Opini

Tulisan untuk 'Kids Jaman Now'

INDONESIA negeri kaya, tak hanya kaya sumber daya alamnya, Indonesia juga kaya kosa kata dan istilah nyeleneh yang selalu hadir memperkaya khazanah bahasa gaul.
 
Kalau sebelum-sebelumnya kita selalu dengar kalimat ciyuss miyapa?, elu gue end atau kamseupay akhir-akhir ini viral kalimat kids jaman now.
 
Kids jaman now diartikan anak-anak zaman sekarang. Entah kenapa dan dari siapa kalimat ini muncul, namun yang pastinya kalimat ini gabungan bahasa Inggris dan bahasa indonesiayang tidak baku. 
 
Saking viralnya kalimat ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) indonesia pun meluruskan kalimat kids jaman now melalui akun Twitternya. Dimana sesuai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), ejaan yang benar dari jaman adalah zaman. 
 
Namun saya disini tak terlalu mengupas soal esensi kids jaman now ini. Saya lebih tertarik mengupas soal perbedaan permaianan anak-anak di zaman saya dulu (tahun 90-an) dengan permainan kids jaman now.
 
Di masa kecil dulu, saat masih SD saya teman-teman selalu bermain bersama. Layaknya permainan anak-anak kampung, kami biasa bermain Tonggak Dingin, entah kenapa permainan ini dinamakan Tonggak Dingin. Sebagian daerah melayu lainnya mengenal permainan ini dengan nama Suruk Banteng. Permainan ini juga dikenal dengan nama Petak Umpet.
 
Permainan ini sangat sederhana, dimainkan antara 5 hingga 20 orang. Tonggak Dingin dimulai dengan suit untuk mencari 1 orang yang jadi atau jaga. Istilahnya kami pada saat itu kami sebut lenget
 
Teman yang lenget ini akan menjaga sebuah tonggak. Tonggak yang dimaksud adalah sebuah pilar beton rumah, bisa juga tonggak kayu rumah atau batang sebuah pohon.
 
Sering juga kami gunakan dinding rumah. Yang pastinya permainan ini tak merepotkan sama sekali. Teman yang lenget itu akan menghadap tonggak itu dan berhitung hingga angka 20. Saat si lenget  berhitung kami akan berlari berhamburan mencari tempat persembunyian. Begitu hitungan selesai si lenget akan mencari kami satu persatu.
 
Begitu menemukannya si lenget harus menyebut nama kami yang ditemukan sambil berlari kembali ke tonggak dingin tersebut dan menyentuhnya. Jika yang bersembunyi yang menyentuh tonggak dingin itu terlebih dulu maka dia akan bebas hukuman. Si lenget akan terus mencari hingga semua pemain ditemukan.
 
Begitu seluruh pemain ditemukan, pemain akan berbaris dibelakang si lenget secara acak. Si lenget akan menyebut nomor barisan. Jika di nomor barisan itu tersebut pemain yang  berhasil menyentuh tonggak lebih dulu (pemain bebas hukum) maka ia akan maka dia tak akan lenget. Tapi jika nomor yang disebut adalah posisi pemain terhukum maka ia akan mengganti si lenget.
 
Begitulah permainan yang sering kami mainkan. Selain  itu kami juga sering memainkan permainan galah panjang, kejaran tengkak dan patok lele, bahkan main sembar lakon.
 
Namun kini kekhawatiran ku timbul seketika. Khawatir akan keberadaannya sekarang ini. Sudah lama tidak melihat permainan itu sekarang dimainkan anak-anak masa kini. Entah mengapa permainan yang mengasyikkan itu seolah hilang terkikis zaman.
 
Permainan tradisional ini kalah bersaing dengan permainan masa kini. Permaian tradisional banyak mengajarkan hal-hal penting. Ada unsur kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, mengembangkan daya kreatifitas. Yang lebih penting permainan tradisional mengajarkan rasa nasionalisme, sportifitas dan kejujuran, serta pesan moral. Selain itu permainan tradisional juga mengajarkan kerja sama dan lebih mendidik.
 
Permainan tradisional mengandung nilai-nilai pendidikan yang sarat dengan hikmah dan makna kontekstual.  Permainan ini mengambil kearifan lokal dan kekayaan natural yang luar biasa dahsyat dalam membentuk karakter positif anak. Untuk bisa bermain, anak-anak tidak memerlukan bahan-bahan yang mahal atau peralatan yang rumit.  
 
Model permainan ini sepenuhnya mengandalkan material yang berasal dari alam. Tempat permainan dapat di mana saja. Bisa di dalam rumah ataupun di luar rumah, meskipun biasanya dilakukan di lapangan atau halaman rumah yang langsung berhubungan dengan lingkungan sekitar. Semua anak dapat melakukannya tanpa kecuali.
 
Permainan tradisional sangat bersifat sosial. Permainan ini tidak dapat atau sulit sekali dilakukan sendiri. Kalaupun bisa, permainan jadi tidak seru dan kehilangan makna, jauh sekali dengan permainan modern yang sangat individualistis. 
 
Sifat sosial dari permainan tradisional mengajarkan pentingnya berkomunikasi dan berteman dengan sesama. Biasanya permainan ini dilakukan secara tim atau berkelompok.
 
Pelajaran penting lainnya adalah sportivitas. Anak yang bermain dituntut untuk jujur dan tidak boleh licik. Pemain harus mengamati dan memperhatikan jalannya permainan. 
 
Tim yang kalah harus menerima kekalahan dengan legowo, dan tim yang menang tidak berlebihan dalam merayakannya, biasa-biasa saja, semuanya dalam konteks hiburan dan bermain. Tidak ada ajang balas dendam atau ingin selalu dominan.
 
Bandingkan dengan permainan kids Jaman Now. Mulai dari Plays Station hingga game online, keseluruhan permainan itu membentuk watak individualis yang membuat anak cendrung egois. Meskipun memiliki keunggulan seperti meningkatkan kecerdasan, permainan ini memiliki dampak negatif yang lebih banyak. 
 
Bentuk permainan ini sangat individualistis dan berpengaruh besar pada sifat ketidakpedulian anak terhadap lingkungannya.
 
Anak yang kecanduan permainan digital cenderung kasar, egois, menyendiri, dan memiliki masalah psikologis. Tidakjarang ada anakyang kemudian bermasalah dengan proses akademis di sekolah. Dampak lainnya, adanya gangguan konsentrasi.
 
Perbandingan itu sudah sangat jelas untuk menilai keunggulan permainan tradisional daripada permainan digital. Sayang sekali kini permainan tradisional banyak ditinggalkan. 
 
Dengan alasan ketinggalan zaman atau tidak modern, permainan tradisional dilupakan dan disisihkan. Padahal, menimbang keunggulan konteks dan makna pendidikan, permainan tradisional seharusnya tetap dapat dijadikan bagian dalam pembelajaran.
 
So,  kids jaman now tulisan ini buat kalian semua, ayolah sekali-kali mainkan permainan kami. Rasakanlah perbedaannya agar kalian tau di zaman itu banyak hal-hal sederhana yang bisa bikin kami bahagia. Buat kami tumbuh dan berkembang dengan riang gembira.***
 
Penulis: Cipto S Piliang
*Alumni Pekanbaru Journalis Center (PJC)
*Pecinta Musik, Penggila Sepakbola
 
 
 




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan