FJPP

Tiga Penyakit Ini Rentan Kebal Terhadap Antibiotik

Ilustrasi

MONITORRIAU.COM – Penyakit AIDS, TBC, dan Malaria atau disingkat ATM  adalah jenis-jenis penyakit yang mematikan. Penyakit ini menyebar di seluruh dunia. Indonesia sendiri, khususnya penyakit Malaria masih endemik di lima provinsi di kawasan Indonesia Timur.

Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup, Widyastuti mengatakan, penyakit ATM tersebut untuk penyembuhannya sangat sulit dan harapan hidupnya sangat kecil, bila pasien sudah resisten atau kebal terhadap antibiotik.

"Sudah tidak lagi mempan diobati dengan antibiotik, dan parahnya penyakit tersebut bisa menular pada orang di sekelilingnya, terutama penyakit TBC," katanya, Kamis 11 Mei 2017.

Widyastuti mencontohkan pasien TBC dalam pengobatan tahap pertama berlangsung selama enam bulan. Jika satu kali saja tidak mengonsumsi obat, maka harus mengulang dari awal, dan obat yang diberikan sudah beda. Pada pengobatan tahap dua ini obatnya juga berbeda pula.

"Jika kelewatan lagi, maka pengobatan tahap tiga dengan obat yang berbeda dan waktu lebih lama. Antibiotik yang diberikan kepada penderita juga berbeda, sehingga dapat menimbulkan kekebalan," ujarnya.

Akhirnya tidak ada lagi antibiotik yang dapat dikonsumsi. Akhirnya si pasien hanya menunggu waktu saja untuk meninggal dunia. Tapi dalam waktu itu pula penderita bisa menularkan penyakit TBC.

Berkaca dari tiga penyakit tersebut, maka perlu adanya kesadaran dalam penggunaan antibiotik secara benar. Sehingga tidak menyebabkan penyakit menjadi kebal.

"Ketika orang menggunakan antibiotik secara tidak benar dan tidak sesuai resep dokter, maka diperkirakan 2050 mendatang banyak penyakit yang resisten terhadap antibiotik, yang pada akhirnya menimbulkan kematian pada pasien, karena tidak ada lagi obatnya," ucapnya.

Dalam kasus penyakit sudah kenal antibiotik biasanya terjadi pada anak yang terserang flu atau diare. Orang tua memberikan obat antibiotik pada anaknya, namun tidak sembuh, bahkan bertambah parah yang akhirnya harus dibawa ke dokter.

"Antibiotik itu memang tidak diberikan kepada pasien yang sakit akibat virus. Namun, jika diberikan oleh dokter, maka obat antibiotik harus dikonsumsi hingga habis sesuai dengan resepnya, meski kelihatannya kondisi tubuh sudah sehat," ucapnya.

Lebih jauh, Widyastuti, yang juga perwakilan WHO untuk Indonesia ini mengatakan, ketika banyak pasien yang resisten terhadap antibiotik, maka perusahaan farmasi enggan memproduksi antibiotik dalam jumlah banyak karena akan merugi.

"Untuk membuat satu jenis antibiotik dibutuhkan waktu hampir 12 tahun. Jika dalam tiga tahun ditemukan antibiotik tersebut sudah resisten maka perusahaan farmasi enggan memproduksi antibiotik tersebut," ujarnya.*** (viva




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan