Pendidikan

Situs Makam Tua dan Jejak Peninggalan Sejarah Syeh Abdul Rokan Wahab Hingga Belanda

MONITORRIAU.COM - Situs Makam Tua dan Peninggalan dari Syekh Abdul Wahab Rokan berada di wilayah kecamatan kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Tepatnya berada di Desa Rantau Binuang Sakti yang letaknya di Perbatasan antara Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Rokan Hilir.
 
Rantau Binuang merupakan tanah bolobieh (sisa) antara kerajaan Kepenuhan dengan kerajaan Siak Sri Indrapura. Pada zaman Belanda dahulu, Rantau Binuang ini merupakan daerah yang menyisir lurus disepanjang sungai Rokan. Perkampungan yang lurus itulah dipakai sebagai nama “antau Luwuih” (rantau lurus). 
 
Dinamakan Rantau binuang sakti karena di wilayah itu ada tumbuh sebatang kayu binuang yang sangat besar, konon masyarakat sekitar mengatakan kayu tersebut merupakan keramat sakti.
 
Desa Rantau Binuang sakti merupakan tempat kelahiran dari Syekh Abdul Wahab Rokan (28 September 1811) serta tempat berkumpulnya Para Ulama dan Cendikia untuk menyebarkan ajaran Agama Islam pada dua abad yang lalu. Ini terbukti dari banyaknya situs makam dari para ulama dan cendikia. Lokasi situs ini sangat dekat dengan danau Teluk Negeri.
 
1. Makam Tuan Guru Halim Tambusai
 
 
Merupakan Guru Mengajinya Syekh Abdul Wahab Rokan saat beliau belajar mengaji di desa Rantau Binuang Sakti. Banyak sekali peziarah yang mengunjungi makam ini. Informasi mengenai kapan meninggal dan lahirnya tidak diketahui.
 
2. Makam Datuk Rantau Binuang Sakti
 
 
Merupakan seorang Guru Asal Aceh yang datang dengan tujuan mengembangkan ajaran Agama Islam. Nama aslinya adalah Said Habib. Datuk Rantau Binuang Sakti ini merupakan Gelar yang diberikan masyarakat saat itu, karena beliau sangat berperan dan berpengaruh dalam menyebarkan ajaran Agama Islam. Konon Pohon yang dekat dengan makam beliau adalah tongkat sakti yang ditancapkan dan berubah menjadi pohon yang hidup sampai sekarang.
 
3. Makam Abdul Wahid
 
 
Banyaknya makam makam tak bernama yang bertuliskan tahun 1292 Hijriah yang belum bisa dikenali sampai saat ini karena bahasa arab yang digunakan di batu nisan tersebut sulit diterjemahkan oleh para orang tua di Luhuk Kepenuhan ini serta minimnya informasi karena letaknya jauh dari pusat keramaian.
 
Sejarah dari tempat ini sekitar dua abad yang lalu adalah bahwa dahulu Raja XV Sultan Abdul Wahid mendirikan Istana darurat di Rantau binuang sakti, karena beliau tidak lagi menjadi raja tambusai dan melarikan diri karena perlawanan belanda. Karena pada saat itu daerah ini tidak memiliki raja maka diangkatlah Mohammad Zainal Abidin Sebagai Raja XVI Tambusai yang berkedudukan di Istana II Rantau Kasai. 
 
Namun sayangnya Mohammad Zainal Abidin ditahan Belanda. Dan menyakini bahwa belanda menghancurkan perkampungan ini. Sehingga hanya sisa sisa peninggalannya yang ada. Untuk bangunan bahkan istana darurat yang dibangun oleh sultan abdul wahid sudah tidak ada sama sekali.
Ini terbukti dari ditemukan peninggalan Kolam Pemandian Anak Raja, Taman Kerajaan, Benteng Kerajaan Rantau Binuang Sakti berbentuk seperti Gundukan tanah tinggi tetapi karena termakan oleh zaman gundukan tanah tersebut sudah tidak terlalu tampak, Pilar Belanda yang sampai sekarang masyarakat setempat tidak mengetahui fungsi dari pilar ini.
 
“ada yang mengatakan bahwa batu pilar ini tersimpan peta sama uang emas, banyak yang ingin membongkar tetapi tidak ada yang bisa dan sampai sekarang kami tidak tau isi yang sebenarnya itu apa,” Ujar Eki.
 
Serta jejak peninggalan yang lain pada masa Syekh Abdul Wahab adalah Monumen Kayu Kundur yang digunakan untuk tempat mengaji Syekh Abdul Wahab Rokan, Batu Tempat Berpijak Syekh Abdul Wahab saat Berwudhu, Kendi tempat penyimpanan air wudhu milik Syekh Abdul Wahab yang sayangnya sudah rusak.
 
“anehnya tidak ada keturunan dari ulama dan raja yang dimakamkan disini,” Ujar Kh. Syahril selaku datuk disana saat ditanya adakah keturunan dari raja atau tokoh ulama yang menetap dan dikuburkan di Rantau Binuang Sakti.
 
Selama masa hidupnya Syekh Abdul Wahab Rokan sudah meninggalkan Tempat kelahirannya guna untuk belajar sampai Ke Mekkah. 
 
Dan mengembangkan ajaran agama islam di langkat dan akhirnya beliau wafat pada tanggal 26 Desember 1926 di Langkat.
 
Lokasi Tempat Kelahiran Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan dengan Luas 6,2 Hektar masih banyak menyimpan misteri yang belum bisa dipecahkan oleh masyarakat setempat, seperti kenapa hanya ada makamnya dan dimana dahulu pusat kerajaannya dan apa isi dari pilar belanda tersebut yang konon diyakini tempat penyimpanan harta karun belanda.
 
Terimakasih saya ucapkan kepada:
1. Bapak H. Kh. Syahril Selaku Datuk/Tetua di Desa Rantau Binuang Sakti
2. Bapak Eki Selaku Penasihat dari Bapak H. Kh. Syahril.
 
Dosen Pengampu : Piki Setri Pernantah, M.Pd
Penulis : Vivi Nursoviyanti
Prodi : Pendidikan Sejarah
Universitas Riau

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan