Peristiwa

Dinikahi Secara Siri, Digauli, Lalu Dikadali

Ilustrasi

MONITORRIAUCOM - Kasihan betul Patonah, 29, dari Bangkalan (Madura) ini. Sudah mau dikawin siri oleh Fauzi, 28, ternyata hanya dikadali. Tiap datang suami hanya menggauli, lalu pergi. Yang terakhir tambah parah, habis menggauli Patonah, HP-nya dicuri. Ketika diminta malah nuntut tebusan Rp 7,5 juta. Patonah pun lapor ke polisi.

Kawin siri itu sesungguhnya hanya nikmat bagi lelaki, tapi kiamat bagi perempuan. Bagaimana tidak? Lelaki dengan kawin siri bisa melepaskan syahwat secara halalan tayiban wa asyikan. Tapi perempuan, bila pelepasan syahwat lelaki itu berakiba melahirkan, si anak tak dapat hak waris, juga tak punya akte kelahiran. Walhasil, kawin siri hanya membahagiakan pelakunya, tapi menyengsarakan produknya.

Fauzi warga Blegah , Bangkalan, ditilik dari usianya sebetulnya masih muda sekali. Tapi dalam usia semuda itu sudah menjadi pejuang selangkangan. Bayangkan, di rumah sudah ada istri yang belum lama juga dinikahi, kok sudah memikirkan “kendaraan” baru. Begitu kenal dengan Patonah warga Sidoarjo, ingin sekali menikahi.

Sebetulnya Patonah tidak mau jadi istrinya, mengingat Fauzi sudah punya istri. Tapi karena Fauzi ini pinter bicara, sangat santun dan seiman pula, dia mulai luluh ketika dijanjikan bahwa kawin siri itu hanya sementara. Pada saatnya nanti akan dikawin resmi, yang didaftar dan masuk register di KUA. “Jadi kelak kamu tetep dapat hak waris, dan kalau ada anak, anakmu juga bisa sekolah normal.” Begitu janji Fauzi.

Tergoda oleh janji yang begitu manis, akhirnya Patonah mau dinikahi siri. Panggil kyai kampung, akad nikah langsung malamnya sudah bisa eksekusi. Namanya juga jadi korban poligami, 7 hari dalam seminggu tak selalu menjadi milik Patonah untuk bersama suami. Kadang dia seminggu hanya dapat jatah sekali, kadang 2 kali. Padahal mestinya 3 kali, yakni: Senin, Rabu, Jumat. Hari lain untuk bini tua, dan hari Minggu Fauzi tidur di pos hansip.

Awal-awalnya Fauzi selalu disiplin membagi waktu. Tapi belakangan mulai tidak tertib. Sering seminggu baru nongol. Paling celaka, bukan sekedar setor bonggol, malah minta benggol (uang). Bahkan beberapa hari lalu, setelah Patonah capek melayani suami, di kala tidur itu HP-nya dibawa kabur.

Sampai berhari-hari tidak muncul. Begitu muncul hanya minta jatah doang. Bagaimana dengan HP yang dicurinya? Katanya siap dikembalikan asal ditebus Rp 7,5 juta. Lho kok aneh, ambil HP sendiri kok pakai tebusan segala. Jelas ini bentuk pemerasan. Segera saja Patonah lapor ke Polsek Cabean Canti, dan Fauzi diusut.

Selang sehari Fauzi sudah bisa ditangkap. Dalam pemeriksaan dia mengakui bahwa telah mengambil HP istri dan minta tebusan. Sama sekali dia tidak tahu bahwa cara demikian sudah termasuk pemerasan dan bisa ditangkap. “Saya terpaksa memeras dia karena kena PHK di kantor.” Aku Fausi polos. ***

 

Sumber: Poskota.com

Editor    : CS Piliang

 




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan