Ini Rahasia Mobil Paling Irit Tim Sadewa UI
SINGAPURA (MR) - Tim Sadewa dari Universitas Indonesia (UI) berhasil menjadi yang terdepan dalam kontes mobil paling irit pada ajang Shell Eco Marathon (SEM) Asia 2017 kategori mobil perkotaan (urban concept).
Berdasarkan penelusuran beberapa tim yang ikut ajang SEM 2017, mayoritas menyebutkan, tiga faktor utama mencapai keiritan tinggi yakni mengurangi tahanan angin melalui bodi kendaraan yang aeorodinamis, mengurangi gesekan yang memperberat beban di bagian roda, serta pengemudi tak asal injak pedal gas.
Bila semua tim memakai strategi yang sama, mengapa tim dari UI itu bisa lebih unggul? Berdasarkan pernyataan dosen UI yang membimbing mahasiswa Tim Sadewa, Prof. Bambang Sugiarto, mengungkapkan, selain memakai tiga strategi itu, pihaknya memfokuskan pada sektor mesin. "Pertama bodi mobil dibangun untuk mengurangi tahanan angin. Kedua faktor ban seminim mungkin mengurangi friksi atau gesekan. Ketiga, engine," kata Sugiarto, di Changi Exhibition Center, Singapura, Minggu (19/3).
Begitu halnya keahlian pengemudi sangat mempengaruhi keiritan mobil. Namun persentasenya di bawah ketiga poin utama tadi.
Sayangnya Bambang enggan membuka rahasia timnya menjadi mobil paling irit. Sebab hal itu merupakan rahasia dapur yang tak pernah dibuka karena takut diketahui tim lawan.
Namun setelah diajak bicara lebih jauh dia membuka sedikit. Pertama untuk ban, kata dia, secara prinsip semakin sedikit dan segaris, atau satu titik kontaknya dengan permukaan, maka akan makin kecil friksinya. "Makanya kalau ban kendaraan makin lebar, itu makin boros. Salanjutnya, materi karet ban menjadi kunci," kata dia.
Dia mengaku telah melakukan penelitian khusus soal itu. Cara lain mencari tahu ke pabrik ban yang juga punya penelitian sejenis.
Untuk mesin, secara prinsip bagaimana membuat pembakaran sesempurna mungkin dan menghilangkan friksi di dalam mesin. Pihaknya menghitung ulang semua komposisi dan melakukan sejumlah treatment ke internal mesin. Salah satunya melakukan porting and polishing mesin ke mesin Supra 125 cc yang dipakai. "Kita hitung dengan benar. Jadi angkanya bukan angka dapat tiba-tiba," kata dia.
Porting and polishing adalah upaya memodifikasi intake dan exhaust sebuah mesin demi menaikkan rasio serta jumlah udara ke dalam mesin. Biasanya hal itu dilakukan untuk memperbaiki kinerja mesin sehingga bahan bakar makin efisien.
Sementara untuk aerodinamika, diakui Sugiarto, pihaknya mengadakan penelitian. Kalabia Evo 6, mobil Sadewa yang juara di SEM Asia 2017, misalnya, mencapai angka 0,1. Lebih dekat ke angka 0, maka aerodinamikanya semakin baik.
Kalabia Evo 6, berdasarkan hasil resmi, berhasil mencapai 375 kilometer per liter. Angka itu sudah naik dari tahun lalu yang 275 kilometer per liter. Aslinya, di ajang tahun ini, capaiannya adalah 399 kilometer per liter. Namun hasil itu didiskualifikasi oleh panitia karena driver Kalabia Evo 6 ketahuan tak memencet klakson ketika mendahului mobil lain, dan itu dianggap melanggar aturan. "Sebenarnya, berdasar tes kami waktu belum berangkat, sudah kami prediksi angkanya di 400-an kilometer per liter," kata Sugiarto.*** (beritasatu)
