution adalah target keganasan G 30 S /PKI, beliau sudah mengetahui siapa dan bagaimana tujuan kedepannya yang akan dilakukan oleh para anggota PKI di Indonesia ini sehingga ia menjadi target yang harus dijatuhkan oleh PKI. Dan pak Anton Tabah yang merupakan seorang polisi di mana ia sudah 3 tahun dari 1998-2001 menjalankan tugas negara untuk mendampingi Jenderal Besar Nasution sehingga ia selam 3 tahun itu juga mencari tahu bagaimana duduk perkaranya tentang Gestapu / PKI ini kepada Jenderal Nasution ini. Dikarenakan sangat pentingnya permasalahan ini dan bagaimana koronologi peristiwa sejarah ini, maka bapak Anton Tabah merangkumnya dalam sebuah buku yang berjudul “Jenderal Besar Nasution Bicara Tentang G-30-S/PKI” yang mana buku ini membahas, yaitu :
1. Pertama pada bagian Pendahuluan penulis berbicara tentang atau berisi Sambutan Jenderal A.H. Nasution, Budayawan Taufiq Ismail : Doktrin Komunis Rebut Kekuasaan dengan Kekerasan (Sudah membantai sebanyak 120 Juta Jiwa), Pengantar Prof. Dr. Amir Santoso, M.Soc.Sc: Penegakan Hukum, Demokrasi, dan Komunisme di Indonesia, Prof. Dr. Emil Salim: Awal Orde Baru Ekonomi Indonesia Ambruk dan Abstraksi.
2. Kemudian berbicara tentang Jenderal Nasution/Pak Nas (Panggilan akrbanya), dimana mulai dari bercerita tentang bagaimana Jenderal Besar A.H. Nasution meluruskan Sejarah: Justru Melanggar HAM jika PKI tidak Dibubarkan. Kemudian juga membahsa mengenai bagaimana Komunisme di Indonesia, bagaimana kekejaman PKI di mata Jenderal A.H Nasution ini, bagaimana Latief ingin memalsukan sejarah, dan tentang bagaimana seorang Sejarawan itu harus jujur.
3. Kemudian berbicara tentang Komunis yang Sembunyi di Balik HAM dan Demokrasi, yang mana bercerita mengenai Tokoh-tokoh Angkatan 66 Bicara (Tokoh-tokoh G 30 S/PKI yang telah dibebaskan dari penjara ingin mengubah sejarah, setelah membunuh 7 perwira terbaik TNI, mendapat reaksi keras dari sejumlah tokoh eksponen ‘66. Cosmas Batubara, Husni Thamrin, dan Sumarno Diposastro, lantas angkat bicara, “Awas tipu daya PKI”, mereka mau bangkit kembali dengan menciptakan issue dan terror), bercerita tentang Memecah Belah Persatuan (Musuh bebuyutan PKI adalah ABRI dan Agama, dan PKI berusaha merusak ABRI). Kemudian Operasi Gestapu/PKI (Aidit sendiri yang akan memimpin perebutan kekuasaan tersebut). Kemudian juga bercerita tentang bagaimana Operasi Penculikan (melihat bagaimana kekejaman PKI dalam melakukan penculikan para Jenderal yang sangat menggetarkan tersebut). Kemudian juga menjelaskan bagaimana Kesaksian Seorang Jenderal AURI, bagaimana PKI bersembunyi di Balik HAM dan Demokrasi, menjelasakan Triktrik PKI (PKI memanfaatkan ambisi Bung Karno untuk mengembangkan pengaruh dan memantapkan posisinya di dalam percaturan politik dalam negeri), dan menjelaskan Pramudya Ananta Toer Dari Lekra ke PRD.
 
Setelah membaca buku ini dapat kita simpulkan bahwa buku ini membahas mengenai kontroversi-kontroversi terkait dengan peristiwa G 30 S/PKI mulai dari siapa dalaang dari G 30 S/PKI ini, dan bagaimana keberadaan PKI ini yang selalu bertentangan dengan UUD 1945, Pancasila, dan Hukum-hukum serta peraturan yang berlaku di Indonesia ini dan yang terpenting adalah dibuku ini tampak jelas bahwa TNI Angkatan Darat bukanlah dalang dari G 30 S/PKI ini tetapi dalangnya ialah orangorang PKI dan Komunis di Indonesia itu sendiri. Dan kontroversi-kontroversi, polemic dan permasalahan mengenai G 30 S/PKI ini dapat kita ketahui bagaimana kondisi yang sebenarnya karena buku ini memaparkan dan menyajikan data sesuai dengan fakta dilapangannya karena sumber-sumber penulisan buku ini berasalah dari saksi sejarah secara langsung terkait peristiwa dan dokumen-dokumen resmi. Dimana buku ini dilengkapi dengan lampiran-lampiran, yaitu : Tap MPRS No.XXV/MORS/1966, Undang-Undang RI No. 27 Tahun 1999, Survei Litbang Media Group dan Keputusan Alim Ulama Indonesia, terakita PKI dan Komunis di Indonesia.
 
Keunggulan Buku
1. Buku ini memiliki cover yang menarik public untuk membacanya, karena
covernya tersebut warnanya tidak tajam dan tidak norak.
2. Dari segi halamannya buku ini tidak terlalu tebal sehingga tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk membaca dan memahaminya.
3. Sedangkan dari segi bahasa dan kalimat yang digunakan adalah baku dan bahasa resmi. Kecuali nama-nama tokoh yang memnggunakan bahasa daerah dan bahasa asing seperti Belanda, Rusia dan lainnya.
4. Keunggulan dari segi isi dan pembahasan buku ini yaitu buku ini dapat menjelaskan secara detail dan fakta apa dan siapa Partai Komunis Indonesia (PKI) dan bagaimana petualangan G 30 S nya. Buku ini tidak ada unsure menyudutkan yang mana ia menggambarkan tokoh-tokoh didalamnya berdasarkan kenyataan yang ada. Buku ini dapat menggambarkan dan menjelaskan dengan sangat baik serta mengetahui secara benar duduk perkara G 30 S/PKI.
5. Selain itu buku ini dilengkapi dengan teks percakapan-percakapan yang benar adanya dilakukan oleh tokoh-tokoh yang ada dibuku ini.
6. Buku ini dibuat oleh penulis berdasarkan sumber sejarah yang kuat dimana selain menguak kesaksian Jendera Nasution, penulis juga melengkapinya dengan kesaksian para tokoh penting yang pada saat terjadinya G 30 S/PKI terjadi benar-benar merasakan langsung dampak dari peristiwa tersebut dan diperkuat juga oleh penulis dengan analisis media.
7. Hal menarik juga terdapat dari buku ini, dimana buku ini juga menjelaskan siapa Jenderal Nasution ini dan kenapa serta bagaimana caranya ia lolos dari penculikan pada G 30 S/PKI, sedangkan Jendral lainnya tidak dapat lolos.
8. Kemudian buku ini juga dilengkapi oleh lapmpiran-lampirannya.
 
Kelemahan Buku
 
1. Menurut saya kelemahan dari buku ini yaitu keunggulannya dalam penggunaan bahasa daerah dan bahasa asing yang sulit untuk dimengerti, karena tidak semua kata atau kalimat yang diberikan terjemahannya. Contohnya kalimat “Mikul dhuwur mendhem jero”kalimat yang popular saat pak Soeharto menjadi Presiden RI, nah kalimat ini tidak ada terjemahannya di buku ini. Selain itu juga ada bahasa Belanda “ Overste” yang juga tidak ada terjemahannya.
2. Bagi pembaca yang awam akan materi G 30 S/PKI ini maka ia akan kesulitan dalam memahami kalimat dan bahasa buku ini yang menurut saya tinggi dan kompleksnya permasalahan yang dibahas oleh buku ini.
 
Analisis Historiografi Menyangkut
Sejarawan/Penulisnya, serta karya yang ditulis
Buku yang berjudul “Jenderal Besar Nasution Bicara Tentang G-30-S/PKI” ini adalah sebuah karya yang ditulis oleh seorang polisi yang berpangkat Letnan dan sekarang berpangkat Jenderal yaitu yang bernama Anton Tabah. Beliau bukanlah sosok polisi yang biasa saja, tetapi beliau adalah sosok polisi yang cukup dikenal sejak Orde Baru sebagai salah seorang intelektual yang berasal dari kalangan kepolisian. Meskipun bapak AntonTabah ini seorang Jenderal tetapi ia berbakat dalam menulis. Dimana karya-karyanya telah menjadi sumbangan berharga bagi negara dan ilmu pengetahuan. Karya-karyanya dibaca oleh oleh orang-orang besar di Indonesia seperti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan Dr Selo Soemardjan yang merupakan bapak Sosiologi Indonesia dimana beliau berkata bahwa karya-karya Jenderal Anton Tabah ini telah melahirkan penemuan-penemuan dan teori-teori baru dalam ilmu pengetahuan. Selain itu juga ada pengamat politik Prof. Dr. Salim Said yang berkata bahwa “Polisi yang baik adalah seorang komunikator yang baik dan hal ini ada pada diri bapak Anton Tabah menurut beliau. Dikarenakan sebagai komunikator yang baik maka bapak Anton Tabah tahu betul apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu fakta dari Anton Tabah ini adalah ajudan Presiden Soeharto dan beliau sudah wafat pada 10 Oktober 2021.
 
bapak Anton Tabah yang berpangkat sebagai Jenderal itu menulis sebuah buku tentang G 30 S/PKI dimana ini ditunggu-tunggu oleh masyarakat hal tersebut karena dewasa ini menjadi polemic dari pihak-pihak yang ingin menghapus kata PKI dari kata G30 S tersebut, fenomena itu ditangkap dengan cermat oleh buku ini maka akan menarik dan semakin menarik lagi karena di dalam buku ini penulis memaparkan dan menjelaskan secara detail bagaimana peristiwa G 30 S/PKI itu yang sebenarnya, dimana ada banyak sekali kontroversi terkait dari peristiwa G 30 /PKI ini mulai dari siapa dalang yang sebenarnya dari peristiwa ini. Dan terkait pendapat dari siapa dalang dari G 30 S/PKI ini ada pendapat yang mengatakan bahwa TNI AD adalah dalangnya, Ir. Soekarno adalah dalangnya, Soeharto adalah dalangnya, PKI atau orang Komunis itu sendiri adalah dalangnya, Dinas Intelijen Amerika Serikat (CIA) adalah dalangnya dan Inggris – Amerika Serikat adalah dalangnya. Nah begitu banyak teori kudeta G 30 S/PKI ini siapa dalang dibalik peristiwa tersebut.
 
Oleh karena itu bapak Anton Tabah menjawab polemic dan kontroversi tersebut di dalam bukunya yang berjudul “Jenderal Besar Nasution Bicara Tentang G-30-S/PKI”. Disini bapak Anton Tabah menjawab polemic dan kontroversi tersebut dengan cara memaparkan dan menyajikan fakta-fakta sejarah didalam bukunya ini. Ia tidak asal dalam berbicara yang mana tulisan-tulisannya di dalam buku ini bersumber dari tokoh-tokoh yang terlibat langsung dalam peristiwa tersebut, bukti-bukti konkret dan dokumen-dokumen resmi. Meskipun ia adalah seorang Jenderal tetapi di dalam bukunya ini ia tidak ada memojokan tokoh-tokoh lain dan memenangkan tokoh Jenderal yang terlibat dalam G 30 S/PKI ini karena ia melihat fakta peristiwa sejarah tersebut dari berbagai sudut pandang. Bapak Anton Tabah ini dapat menulis buku ini tidak terlepas dari perjalanan hidupnya yang sudah lama dalam menemani Jenderal A.H Nasution semasa menjabat dan memerangi G 30 S/PKI.
 
Dan Jenderak A. H Nasution atau yang akrab disapa Pak Nas oleh bapak Anton Tabah ini berteman baik dengan beliau, dan menjadi salah satu kaki tangan Jenderal Nasution sehingga Anton Tabah dapat menggal informasi yang dalam terkait peristiwa G 30 S/PKI ini dan terkhusus lebih dalamnya bagaimana sebenarnya posisI dan kedudukan TNI AD pada saat peristiwa itu terjadi. Disin Jenderal A. H Nasution selain seorang jenderal beliau adalah tokoh sejarah. Jenderal A.H Nasutio adalah satu-satunya Jenderal yang selamat dari kekejaman PKI hal ini berkat peran istrinya Johana Suniarti dan ajudan nya Pierre Tandean. Karena beliau adaah satu-satunya Jenderal yang selamat maka bapak Anton Tabah dapat menggali informasi secara mendalam dari beliau. Anton Tabah menulis bukunya ini dengan kesaksian langsung dari Jenderal Nasution dan para tokoh penting lainnya yang menyaksikan peristiwa G 30 S/PKI tersebut secara nyata.
 
Jenderal Nasution bercerita kepada Anton Tabah bahwa ia todak akan pernah melupakan kekejaman PKI dan menunjuk bekas tembakan-tembakan peluru PKI di langit-langit kamarnya kamarnya dan pintu kamar dari kayu juga retak karena hantaman senjata PKI. Nah didalam buku ini bapak Anton Tabah menyajikan percakapan dan kalimat-kalimat yang diucapkan oleh Jenderak A.H. Nasution mengenai kekejaman PKI. Bapak Anton Tabah menceritakan bahwa PKI sama halnya seperti bunglon yang dapat menyamar dengan baik. PKI sendiri dalam mempertahan kedudukannya dan menguasai Indonesia ia memanfaatkan kedudukan dan peran orang besar. Dimana PKI menggunakan trik-trik yang busuk dan terlihat halus. Pki telah berhasil memanfaatkan ambisi bung karno untuk mengembangkan pengaruh dan memantapkan posisinya di dalam percaturan politik dalam negeri. Imbalannya pki menggunakan pengaruhnya agar RRC dan uni soviet memberikan dukungan mereka bagi ambisi soekarno tersebut. Sementara itu percaturan politik dalam negeri menciptakan polarisasi bung karno - pki - TNI AD sebagai momok yang sewaktu-waktu bisa mengancam kedudukannya. Isu dewan jenderal yang dikatakan akan melakukan kudeta sudah mulai di hembuskan pki sejak juni 1965. Sementara pki melihat TNI-AD sebagai penghalang utama untuk meraih ambisi kekuasaan dan membentuk negara komunis. Dengan demikian bung karno dan pki mempunyai titik singgung yang sama menganggap TNI-AD sebagai musuh.
 
Kemudian Bapak Anton Tabah juga memberikan penjelasan didalam bukunya ini terkait kejanggalan dari gerak-gerik Ir Soekarno yang pergi ke Bandar Udara Halim pada saat terjadinya Gestapu/PKI. Yang mana seharunya ia tidak bersembunyi atau lari tetapi di malah lari dan membiarkan keadaan menjadi semakin kacau pada saat itu. Hal inilah yang menimbulkan kontroversi bahwa Ir Soekarno adalah dalang dari G 30 S/PKI ini. Untuk itu didalam buku ini dijelaskan mengama Ir Soekaro pergi ke Hali dan bersembunyi. Hal yang paling penting didalam buku ini adalah penulis menyajikan cerita berdasarkan fakta sejarah yang ada, dimana bahwa dalang dari G 3O S/PKI ini bukanlah TNI Angkatan Darat, melainkan adalah PKI itu sendiri bersama-sama anggotanya. Di dalam buku ini keterlibatan bapak Soeharto juga terlihat, namun bapak Soeharto disini ibaratkan mengambil kesempatan dalam kesempitan dimana ia memanfaatkan peluang yang ada untuk kedudukannya sendiri. Bapak Soeharto membantu dalam menyelesaikan kekacauan yang ada untuk mengambil simpati rakyat sehingga ia dapat naik menggantikan Soekarno.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Anton Tabah yang merupakan penulis dari buku yang berjudul “Jenderal Besar Nasution Bicara Tentang G-30-S/PKI” ini telah berhasil membuat bukunya ini dibaca oleh banyak orang dan bukunya ini juga berhasil menjawab polemic-polemik dan kontroversi akan G 3O S/PKI. Bapak Anton Tabah bukanlah seorang sejarawan tetapi ia mampu menyajikan peristiwa sejarah dengan epic. Beliau mampu mengumplkan informasi dari tokoh-tokoh kesaksian peristiwa bersejarah itu dengan sangat bagus. Meskipun ia tidak menggunakan metode sejarah dalam penulisan bukunya ini. Karyakarya beliau sangatlah banayak sekali yang diterbitkan mulai dari artikel, buku-buku, dan lainnya. Karena intelektual dan kemampuan komunikasi yang bagus bapak Anton Tabah ini juga sering menjadi narasumber dalam seminar-seminar, diskusi dan talkshow interaktif di berbagai media. Dan buku ini adalah karya yang ke-23 dari sejak beliau menulis dan menerbitkan buku pada 1992 yang silam. Karena karya-karyanya samapai ke manca negara, dimana juga banyak beredar ke luar negeri sehingga beliau telah banyak memperoleh penghargaan baik itu dari dalam maupun luar negeri. Dan saya sangat bangga telah dapat membaca salah satu karya beliau ini. Saya suka dengan cara beliau memaparkan peristiwa sejarah G 30 S/PKI ini dan bagaimana cara beliau menyajikan fakta-fakta sejarah ini sehinga dapat dipahami dengan mudah oleh para pembaca meskipun saya kesulitan dalam mengartikan bahasa daerah yang digunakannya. Tidak banyak seorang polisi dan Jenderal yang dapat menulis, menyusun fakta sejarah menjadi senuah buku, yang mana ini pada umumnya hanya dilakukan oleh seorang sejarawan.
 
 
Nama : Rike Maiyusa
Nim : 19046118
Jurusan : Pendidikan Sejarah
Resensi buku: Jenderal Besar Nasution Bicara Tentang G-30-S/PKI
Dosen Pengampu: Piki Sentri Pernantah, M. Pd
 




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan