Di Balik Sapu yang Menyapu Adipura
Dumai (MR) - Setiap dini hari mulai pukul 02.30 WIB, saat sebagian besar masyarakat kota masih terlelap dalam mimpi, langkah kaki Pak Jumirin dan tujuh rekannya telah menyusuri trotoar-trotoar yang lembab oleh embun.
Di tangan tuanya yang kokoh menggenggam sapu lidi, ia bukan sekadar menyapu daun,debu dan pasir, tapi juga merawat wajah kota agar tetap bersih, tertata, dan nyaman bagi siapa saja yang melangkah dan berkendara.
Pekerjaannya mungkin tampak sederhana, bahkan sering luput dari perhatian. Tapi di balik gerakan menyapunya yang sabar, ada dedikasi yang tidak semua orang miliki.
Dengan baju hijau kadang oranye terang dan topi lusuhnya, ia menjadi bagian tak terlihat dari keseharian kota Dumai, mereka adalah pahlawan tanpa tepuk tangan.
.jpg)
Tidak banyak keluh kesah dari pak Jumirin dan rekan – rekannya, “ selama hak mereka terus mengalir dan sesuai jadwal, kami terus dan tetap menyapu, ini tanggung jawab moral kami”, tegas pak Jumirin sambil tertawa.
Kadang, ia menemukan senyum dari orang yang lewat. Kadang pula, ia hanya menjadi siluet yang tak dikenali. Namun Pak Jumirin dan rekan - rekan tak pernah meminta lebih. Ia bangga menjadi penyapu jalan, karena baginya, kota yang bersih adalah cermin dari jiwa yang peduli.
Di tengah hiruk-pikuk yang terus bergerak, mari kita sempatkan sejenak untuk melihat dan menghargai mereka yang menjaga keindahan dengan sapu dan niat tulus. Karena kota tak akan pernah benar-benar indah dan mendapatkan penghargaan Adipura tanpa tangan-tangan sederhana seperti milik pak Jumirin dan kawan – kawan dengan harapan benar – benar menjadi kota idaman yang di idamkan.
