Opini

Resensi Buku Oleh Suci Sudirman

Suci Sudirman
Judul buku    : Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 (Jilid 1: Tanah di Bawah Angin)
Tahun terbit    : Cetakan pertama 1992
Judul asli    : Southeast Asia in the Age of Commerce 1450-1680 Volume one: The Lands Below Winds
Penerbit    : Yayasan Pustaka Obor Indonesia Penulis    : Anthony Reid
Tebal buku    : xxxiv + 322 hlm; 24 cm Kota terbit    : Jakarta
 
 
ASIA TENGGARA DALAM KURUN NIAGA 1450-1680
JILID 1: TANAH DI BAWAH ANGIN
BAB 1
 
Pendahuluan: Tanah Di Bawah Angin
 
Pada bab 1 buku ini yaitu pendahuluan yang isinya mengenai Tanah di bawah angin penulis membahas Asia Tenggara sebagai kesatuan fisik dan Asia Tenggara sebagai kesatuan manusia. Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang kurang mendapat perhatian,dan bisa dibilang paling sedikit yang diteliti. Tidak banyak kawasan di dunia yang memiliki batasan-batasan alam seperti Asia Tenggara. Hal ini terbentuk karena penyatuan pelat lautan teduh dan lautan Hindia, sisi selatannya merupakan lengkungan geologis yang luar biasa. Juga terdiri dari lengkungan gunung berapi yang tersusun oleh kepulauan sunda yang terdiri dari Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumbawa.
Penulis menyebutkan “Kurun Niaga,” dari abad ke 15 hingga abad ke 17, merupakan periode yang jaringan pelayarannya sangat ramai. Penulis juga berpendapat bahwa kota-kota maritim yang saling berhubungan di kawasan ini lebih dominan pada periode ini dibandingkan dengan periode sebelumnya maupun sesudahnya. Selain itu penulis juga mengkaji bahwa proses imigrasi bangsa-bangsa luar ke Asia Tenggara terjadi sekitar abad 16-19 yang secara tidak langsung telah membuat perubahan besar pada demografi masyarakat Asia Tenggara yang menyebabkan kontak budaya seperti: adaptasi, konflik, akulturasi, asimilasi, dan lain-lain. Air dan hutan merupakan dua unsur dominan dalam lingkungan hidup Asia Tenggara.
 
Bangsa negara yang pertama yang menjalin hubungan dagang dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Asia Tenggara yaitu bangsa China.Asia Tenggara selalu terbuka bagi perdangangan atar antar samudera, bagi para petualang, dan kaum penyebar paham. Selain itu terdapat bangsa India dan Jepang yang juga memiliki hubungan dagang dengan Asia Tenggara. Jepang datang sembari membawa motivasi untuk menambah perekonomian Shogun, dan India menyebar kultur kebudayaan.
 
BAB 2
Kesejahteraan Fisik
 
Pada bab 2 penulis menjabarkan mengenai kesejahteraan fisik yang pertama yaitu mengenai jumlah penduduk di beberapa daerah di Jawa, Siam, Birma, dan Vietnam semuanya mempunyai tradisi menghitung jumlah rumah tangga dalam kerjaan mereka untuk keperluan perpajakan serta pengarahan tenaga kerja. Orang Siam hal ini ditulis La Loubere. Menunjukkan rendahnya tingkat pertumbuhan penduduk dan bertentangan dengan perkembangan pesat masyarakatdi bagian lain Asia Tenggara seperti Filipina. Asia Tenggara berpenduduk jarang di tahun 1600 jika di bandingkan dengan negeri-negeri perbatasan. Berkaitan dengan pola pertanian banyak wilayah di Asia Tenggara mulai menanam ubi, talas, sagu dan gandum. Tanaman sagu berkembang baik diwilayah Timor, Maluku Selatan, Kepulauan Aru, Buton dan Selayar.
 
Masyarakat Asia Tenggara juga memiliki cara dalam menanam pagi seperti pertanian berpindah pada lereng-lereng rendah, menyebar benih di lereng yang tergenang, dan menanam benih kembali di sawah. Penulis juga menerangkan penggunaan tanah di Asia Tenggara kebanyakan belum tergarap di perbukitan dan hutan-hutan. Tanah yang mereka tempati juga di bagi-bagi dengan warga desanya. Pengekspor padi terbesar adalah Jawa. Jawa memiliki penduduk dan tanah yang subur untuk bercocok tanam. Tanah-tanah persawahan yang amat subur terdapat di sepanjang daerah pantai utara, di daerah Mataram (Yogyakarta) dan di Jawa Timur sekitar.
 
Masyarakat di Asia Tenggara juga memiliki kebiasaan mencampur air dengan limun, kayu manis, buah pala, dan bahan penyedap lainnya. Minum seperti anggur dan alkohol hanya di konsumsi ketika ada pesta. Tradisi masyarakat Asia Tenggara memiliki keunikan jika ada pesta makananmenu utamanya jauh lebih sederhana tanpa adanya danging dan mnuman keras dan untuk keseharian mereka terbiasa makan di lantai dengan menggunakan piring berbahan kayu atau daun pisang dan makanan untuk beramahtamah di dalam lingkungan masyarakat Asia Tenggara adalah sirih dan pinang.
 
Orang Eropa yang singgah di Asia Tenggara di buat taljud oleh iklim di Asia Tenggara yang lebih baik ketimbang di Eropa sehingga mereka nyaman berada di Asia Tenggara.Masyarakat Asia Tenggara mulai mengenal gejala penyakit seperti demam, masuk angin serta mengenal obat-obatan penyejuk.
Ramuan tumbuhan, mandi dan pijat merupakan bagian dari sistem pengobatan di Asia Tenggara. Dimana ahli pijay bukan hanya menyembuhkan rematik dan kepegalan tetapi juga dapat memperbaiki reyak ringan dan mempermudah wanita dalam melahirkan. Pada abad ke 16 dan ke 17 wabah penyakit cacar adalah merupakan wabah yang paling ditakuti di Asia Tenggara.
 
Wabah radang paru-paru merupakan penyakit menular yang menakutkan di Jawa pada tahun 1665 khususnya senada dengan sebuah laporan Inggris tentang wabah yang berkecamuk di waktu yang bersamaan di negeri Belanda. Dan identifikasi ini agak di perkuat oleh kenyataan bahwa wabah ini menyerang paling ganas di kota-kota besar seperti Banten, Mataram, serta Makassar.
 
BAB 3
Kebudayaan Material
 
Pada bab 3 penulis membahas tentang kebudayaan material. Penulis mengungkap bahwa kebiasaan orang Asia Tenggara yang menggangap rumah sebagai hal yang kurang penting. Biaya membangun rumah begitu murah, rumah di pandang sebagai sesuatu yang tidak permanen dan bukan sarana yang patut untuk menanam uang. Jika rumahnya belum ditinggalkan dalam waktu yang lebih cepat lagi akibat kebakaran, peperangan, pertanian berpindah, atau suatu kematian atau serangan penyakit. Peralatan utama yang di perlukan dirumah biasa ialah periuk dari tanah liat, tempat tampung dari bambu atau keramik serta tempat sirih dari kuningan, teko dan baki.
 
Hutan menghasilkan berbagai minyak yang di peroleh dari biji kemiri di Indonesia bagian timur dan dari damar di Birma dan kepulauan bagian barat selama pesta-pesta khusus, seluruh kota akan bermandikan cahaya dan lampu-lampu yang menyala di dalam temprungakan di lepaskan di sungai atau di laut. Pelubangan dan penggembungan daun telinga merupakan praktik hiasan lainnya yang di lakukan oleh pria dan wanita, terutama bagi kalangan atas yang sanggup menanggung biaya mengisi lubang telinga yangbesar dengan hiasan-hiasan emas yang indah. Merajah kulit badan juga merupakan salah satu bentuk seni tubuh yang di Asia Tenggara, dan tentu saja bagi orang Austronesia yang meneruskanya kepada orang Pasifik Selatan. Pola yang berlaku hingga kurun niaga tampaknya ialah di dorongnya pria dan wanita untuk menumbuhkan rambut sepanjat dan selebat mungkin.
 
Umumnya pria dan wanita berpendapat bahwa rambut haruslah hitam legam dan terawat baik untuk itu mereka menggunakan larutan yang di dapatkan dari kulit kayu di campur minyak. Setelah islam dan kristen masuk ada beberapa perubahan yang terjadi. Rambut pria yang semula sama panjang dengan wanita di potong menjadi pendek. Begitu pula kuku yang dulu di pelihara dan dibiarkan panjang lalu di pendekkan.
 
 
Pemotongan rambut pria jelas merupakan pertanda yang penting dari kepatuhan pada islam. Peringatan islam paling awal yang diketahui yang berasal dari abad ke 16. Islam dan kristen mengajarkan bahwa tubuh merupakan hal netral yang tidak punya kekuatan magis. Dimana tempat dan pekerjaan tiap orang bisa terbaca pada model pakaian yang di peruntukkan baginya.
 
Perubahan yang dibawa islam dan kristen pada sekita abad ke 17 membuat mereka semakin menutup tubuh mereka. di mana ulat itu di perkirakan sebagai jenis polifoltin awal yang bisa berproduksi kapan saja sepanjang tahun. Sumber penting lainnya dari sutera kuning produksi bumiputera ini ialah Sulawesi Selatan, yang penanamannya terus dilakukan oleh negara Bugis Wajo dan berlanjut hingga zaman modern.tapi sehebat-hebatnya pakaian dalam negeri masih kalah dengan Gujarat dalam hal pewarnaan . Banyak kerajaan-kerajaan yang sampai mengekspor emas hasil tambangnya.
 
Penemuan benang emas dan perak kedalam kain sutera berhias menjadi suatu kesenian yang berkembang pesat. Sementara itu, perdangan laut membuat semakin banyak barang-barang produksi yang harus di sediakan untuk di jual.maka muncullah keahlian atau pengrajin-pengrajin yang siap membuat barang. Tetapi sayangnya produksi tersebut banyak yang berskala rumahan. pengrajin hanya mengerjakan barang setelah uang muka di terima.hal itulah yang menyebabkan kurang berkembangnya jual beli langsung.Jika kita menemukan pemusatan para pengrajin yang aktif menjual produk-produk mereka melalui suatu sistem pasar yang berjaringan jauh maka kecenderungan ini terjadi pada bekas-bekas ibu kota tempat kedudukan raj pelindung. Namun dari segi kualitas produk dari Cina lebih unggul karena temperatur pembakaran yang lebih tinggi. Dari abad ke 15 hingga ke 17 keramik Thai dan Vietnam menepati kedudukan penting dalam perdangan Asia Tenggara, dan banyak memasok pasar barang-barang impor yang mutunya lebih baik.
 
BAB 4
Pengaturan Masyarakat
 
Bab 4 penulis membahas tentang pengaturan masyarakat. Kita mengenal bahwa pada abad ke 14 hingga abad 16 telah ada penguasa-penguasa daerah-daerah di Asia Tenggara yang saling berebut kekuasaan. Dalam perkawinan seorang penguasa biasanya mengangkat anak, karena adanya persaingan pengganti yang potensial, membuat keturunan dalam jalur genealogis bukan merupakan hal yang menentukan dalam sistem ini. Para pengikut mengabdi pada penguasa untuk dilindungi, didapat karena warisan, didapat untuk perlengkapan jabatan, ada yang sebagai hadiah perkawinan, dan umumnya didapat karena utang.
 
Persaingan berlaku dalam penguasaan manusia, dan kemunduran yang paling menentukan di Asia Tenggara, yakni ketika orang Portugis merebut pelabuhan Malaka yang besar pada tahun 1511.Perang bertujuan untuk meningkatkan jumlah tenaga manusia. Dalam peperangan pasukan dibangun dengan memerintahkan kaum bangsawan dan orang-orang terkemuka suatu negeri untuk membawa pasukannya atas biaya sendiri. Dalam dunia Melayu, unsur kunci dari serangan ialah amok (mengamuk). Mangamuk semata-mata dapat dikatakan sebagai penyerangan, tetapi dengan keris atau pedang secara mati- matian.
 
Proses perubahan sosial yang diperkenalkan melalui jalan peperangan ini dengan cepat mengubah Asia Tenggara dan melahirkan negara-negara baru yang kuat. Kemudian pentingnya ikatan vertikal Asia Tenggara dipengaruhi oleh tiga faktor, yang pertama, penguasaan tenaga kerja dipandang sebagai petunjuk kekuasaan dan status yang menentukan. Kedua, transaksi manusia umumnya ditentukan dalam hitungan uang. Ketiga, perlindungan hukum finansial di negara relatif rendah.
 
Terdapat ketentuan-ketentuan hukum Asia Tenggara yang dapat menyebabkan seseorang dapat menjadi budak, antara lain mewarisi status budak orangtua, dijual menjadi budak oleh orang tua, suami, atau diri sendiri, tertawan dalam perang, hukuman pengadilan, hingga gagal membayar utang. Budak-budak diberi nilai hukum yang persis, biasanya mencapai separuh dari harga orang merdeka, dalam hal kompensasi yang harus di bayar oleh atau kepada pemilik budak. Dalam kota maritim, sebagian besar budak didapat melalui perdagangan atau penaklukan. Sekitar tahun 1500 Jawa merupakan satu- satunya pengekspor budak terbesar.
 
Selanjutnya dalam bahasan mengenai hubungan seksual, kesusasteraan Asia Tenggara pada masa itu cukup jelas memperlihatkan bahwa kaum wanita memainkan peranan aktif dalam bercumbu dan bermain cinta, serta mengharapkan pasangannya bersikap adil dalam hal kepuasan seksual dan emosional. Gambaran yang paling nyata dalam kuatnya kedudukan yang dimiliki kaum wanita dalam soal seksual ialah pembedahan menyakitkan pada alat kelamin yang harus dilakukan pada kaum pria untuk meningkatkan kenikmatan erotis pada kaum wanita. Pembedahan yang paling menyakitkan ialah memasukkan peniti logam, yang dilengkapi dengan berbagai roda, taji atau kancing, di Filipina bagian tengah dan selatan serta di beberapa bagian Borneo. Untuk mendapatkan kenikmatan, pria Asia Tenggara memasang bola-bola atau lonceng-lonceng kecil di bawah kepala penis yang dimasukkan kedalam kulit lepas.
 
BAB 5 
Pesata Keramaian Dan Dunia Hiburan
 
Pada bab 5 sebagai bab terakhir atau penutup penulis membahas tentang pesta keramaian dan dunia hiburan di kalangan masyarakat Asia Tenggara. Banyak dari kehidupan budaya yang penuh kegembiraan di kawasan ini diatur oleh negara dalam rangka pengukuhan statusnya sendiri secara nyata. Bukan karna minat pada hiburan sehari-hari melainkan karena perlombaan teater, musik, dan tarian merupakan pameran kekuatan dan kemegahan penguasa.
 
Penduduk Asia Tenggara juga menikmati hiburan mulai dari adu sapi, teater, bahkan hingga hubungan seksual di luar perkawinan. Pesta-pesta keagamaan dan kerajaan memberikan kesempatan kepada raja untuk menunjukkan keagungannya kepada rakyat dan kalangan istana. Peralihan mentalitas ke arah yang lebih rasional tampaknya tetap tidak mengubah citra diri raja sebagai pusat kemegahan upacara tiap peralihan musim karena adanya sinkritisme perayaan dengan unsur-unsur religius Buddha.
 
Dalam acara hiburan kerajaan juga ditampilkan pertarungan antargajah, harimau, kerbau, atau hewan-hewan yang lebih kecil utamanya kerap dipertunjukkan di istana- istana Jawa, Aceh, Siam, dan Birma. Seabad berikutnya muncul pertarungan antara harimau dengan ratusan lelaki bertombak atau yang disebut sebagai rampogan.Di Indonesia pada abad 15 terdapat permainan gasing dan pada sumber lain disebutkan bahwa gasing pertama dibuat oleh Damar Wulan pada abad ke-17 atas perintah dewa.
 
Permainan kartu diperkenalkan oleh orang China dan menjadi fasilitator utama dalam permainan judi. Permainan catur mulai dikenal masyarakat Asia Tenggara khususnya Jawa pada tahun 1509 ketika seorang Portugis bermain catur di atas kapal menuju Malaka. Pada abad 18 olahraga ini berlaku di Birma, Siam, Vietnam selatan, dan juga wilayah Indonesia khususnya di wilayah Maluku. Bola bulu dibuat dengan cara melekatkan bulu-bulu pada tabung bambu kecil dan menggunakan alat pemukul dari kayu.
 
Teater dan tari-tarian juga dikaitkan antara kehidupan manusia dengan para dewa- dewa kosmos serta tokoh-tokoh legendaris pada masa lampau. Tari-tarian bisa dilakukan dengan gerakan apa saja, akan tetapi sebenarnya tarian yang berasal dari zaman purba hanya mengalami evolusi bentuk sandiwara-sandiwara tari. Teater-teater di Asia Tenggara menggunakan tema-tema epos India seperti Ramayana.
 
Selain itu gong juga dipergunakan pada acara-acara kenegaraan seperti perlombaan yang diadakan raja-raja Jawa. Alat musik lain yang keberadaannya mampu dijangkau rakyat biasa adalah rebana, seruling, obo, dan alat-alat musik bersenar yang bahan bakunya biasa dibuat dari bambu, bahkan irama orang menumbuk padi pun dapat digunakan untuk iringan nyanyian. Kemudian, tingkat baca tulis masyarakat Asia Tenggara ternyata sudah menunjukkan peradaban yang tinggi meski tidak didapatkan bukti kesusasteraan tertulisnya. Akan tetapi sebagian besar pria dan wanita mampu menulis di atas bambu atau lembaran daun lontar dalam aksara Filipina. Fakta unik di Filipina dan Lampung menyatakan bahwa tulisan yang mereka buat itu hanya dipergunakan untuk saling bersuratan atau menuliskan catatan antara satu dengan yang lainnya.
 
Di Sumatera Barat, anak perempuan tidak diperbolehkan sekolah karena kepandaiannya dalam menulis akan digunakan untuk berkirim surat cinta dengan pemuda lainnya. Sementara itu kebiasaan baca-tulis di kalangan pria dibiarkan begitu saja di daerah Islam lainnya. Selanjutnya ada dua faktor yang berlaku di seluruh negeri Asia Tenggara berkait dengan kemampuan baca tulisnya, yakni ketersediaan daun lontar dan bambu sebagai sarana menulis meski tidak ada yang bisa diketahui mengenai kemampuan baca tulis yang diwariskan di luar biara. Di Asia Tenggara, kaum prialah yang lebih aktif menyebarkan dan mempertahankan karya-karya suci tersebut, melalui kehidupan biara. Sebelum abad ke-16, tulisan-tulisan di beberapa daerah yang berada di bawah pengaruh India dituliskan di atas potongan-potongan daun lontar dan di tempat lain dituliskan pada bilah-bilah bambu yang panjang. Dengan menyebarnya teknik pengetahuan tentang cara membuat kertas dari China menyebabkan masyarakat Asia Tenggara juga mengetahui teknik tersebut, salah satunya adalah Vietnam. Diakui juga bahwa hanya ada dua negeri di luar China yang membuat kertas, yakni Kore dan Jawa. Kertas buatan Jawa lebih tebal dan tahan lama dengan panjang delapan meter, berwarna merah, kuat, taban, namun seratnya tidak rata.
 
Penilaian Buku
Kelebihan
 
Kelebihan buku Asia Tenggara dalam kurun niaga 1450-1680 Jilid 1 : Tanah di bawah angin yang saya baca yaitu cover dari buku ini sangat menarik sehingga membuat pembaca tertarik untuk membaca buku tersebut. Isi buku ini pun sangat lengkap membahas mengenai bagaimana kondisi Asia Tenggara dan sangat jarang sekali penulis atau sejarahwan yang menulis mengenai Asia Tenggara.
 
Kelemahan
 
Kelemahan dari Asia Tenggara dalam kurun niaga 1450-1680 Jilid 1 : Tanah di bawah angin yaitu ada beberapa bahasa yang kurang mudah dipahami oleh pembaca selain itu buku ini dan halamannya juga lumayan tebal sehingga membuat pembaca sedikit bosan untuk membaca.
 
• Kesimpulan
Buku Asia Tenggara dalam kurun niaga 1450-1680 Jilid 1 : Tanah di bawah angin membahas kehidupan sehari-hari masyarakat dalam hal wilayah, makanan, perniagaan, perumahan, pola kesejahteraan, kesenian, dan pekerjaan. Buku ini dapat menyadarkan kita betapa banyak variasi yang luar biasa dari Asia Tenggara. Di dalam buku ini pembaca bisa mengetahui Asia Tenggara adalah kesatuan fisik dan kesatuan manusia, kesejahteraan fisik(jumlah penduduk, pola pertanian, tanah, kuliner, hingga penyakit) kebudayaan material (perabotan, pakaian, kerajinan, emas, perak, dan logam), dan di buku juga di bahas pesta keramaian dan dunia hiburan (negara panggung, permainan rakyat, hingga kesastraan lisan dan tulisan).Di dalam buku Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 (jilid1: Negeri di Bawah Angin) membahas tentang sejarah Asia Tenggara. Pembahas sejarah peradaban yang tidak hanya di bidang politik. Dalam buku ini penulis memusatkan perhatian pada aspek geografi, demografi, pakaian, pesta rakyat dan kerajaan, perumahan, kebudayaan material, makanan, seks, kedudukan gender. Historiografi yang di gunakan penulis adalah historiografi modern. Dimana historiografi modern ini muncul akibat tuntunan ketepatan teknik untuk mendapatkan fakta-fakta sejarah.
 
 
Nama  : Suci Sudirman
Nim    : 19046128
Jurusan : Pendidikan Sejarah
Resensi Buku : Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 (Jilid 1: Tanah di Bawah Angin)
Dosen Pengampu : Piki Setra Permatah, M, Pd
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan