FJPP

Gejala Kanker Paru Tidak Khas, Masyarakat Perlu Lebih Mawas Diri

MONITORRIAU.COM - Kanker paru salah satu penyakit fatal yang sayangnya tidak memiliki gejala klinis khas sebagai tanda kemunculannya. Tidak seperti kanker payudara yang bisa dideteksi dini, kanker paru kerap ditemukan sudah dalam stadium lanjut.

Di Indonesia ada sekira 14 persen dari total kematian karena kanker disebabkan oleh kanker paru yang menjadikan penyakit fatal ini sebagai kanker pembunuh nomor satu. Tidak cukup sampai di situ saja, menurut Aryanthi Baramuli Putri, SH, MH, pengidap kanker paru memiliki angka harapan hidup yang cukup rendah, yaitu sekira 12 persen jika dibandingkan dengan kanker lainnya akibat baru terdiagnosis saat sudah berada di stadium lanjut.

"Tidak khas, gejala klinis sangat banyak, mulai dari batuk, nyeri dada, napas pendek. Kalau bicara gejala dari sistem pernapasan tidak bisa diandalkan, dokter umum bisa saja tidak menduga kalau pasien sebenarnya mengalami gejala kanker paru," papar dr. Evlina Suzanna, SpPA (K), dalam acara Konferensi Pers Bulan Peduli Kanker Paru Dunia, Lung Cancer and Me: Beda Jenis, Beda Perjalanan, Gran Melia, Jakarta, Rabu (28/11/2018).

Kanker paru yang sering mirip dengan gejala klinis penyakit lainnya ini terkadang pengidapnya mengalami kelelahan tanpa sebab yang jelas, mengalami pembengkakan pada muka atau leher. Menurut dokter Evlina pada tahap awal, sayangnya kanker paru tidak menyebabkan gejala apa pun, dan baru akan muncul ketika perkembangan kanker telah mencapai suatu tahap tertentu.

"Kalau sudah masuk ke otak, gejala juga enggak khas, bisa di otak besar, kecil, depan, belakang. Semua jenis gejala yang ada di kanker paru itu macam-macam, yaitu sakit kepala, jadi tidak khas sama sekali," tukasnya.

Lebih lanjut, dokter Evlina menjelaskan tidak ada yang bisa membantu untuk mengetahui gejala klinis tertentu khas dari gejala kanker paru. Seseorang harus mengerti lebih dulu untuk memeriksakan kesehatannya sebelum ada gejala klinis lainnya.

"Gejala lain bisa berupa paru-paru basah, ini kelanjutan dari kanker paru sudah stadium 4, umum terjadi di Indonesia. Tersumbatnya pembuluh darah ke otak menjadi kondisi kegawat daruratan pada kanker paru, saat pasien datang ke rumah sakit ada pembesaran daerah kepala dan leher akibat sel kanker menyempit atau menyumbat," tandasnya.

Meskipun menurut dokter Evlina gejala klinis kanker paru tidak khas, tapi banyak kasus yang ditandai dengan batuk. Seperti yang terjadi pada almarhumah istri dari Indrodjojo Kusumonegoro, yang sempat mengidap kanker paru.

"Setahun sebelumnya istri saya batuk-batuk, lalu kita bawa ke THT, dibesarkan saluran hidungnya, tindakan itu berpengaruh membuat batuknya berkurang, tapi setelahnya batuk-batuk lagi, bawa ke THT lagi yang lebih tingkatannya profesor dokter, sampai akhirnya batuknya sudah mulai membuat kram perut, seorang sahabat yang dokter jantung menawarkan diri untuk memeriksa," ungkap Indro.

Dia menceritakan sebelum almarhumah istrinya diperiksa, perempuan yang paling dicintainya itu mengalami kram seluruh badan. Akhirnya setelah rontgen diketahui ada massa di paru-paru almarhumah Nita Octobijanthy.

"Langsung dideteksi, dokter langsung menebak merokok ya? Itu 10 Agustus 2018 lalu istri saya dinyatakan kanker paru stadium 4. Makanya, hati-hati bagi yang merokok. Saya sendiri merasa kebodohan terbesar dalam hidup saya adalah merokok," pungkasnya.*** (okezone)




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan