Pariwisata

Antara Misteri dengan Unik Tentang Kopi Cinta di Ujung Kalimantan Utara

MONITORRIAU.COM - Di sudut kota Tarakan yang berada di ujung Kalimantan Utara, menyimpan ceritanya sendiri. Di tengah-tengah Jalan Yos Sudarso, berdiri sebuah warung kopi Indra atau masyarakat sering menyebutnya dengan Kedai Kopi Aseng.

Didirikan tahun 1949 oleh seorang pemuda keturunan Tionghoa, kedai kopi ini begitu terkenal. Sehingga hampir semua pria yang datang ke Tarakan wajib mampir ke Kedai Kopi Aseng. Dan salah satu menu andalan dan laris manis adalah Kopi Cinta.

Tidak istimewa, kalau untuk ukuran ibukota zaman now. Bangku-bangkunya ditata gaya restoran sederhana atau bahkan layaknya ruang tamu saja. Bedanya, tiga ruang di rumah itu diatur menjadi tempat hangout anak muda setempat.

Tidak heran bila kenyamanan di kedai ini relatif minim. Ruang tengah yang panas dikipasi secara elektrik. Sedangkan di sana-sini asap rokok mengepul dari berbagai sudut.

“Kita memang menjaga orisinalitas. Tidak mengejar yang kekinian. Mungkin ini sudah pas dengan konsumen kami,” ujar Feni, salah satu pengelola kedai yang merupakan keluarga keturunan ketiga Aseng.

Benar kata Feni. Sejak penulis tiba di Tarakan, beberapa orang sudah mengajak bertandang ke kedai ini. Mereka membisikkan bahwa kopi cintanya bisa dibilang “maut”. Dapat meningkatkan gairah dengan hasil lumayan dahsyat.

Tidak hanya itu, hampir semua yang duduk di bangku-bangku kedai itu sangat fasih menceritakan tentang khasiat kopi cinta. Konon, kopi cinta adalah sebuah kenyataan dan bukan mitos belaka.

Dilihat dari sisi harga, bisa jadi pendapat para pelanggan itu benar. Barang langka biasanya mahal harganya. Lihatlah, kopi cinta di situ dibanderol dengan harga Rp 35 ribu untuk yang panas, dan Rp 40 ribu untuk yang dingin. Ini lebih mahal dari harga kopi ginseng seharga Rp 15 ribu dan kopi ali ginseng seharga Rp 12 ribu.

“Kopi cinta memang sangat dikenal di sini, ya sebagai penambah gairahlah. Di kedai ini kopi ini juga disebut kopi dynamic,” ujar salah satu pekerja di sana.

Uniknya, Feni mengaku bahwa kopi cintanya itu bukan racikannya. Ia membeli dari Jawa dan tinggal menyeduh saja. Dengan demikian maka sebenarnya tidak terlalu istimewa walaupun menjadi konsumsi dan gunjingan orang banyak.

Yang spesial justru kopi olahannya yang sejak dulu telah ditekuni secara turun temurun. Menggunakan hasil kopi masyarakat sekitar, digoreng sendiri lalu diseduh dengan cara-cara tertentu. Kopi racikannya itu dijual pada kisaran Rp 15 ribu per cangkir.

Menu khusus lainnya di kedai ini adalah bakpao, bakpia dan roti-rotian. Ketiga produk tersebut dibuat menggunakan bahan berkualitas dan tanpa pengawet. Tidak pelak rasanya terasa lembut di mulut dan mudah lumer saat digulung lidah.

“Kita tidak pakai pengawet sehingga kalau tidak terjual ya akan dibuang. Kita selalu menyuguhkan barang baru,” kata Feni.

Roti juga dibuat dalam berbagai rasa. Salah satu yang terkenal roti sarikaya. Ini adalah roti lebut yang didalam dan diatasnya meleleh pesona cairan srikaya. Rasanya manis eksotis dan disajikan dengan potong-potongan kecil. Pelanggan akan bisa melahapnya sambil menyeruput kopi.

Sedangkan bakpaonya 'top markotop'. Ada yang isi ayam, kacang hijau atau kacang hitam. Semuanya terasa lain di lidah. Inilah salah satu oleh-oleh yang sering diburu para tamu dari Jakarta.

Nah sekarang terserah Anda. Mau menikmati yang mana. Bila suka kopi cinta yang bikin deg-degan ya harus merogoh kantong agak dalam. Tapi kalau kopi orisinil plus roti, relatif lebih murah. Semua tergantung kebutuhan dan selera. Semua disajikan di kedai kopi Aseng Tarakan dengan layanan ramah.***

Sumber: kumparan.com




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan