Sport

Waspada… Wabah Difteri Mulai Merebak di Bengkalis

Ilustrasi penderita Difteri

BENGKALIS (MR) - Penyakit Difteri, sejak beberapa waktu lalu mulai mewabah di sejumlah daerah Kabupaten Bengkalis. Penyakit yang disebabkan oleh Bakteri Corinebacterium Difteria ini umumnya menyerang parink, tonsil, tenggorokan, selaput lendir bahkan dapat menyerang kulit.

Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Bengkalis H  Mohammad Sukri SH melalui Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Alwizar SKM mengatakan penyakit ini biasanya menyerang anak umur 15 tahun ke bawah dengan masa inkubasi dua sampai lima hari dengan gejala umum panas tinggi, menggigil, beringus mula-mula cair.

“Penyakit ini lama-kelamaan mengental dan kadang-kadang mengeluarkan dahak, lemas dan sesak nafas, jika ditemui gejala seperti tersebut di atas segeralah bawa ke tenaga medis agar dapat dilakukan pemeriksaan tonsil swab untuk memastikannya,”imbau Alwizar, Senin (6/2/2017).

Selanjutnya tukas Alwizar dijelaskan pula penularan Penyakit Difteri ini bisa bersifat carrier atau kontak langsung dengan penderita, penularan dari hewan yang biasanya sapi, atau benda-benda seperti handuk yang dipakai oleh penderita. Bisa juga melalui susu yang belum dipateurisasi dan sterlisasi.

Oleh sebab itu sambung Alwizar membawa anak-anak umur dua bulan sampai tiga tahun untuk imunisasi Difteri Pertusis Tetanus (DPT) adalah sangat penting sebab Difteri termasuk kategori penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (P3DI). Kasus pertama ditemukan pada tanggal 22 Agustus 2016 pada Siswa SD Mutiara Pinggir.

Ditambahnya sampai saat ini total kasusnya sebanyak 25 orang. Langkah yang dilakukan meliputi tiga langkah, yaitu penemuan dan pelacakan kasus secara aktif oleh petugas puskesmas termasuk berkoordinasi dengan rumah sakit pemerintah dan swasta kemudian mengirimkan Laporan W1 (wabah) ke Diskes, merawat penderita dengan memberikan obat profilaksis dan eritromicine untuk mematikan bakteri pada penderita.

“Caranya memberikan imunisasi ulang pada kontak erat, yaitu keluarga penderita dan teman bermainnya. Pemberian imunisasi ulang ini disebut ORI (outbreak responsibility imunization), sampai saat ini kita telah melakukan imunisasi ulang terhadap 11.330 orang kontak erat penderita pada kedua kecamatan tersebut,” jelas Alwizar lagi.

Pada kesempatan yang sama disampaikan juga bahwa pada transisi musim panas ke penghujan ini potensial berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti. 

Pada musim panas telur nyamuk tersebut menempel ditempat penampungan air hujan segera setelah turun hujan maka telur akan berubah menjadi pupa, jentik, selanjutnya menjadi nyamuk dewasa.

Oleh karena itu diminta kepada masyarakat untuk melakukan 3M, yaitu menutup rapat-rapat tempat penampungan air hujan atau air bersih agar nyamuk tidak dapat bertelur. 

“Jika nyamuk tidak dapat bertelur maka jentik tidak ada dan selanjutnya nyamuk Aedes Aegypti juga tidak ada,”tuturnya.

Kedua, menguburkan atau pun mendaur ulang kaleng-kaleng bekas, gelas-gelas plastik minuman atau benda sejenis agar tidak ada air yang tertakung.

“Terakhir, menguras bak mandi atau WC minimal tiga hari sekali. Kita telah berkoordinasi dengan Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik agar memberikan informasi keliling kepada masyarakat,”tukasnya.*** (halloriau)




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan