Opini

Resensi Buku Oleh Rifka Anjelina Ginting Bagian Kedua

Rifka Anjelina Ginting
Identitas buku :
Judul Buku : Pasang Surut Kerajaan -Kerajaan Di Pulau Jawa Zaman Klasik
Penulis : The Syaeful Cahyadi
Penerbit : Sociality
Tahun terbit : Yogyakarta, 2021
 
 
BAB I
Selayang Pandang
 
A. Asal-usul Manusia dalam Mitologi Kebudayaan
 
Asal usul dan awal mula peradaban manusia mempunyai banyak sekali berbagai aneka ragam versi, seperti versi yang jauh dari kesan versi tunggal, sudut pandang, agama yang diakui oleh para penganutnya sebagai kepatuhan teologis. Sejarah agama-agama juga menyebutkan bahwa manusia pertama kali diturunkan di daratan Timur Tengah lewat dari berbagai kisah para nabi-nabi mereka. Dalam sejarah Islam, nabi Adam dan istrinya yang bernama Siti Hawa adalah salah satu penghuni surga yang telah berbuat dosa dan jatuh kedalam dosa yang disebab kan oleh rayuan setan. Sehingga mereka berdua mendapatkan hukuman dari Tuhan dengan menurunkan mereka ke bumi dengan tempat yang berbeda.
 
Asal usul manusia juga tidak lepas dari hal-hal yang bersifat supernatural dan diselubungi bdengan aneka mitos dan juga logika. Logika dapat digunakan sebagai salah satu pintu untuk dalam mencermati berbagai versi-versi tersebut. Asal mulanya manusia dalam sudut pandang kebudayaan juga akan jauh bertentangan ketika dihadapkan dengan sudut pandang ilmu pengetahuan atau sains modern. Manusia modern merupakan keturunan kera yang telah mengalami proses evolusi dan seleksi alam selama jutaan tahun hingga mencapai titik seperti sekarang ini. Namun tidak sedikit pula orang yang menolak teori ini karena telah dianggap terlalu aneh sekali yang disebabkan bahwa manusia adalah keturunan kera secara tidak langsung. Manusia-manusia pertama dari sudut pandang kebudayaan dan mitologi juga tidak mengenal kata 'Purba'. Sedangkan manusia pertama dari sudut pandang kebudayaan Yunani terasa jauh lebih sempurna dibandingkan dari kisah-kisah manusia purba atau bahkan manusia modern di masa kini. Dimana manusia pertama ini juga digambarkan sebagai sosok manusia yang sudah mempunyai akal Budi, bahkan hasrat. Dengan hal inilah yang menjadikan manusia pertama dari sudut pandang kebudayaan dan manusia pertama dari sudut pengetahuan modern yang terasa semakin berajak.
 
B. Jawa dalam Cerita
 
Kerjaan pertama di Indonesia terletak di Kalimantan, yaitu kerjaan Kutai yang dipimpin oleh Kudungga . Kerajaan Kutai di percayai menjadi titik awal bumi Indonesia yang meninggalkan masa prasejarah yang sudah menuju masa sejarah. Dimana masa ini manusia-manusianya sudah mengenal aksara dan peradaban yang lebih maju. Kerajaan Kutai juga dikisahkan dari sebagai sebuah kerajaan yang telah menganut agama Hindu. Dimana kerajaan Kutai ini tidak memiliki penerus kerajaan atau kerajaan yang sudah mengklaim legitimasi sebagai penerusnya. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa tidak ada kerajaan lain dimasa purba yang terdapat di Kalimantan. Kerajaan Kalimantan baru muncul pada saat pengaruh Islam yang mulai menguat di Nusantara.
 
Jawa termasuk dalam kontestasi kerajaan-kerajaan pertama setelah Kutai. Kerajaan Tarumanegara juga sama-sama beragam Hindu yang muncul pada abad ke-4 sampai abad ke-7 Masehi. Kerajaan ini juga sebagai kerajaan yang dipercayai yang paling tua di Jawa, sebab Tarumanegara ini cukup dikenal maju sekali tolerannya. Sehingga banyak untuk menyaingi kerajaan di Jawa. Selain Tarumanegara, ada juga kerajaan yang besar di Jawa yaitu Sriwijaya yang berada di Sumatera bagian Selatan. Sehingga kedua kerajaan ini menjadi saingan kerajaan besar di Jawa. Jawa kembali mendominasi masuknya pengaruh Islam pada abad ke 15 Masehi, yang menyebabkan munculnya nama-nama kerajaan lain diluar pulau Jawa. Pulau Jawa yang barat ada terdapat kerajaan Salakanagara.. Salakanagara dan Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan yang pertama kali ada di Jawa. Pulau Jawa dihuni oleh manusia purba dizaman dahulu sebelum munculnya kerajaan Tarumanegara maupun Salakanagara.
 
BAB II
Manusia Jawa
 
A. Manusia Jawa Pertama Dalam Mitologi
 
Jawa merupakan sebuah kebudayaan besar yang meliputi satu pulau yang dikenal dengan nama Jawadwipa dan Jawawut. Dimana kedua nama tersebut memiliki persamaan-persamaan budaya yang berupa bahasa, produk kebudayaan, serta budaya luar yang memengaruhi perkembangan budaya-budaya lokalnya. Buday Hindu dan Budha adalah agama yang memiliki pengaruh kebudayaan terhadap Jawa. Pengaruh ini termasuk dalam kesemestaan perjalanan kerajaan-kerajaan Jawa kuno sejak abad ke-5 sehingga abad ke-15. Sejarah masa kerajaan kuno terkesan amat sequental terjadi karena minimnya peninggalan-peninggalan kerajaan yang pernah ada di Jawa.
 
Jawa adalah sebagai pulau pada masa kuno yang memiliki kesulitan hubungan antara kerajaan-kerajaan didalamnya. Dimana pulau ini juga memiliki banyak sekali sungai yang menjadi jalur transportasi dan penyedia air dalam kebudayaan. Hal ini juga berkaitan dengan urusan Masyarakat untuk dapat mendukung kerajaan dimasa kuno yang diperkirakan lebih banyak tinggal di pendalaman. Sejak awal munculnya kedua kerajaan tertua di Jawa membawa pengaruh terhadap kebudayaan sekaligus kepercayaan. Sehingga nama-nama dewa dalam mitologi kini Jawa juga mempunyai banyak kemiripan dengan mitologi Hindu di India. Kebudayaan lain juga membawa pengaruh dalam proses pembentukan kebudayaan Jawa yang berasal dari agama Buddha.
 
B. Mata Rantai yang Hilang
 
Nenek moyang bangsa Indonesia, termasuk Jawa yang tidak bisa dilepaskan dari fenomena migrasi manusia di masa silam. Dimana migrasi ini terjadi tidak hanya sekali saja namun juga sering terjadi beberapa kali. Adapun migrasi yang pernah terjadi dimasa silam yang kurang lebih datang dari wilayah Afrika, Asia (termasuk India), dan terakhir dari wilayah Timur Tengah (saat Islam masuk). Dalam mitologi Jawa sendiri, dapat dikenal dari berbagai versi cerita kedatangan manusia pertama yang berasal dari luar wilayah Jawa sendiri. Dimana versi ini memang tidak menyebutkan secara gamblang asal-usul mereka, namun ada terdapat pola yang sama dengan fakta migrasi nenek moyang orang Jawa dan orang Indonesia dimasa silam. Perlu diingat kembali, bahwa dimasa silam pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan adalah sebuah kesatuan daratan yang menyatu dengan Semenanjung Malaya. Sehingga, pada masa silam tersebut ke-3 pulau besar itu masih menyatu dengan benua Asia.
 
BAB III
Kerajaan Jawa Kuno Era Jawa Barat
 
A. Kerajaan Salakanagara
 
Kerajaan Salakanagara berdiri pada abad ke-2 Masehi ataupun bersamaan dengan munculnya peradaban-peradaban modern di Eropa. Dimana kerajaan ini telah memiliki kepercayaan untuk menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di daratan Cina, tepatnya dimasa Dinasti Han. Cina merupakan salah satu dari dua sumber yang dipercaya banyak kalangan dalam mengenai keberadaan kerajaan tersebut. Salakanagara memiliki hubungan dengan Tarumanegara secara sisilah karena Jayasingawarman sebagai pendiri Tarumanegara adalah menantu raja Terakhir Salakanagara yang memiliki kesamaan dengan raja-raja di Tarumanagara yaitu memiliki nama 'warman' dibelakangnya. Salakanagara kemudian menunjukkan sistem pemerintahan yang begitu hebat yang pernah menaklukkan 3 kerajaan disekitarnya, memiliki wilayah yang luas, dan 2 kali memiliki raja perempuan. Salakanagara juga memiliki bukti yang tertulis berupa catatan perjalanan cina dari Dinasti Han untuk dapat menunjukkan keberadaannya.
 
B. Tarumanegara
 
Pada abad ke-4 sampai abad ke-7 Masehi, Tarumanegara memiliki pusat pemerintahan di sebuah tempat yang bernama Jayasinghapura. Kerajaan Tarumanegara akhirnya dipercayai keberadaannya di wilayah bagian barat Pulau Jawa (tepat nya disekitar Banten sekarang). Pemimpin kerjaan ini ada terdapat 11 raja. Raja terakhir pemimpin kerajaan Tarumanegara adalah Linggawarman yang tidak memiliki keturunan laki-laki. Dimana kedua anaknya adalah perempuan yang bernama : Manasih dan Sobakencana sehingga takhta kerjaan diberikan kepada menantunya yaitu : Tarusbawa yang merupakan suami dari Manasih. Kemudian Sobakencana menikah dengan Dapantura Hyang Sri Jayasanas yang kelak nanti akan dipercayai dalam memimpin kerajaan besar yang ada di bumi Nusantara, Sriwijaya.
 
Tarusbawa, selaku penerus takhta pasca-mangkatnya Linggawarman, yang berinisiatif untuk menggantikan nama Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda. Sang raja berharap penggantian nama kerajaan dapat membawa kembali Tarumanegara ke era kejayaan. Disatu sisi, Tarusbawa juga merasa bahwa era kepemimpinannya akan membawa Tarumanegara kedalam kemunduran. Kemudian dia berubah pikiran untuk membatalkan pergantian nama Tarumanegara. Pada akhirnya kepemimpinan Tarusbawa mengalami pemberontakan, dan ia pun akhirnya memanfaatkan situasi yang tidak stabil di senjakala Tarumanegara diganti menjadi Kerajaan Sunda untuk dapat melakukan pemberontakan. Kemudian ia juga meminta Tarusbawa agar segera melepaskan wilayah Galuh, merupakan wilayah yang berada di bagian timur Kerajaan Sunda. Pada akhirnya Wretikandayun sukses melepaskan wilayah Galuh dari kekuasaan Kerajaan Sunda dan ia pun akhirnya berhasil naik takhta menjadi seorang raja pertama di Galuh.
 
C. Kerajaan Galuh
 
Galuh merupakan kerajaan sendiri yang sudah ada sejak zaman Tarumanegara. Wilayah ini adalah kerajaan yang pernah ditaklukkan oleh Tarumanegara pada masa silam sebelum akhirnya kembali menjadi kerjaan yang merdeka.
 
Wretikandayun adalah raja pertama di Galuh setelah sukses melepaskan wilayah tersebut dari Tarumanegara dimasa kepemimpinan Tarusbawa, menantu dari Raja ke-11 Tarumanegara. Ia dikisahkan memiliki 2 seorang putra, tetapi putra pertama nya bernama Sempakwaja ini memiliki kekurangan atau pun cacat. Sehingga pada akhirnya Wretikandayun memutuskan putra keduanya yang bernama Mandiminyak sebagai raja kepercayaan yang akan meneruskan takhta kerajaan Galuh. Sehingga masalah ini akhirnya di membawa Galuh kedalam intrik politik berkepanjangan.
Sempakwaja diceritakan memiliki seorang anak laki-laki;yang bernama Purbasora. Namun istri Sempakwaja belakangan ini terlibat kisah cinta terlarang dengan iparnya sendiri alias Mandiminyak. Dari hubungan terlarang tersebut, lahirlah seorang anak bernama Brantasena. Nama terakhir inilah yang kelak menggantikan Mandiminyak sebagai raja di Kerajaan Galuh. Memegang tampuk kekuasaan Galuh, Brantasena akhirnya mendapatkan tantangan dari saudara ibunya bernama Purbasora. Purbasora menuntut Brantasena agar segera memberikan kekuasaan kepadanya, sebab ia merasa bahwa takhta Galuh seharusnya diberikan kepadanya karena ia adalah seorang keturunan dari Sempakwaja, anak pertama Wretikandayun yang dahulu seharusnya bertakhta jika saja tidak cacat.
Pada masa kepemimpinan Brantasena tidak berjalan dengan lama, ia menelan kekalahan dalam perseteruannya dengan Purbasora. Dimana kekalahan ini tidak hanya berdampak kepadanya, namun juga kepada keluarganya. Purbasora akhirnya mengusir Brantasena dan keluarganya dari kerajaan Galuh yang sekarang ia pimpin. Setelah mereka diusir dari Galuh, Purbasora dan keluarganya kini menyingkir ke daerah Pakuan yang berada di wilayah Kerajaan Sunda. Kabar tersebut kemudian sampai ke telinga Raja Tarusbawa yang memimpin Sunda. Tarusbawa pada akhirnya memutuskan untuk membantu Purbasora dan keluarganya.
 
Purbasora akhirnya menjalin hubungan baik dengan Sunda dan Tarusbawa. Pada akhirnya, Sanjaya dinikahi dengan Tejakusuma. Sanjaya merupakan menantu dari Tarusbawa yang akan menjadi penerus takhta Kerajaan Sunda.
 
Sunda dahulu nya, ditinggalkan oleh pendahulu Sanjaya, kini jatuh ke tangan keturunan Wretikandayun. Tampuknyan kekuasaan di Kerajaan Sunda, Sanjaya kini berniat membalas dendam atas apa yang telah terjadi pada keluarga. Akibat dari serangannya, akhirnya Sanjaya telah berhasil merebut Galuh. Sanjaya juga telah berhasil mendapatkan jatah untuk meneruskan kekuasaan di Kerajaan Kalingga. Kerajaan ini terletak bdi daerah Jawa Tengah yang merupakan Kerajaan asal sang ibu. Kemudian, takhta Kerajaan Sunda akhirnya ia wariskan kepada putranya, hasil pernikahan antara ia dengan Tejakusuma.
 
BAB IV
Kerajaan Jawa Kuno Era Jawa Tengah
 
A. Kerajaan Medang/Mataram Kuno
 
Mataram adalah salah satu kerajaan dari masa Jawa kuno yang nama nya masih bisa dilacak, ditemukan, dan diingat dengan mudah. Seorang raja dari masa Mataram Islam, yaitu Sultan Agung, juga masuk dalam daftar pahlawan nasional Indonesia. Mataram adalah sebuah kerajaan tua yang menganut Hindu dan Budha yang terletak di Jawa bagian tengah. Asal usulnya sendiri diperkirakan masih memiliki kaitan dengan kerajaan-kerajaan Jawa Kuno diwilayah Jawa barat. Kerajaan Medang atau Mataram kuno diduga telah ada sejak tahun 700-an Masehi, hal ini Medang kini berada di periode yang hampir bersamaan dengan senjakala Tarumanegara dan kemenangan Kerajaan Galuh yang di bawah kepemimpinan Wretikandayun. Kerajaan Medang atau pun Mataram memiliki 14 orang raja, yaitu : Sanjaya, Rakai Panamarakara, Rakai Panunggalan (Panaraban), Rakai Warak, Dyah Gula, Rakai Garing, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi (Lokapala), Dyah Tagwas, Rakai Panumwangan, Rakai Gurunwangi, Rakai Limus Dyah Dewandra, Rakai Watuhumalang (Wungkalhumalang), Rakai Watukara Dyah Balitung, Dasottamabahubajara (Daksa), Rakai Blayang Dyah Tulodong, dan Rakai Pangkaja Syah Wawa.
 
B. Medang dan Sriwijaya
 
Medang sebagai sebuah kerajaan besar di era kerajaan kuno wilayah Jawa Tengah yang tidak berdiri sendirian. Sehingga nama ini berkelindan satu sama lain dengan Sriwijaya, kerajaan dengan corak agama Buddha di Sumatera bagian selatan yang berjaya sekitar abad ke-9 Masehi. Nama Sriwijaya bahkan sudah muncul sejak masa-masa awal Sanjaya datang ke Jawa Tengah setelah meninggalkan Medang. Sriwijaya merupakan bagian dari Dinasti Syailendra yang berasal dari Jawa bagian Tengah. Para pendiri Sriwijaya yang berasal dari Dinasti Syailendra berpindah bdari Jawa Tengah ke Sumatera karena kekalahan mereka dalam persaingan dengan Dinasti Sanjaya. Sehingga kedua kerajaan tersebut memiliki hubungan dari berbagai versi cerita sendiri. Dalam semesta kerajaan Medang, nama Sriwijaya dan orang-orang yang berpengaruh didalamnya muncul dalam beberapa periode rajanya. Akibat dari kemunculan satu kerajaan besar, akan membawa pengaruh akan munculannya kerajaan-kerajaan diwilayah lainnya.
 
BAB V
Kerajaan Jawa Kuno Era Jawa Timur
 
A. Kerajaan Tamwlang
 
Gunung Merapi (2930 mdpl) adalah salah satu gunung api yabg aktif di Indonesia. Gunung tersebut juga tercatat memiliki sejarah letusan terbesar salah satunya adalah letusan yang terjadi pada tahun 1000 Masehi. Tanpa kita sadari letusan ini juga dapat menghancurkan pemukiman, letusan Merapi kala itu adalah salah satu alasan kehancuran dan perpindahan Kerajaan Medang dari Jawa bagian Tengah ke Jawa bagian Timur. Letusan Merapi pada masa itu sebenarnya tidak sekedar menghancurkan peradaban Medang Jawa Tengah. Namun, peristiwa itu juga turut andil dalam sejarah penciptaan peradaban-peradaban baru ditanah Jawa. Sehingga letusan tersebut telah menggeser pusat kerajaan-kerajaan Jawa kuno dari yang tadinya diwilayah tengah menuju ke wilayah timur. Adapun dampak lain dari letusan tersebut adalah terkuburnya beberapa peninggalan kerajaan untuk sementara waktu. Ada terdapat beberapa raja yang memimpin kerajaan Tamwlang yaitu : MPU Sindok, Sri Istanatunggawijaya, Makuntawangsawardhana, dan Sri Dharmawangsa Teguh.
 
B. Kerajaan Kahuripan
 
Kerajaan Kahuripan telah berhasil memenang peran yang cukup unik dalam semesta kerajaan Jawa kuno selepas runtuhnya Medang. Kerajaan Kahuripan memiliki fungsi sebagai sebuah media konsolidasi demi dapat mengumpulkan kekuatan-kekuatan politik lama pasca-serangan dan pendudukan Sriwijaya atas wilayah Tamwlang. Sebab dimana Airlangga ini lebih terfokus untuk membangun kekuatan militer selama persembunyiannya. Pada akhirnya Sriwijaya kini menjadi takluk ditangan Kerajaan Chola dan Tamwlang yang sudah bebas dari kekuasaan Sriwijaya, Airlangga tetap mampu untuk menguasai wilayah yang cukup luas. Berita tersebut kini sungguh tidak mengejutkan sebab Airlangga adalah calon penerus takhta Tamwlang sekaligus pangeran dari Bali. Airlangga juga tidak memulainya dari nol saat harus menaklukkan penguasa-penguasa lokal dan kerajaan-kerajaan kecil disekitarnya.
 
Kahuripan juga berfungsi sebagai peletak dasar wilayah bagi kontestasi dan perjalanan mereka. Sebab, Kahuripanlah yang mencoba menaklukkan Sriwijaya dengan membangun kekuatan militer selama 15 tahun pelarian sang raja walaupun serangan itu tidak pernah jadi dilakukan. Kahuripan menjadi sebuah kekuatan bahwa tanah saat diwaktu yang sama Sriwijaya menguasai Jawa sekaligus mencapai puncak kejayaannya. Takhta Kahuripan sebenarnya diwariskan kepada Sanggramawijaya, namun anak perempuan raja itu menolak dan memilih menjadi seorang pertapa. Kemudian takhta nya kembali diarahkan ke salah satu dari 2 anak laki-laki Airlangga juga memiliki kesamaan untuk mengincar posisi raja kemudian Airlangga membagi wilayah Kahuripan menjadi 2 bagian. Kemudian Kahuripan juga telah menjadi perantara jika ada sosok Airlangga dalam semesta peradaban kerajaan pasca-Tamwlang. Dengan adanya Airlangga mungkin aja wilayah-wilayah itu tetap terikat dalam satu kerajaan.
 
C. Kerajaan Jenggala
 
Kerajaan ini adalah hasil pembagian wilayah oleh Airlangga semasa Kahuripan. Dimana wilayah timur dari Kahuripan ini telah diberikan kepada Mapanji, salah satu anak dari Airlangga. Pusat pemerintahan Jenggala kini berada di wilayah Sidoarjo. Pada masa kehidupan kerajaan Jenggala dan kadiri tidak lah sepi dari perang perebutan kekuasaan. Dimana perang saudara ini menjadi salah satu kemungkinan yang berhasil membuat sulitnya menemukan peninggalan-peninggalan kerajaan Jenggala. Sehingga Jenggala jarang ditemukan dalam buku-buku sejarah yang populer.
 
D. Kerajaan Kadiri
 
Dimana wilayah timur Kahuripan, Kadiri atau Panjalu adalah wilayah baratnya. Wilayah ini kemudian diberikan kepada Airlangga kepada anaknya yang lain, yaitu Sri Samarawijaya. Sebab Kadiri sendiri telah memiliki catatan perjalanan yang lebih panjang dibandingkan saudara kandung nya. Nama Kadiri pada umumnya dijumpai dalam teks-teks berbahasa Jawa Kuno, yang disebut sebagai kerajaan yang mempunyai sinonim, yaitu Pangjalu. Adapun nama Kediri lebih dikenal dalam konteks Masa Kolonial dan Sesudahnya. Kediri digunakan untuk dapat menyebutkan suatu wilayah yang mampu tau pemerintahnya sendiri.
 
E. Kerajaan Singasari
 
Kerajaan Singasari adalah hasil rampasan atau pun pemberontakan Keng Angrok, anak seorang petani yang berhasil mendapatkan takhta dan mendirikan kerajaan setelah memberontak terhadap raja Kadiri terkahir. Riwayat Ken Angrok bisa diketahui lewat Serat Pararaton yang memuat riwayat senjakal dari Kerajaan Kadiri, kemunculan Kerajaan Singasari, sehingga awal mula munculnya kerajaan Majapahit. Ken Angrok telah dibunuh oleh Anusapati untuk dapat membalaskan sakit hatinya. Kemudian Anusapati kini telah berhasil membalas dendam nya kepada Keng Angrok, dan ia juga kembali mentakhta di Singasari pada tahun 1170 saka yang diwarnai dengan ketakutan, dan dia juga dibunuh dengan keris Empu Gandring. Pada masa kejayaan Singasari kini berlanjut di mana Kertanegara yang di pimpin oleh Ranggawuni, telah berhasil menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan diluar Pulau Jawa.
 
F. Kerajaan Majapahit
 
Majapahit masih saja sama seperti kerajaan-kerajaan kuno lainnya dan muncul begitu saja sebagai sebuah kerajaan besar. Dimana Majapahit dan pendirinya masih memiliki hubungan dengan kerajaan-kerajaan sebelumnya yaitu Kerajaan Singasari. Disana ia bertemu dengan seorang Adipati semasa Kertanegara yang berkuasa bernama Banyak Wide. Dimana kerajaan Majapahit ini di pimpin oleh 12 seorang raja yaitu : Dyah Wijaya, Kalagemet, Dyah Gitarja, Hayam Wuruk, Wikramawardhana, Sri Suhita, Dyah Kertawijaya, Rajasawardhana, Girishawardhana, Singhawikra-Mawardhana, Bhre Kertabhumi dan Ranawiajya.
 
BAB VI
Jawa Kuno Dan Kini
 
Sejarah masa kerajaan-kerajaan Jawa kuno, sedikit banyak juga bisa menjadi gambaran tentang sejarah yang terjadi saat Indonesia memulai perjalanannya sebagai negara modern. Jika Jayanegara harus menghadapi pemberontakan dari para anak buah Dyah Jayanegara yang merasa tidak puas, hal yang sama juga ternyata pernah terjadi di Indonesia modern.
 
A. Kerajaan Jawa dan Belanda
 
Masa Jawa kuno telah diakhiri dengan masuknya Islam dan munculnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di Jawa dan munculnya semesta kerajaan-kerajaan Jawa kuno. Kemudian ada terdapat baru yaitu letak posisi geografis Jawa dan Indonesia yang sangat strategis, Jawa setidaknya berada dekat dengan Selat Malaka yang sudah lama tersohor sebagai jalur perdagangan. Pintu masuknya para pengelana dari wilayah Eropa kini sedang mencari jalan kebelahan bumi Timur.
Selepas Islam masuk, peradaban Jawa kemudian bergelut kembali dengan tantangan budaya sekaligus politik baru yang dibawa orang-orang Eropa. Orang Portugis datang karena mereka tertarik dengan urusan Perdaganga. Pada saat Belanda masuk, masa ini sangatlah menetang bagi peradaban Jawa. Dimana bangsa Eropa masuk ke Jawa, mereka sudah lebih dulu tertarik dengan wilayah Maluku yang dikenal sebagai penghasil rempah-rempah kelas Wahid. Pada masuknya Belanda ke Jawa berkeinginan untuk menguasai Jawa, dan turut membawa warna baru dalam semesta kerajaan-kerajaan Jawa. Dimana para raja-raja Jawa kini tidak mempunyai musuh sesama raja dari kerajaan lain, namun orang Belanda yang ingin menguasai dan menganggu kedaulatan kerajaan tersebut. Setelah kekuasaan Belanda tercapai diindonesia, maka kerajaan-kerajaan dijawa kini menjadi salah satu pintu masuk dalam menguasai wilayah-wilayah. Sebab hal ini tidak mengherankan karena wilayah-wilayah itu tadinya dipegang oleh raja, sehingga raja-raja Jawa kini menjadi perpanjangan tangan kuasa Belanda.
 
B. Kerajaan Jawa Kuno dalam Konteks Keindonesiaan Modern
 
Dalam konteks wilayah, Indonesia modern kini telah menggunakan area Bekasi jajahan Belanda yang sudah menjadi sebagai patokan. Sehingga patokan wilayah Majapahit dimasa lalu tak lebih dari sebuah romantisme dan memori kolektif terhadap kebesaran nenek moyang orang Jawa. Indonesia modern dan masa kerajaan Jawa kuno ada terdapat sebuah jarak ratusan tahun, sehingga jarak ini dapat sebabkan oleh adanya kemunculan Kerajaan bercorak Islam dan penjajahan Belanda. Kerajaan dimasa Indonesia modern sekarang yang masih bisa bertahan sehingga Indonesia modern ini tidak terlepas dari berbagai tantangan-tantangan yang harus dihadapi.
 
Penilaian Buku :
Kelebihan :
Buku tersebut sangat bagus dan menarik, bahkan banyak materi yang di bahas untuk menambah wawasan bagi sipembaca. Sebab ada beberapa nama kerajaan yang tidak pernah dibahas, namun di buku tersebut dibahas dengan detail dan bagus sehingga mudah untuk di pahami.
 
Kekurangan :
Tidak ada kekurangan yang saya dapat dari buku tersebut, sebab Materi yang ada di buku tersebut sangat tersusun rapi.
 
 
 
Identitas pembuat :
Nama : Rifka Anjelina Ginting
Prodi : Pendidikan Sejarah
Asal Universitas : Universitas Riau
Mata Kuliah : Historiografi Sejarah
Dosen Pengampu : Piki Setri Pernantah, M.Pd
 
 
 
 
 
 
 




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan