Opini

Resensi Buku Oleh Betriq Abrori

Betriq Abrori
Judul Buku : Sejarah Indonesia masa kemerdekaan
Penulis : Dr.Arman,M.Pd
Tahun Terbit : 2015
Penerbit : Ombak(Anggota IKAPI)
ISBN : 978-602-258-312-7
 
 
BAB I
Pendahuluan
 
Pengaruh perang dunia ll di Indonesia dilihat sejak tahun 1942,dimana Indonesia dijajah oleh Jepang selama 3,5 tahun,Indonesia sangat menderita selama dijajah oleh Jepang,akibat penjajahan Jepang tersebut Indonesia mengalami penderitaan dalam ekonomi sosial dan mengalami tekanan politik.Kondisi sosial bangsa Indonesia pada saat itu sangat memprihatikan dimana Jepang melakukan rekruitmen anggota romusha yang dikerahkan untuk membangun jalan,kubu pertahana,rel kereta api dan sebagainya,dalam melakukan pekerjaan itu mereka dibuat selayaknya sebagai binatang, Makanan tidak terjamin, kesehatan sangat minim, sementara pekerjaan sangat berat. Ribuan rakyat Indonesia meninggal akibat romusha. Mendengar nasib romusha yang sangat menyedihkan, banyak pemuda yang meninggalkan kampungnya. Mereka takut akan dijadikan romusha. Akhirnya, banyak desa yang sebagian besar didiami kaum perempuan, orang tua, dan anak-anak. Jepang sangat ketat mengawasi berbagai organisasi pergerakan kebangsaan Indonesia. Jepang membentuk berbagai organisasi sosial dan politik untuk mempermudah pengawasan. Berbagai organisasi yang tumbuh pada masa pendudukan Jepang berada di bawah kontrol sangat keras. Mereka dipaksa tunduk pada berbagai aturan yang ditetapkan oleh Jepang.
Semua usaha yang dilakukan di Indonesia harus menunjang keperluan perang Jepang. Usaha-usaha tersebut yaitu Jepang mengambil alih seluruh asset ekonomi Belanda, dan mengawasi langsung pengusahaannya, Usaha perkebunan dan industri harus mendukung utnuk keperluan perang, seperti tanaman jarak untuk minyak pelumas Rakyat wajib menyerahkan bahan pangan besar-besaran kepada Jepang. Jepang memanfaatkan Jawa Hokokai, dan intansi-instansi pemerintah lainnya.
 
Bab ll
Di seputar proklamasi kemerdekaan
 
A. Peristiwa menjelang proklamasi
 
1. Titik tolak
Dalam sidang istimewa teikoku ginkai tanggal 7 September 1944 di Tokyo,perdana menteri kaiso mengumumkan daerah Indonesia diperkenankan untuk merdeka dikemudian hari
2. Peristiwa Rengasdengklok : pro kontra proklamasi
Peristiwa heroik ini dipicu oleh adanya perbedaan faham antara golongan tua yang moderat, dengan golongan pemuda yang revolusioner dalam pelaksanaan proklamasi.
a. Golongan tua
Mereka yang dicap sebagai golongan tua adalah para anggota PPKI yang diwakili oleh Sukarno dan Hatta. Mereka adalah kelompok konservatif yang menghendaki bahwa pelaksanaan proklamasi harus melalui PPKI sesuai dengan prosedur maklumat Jepang, yakni pada tanggal 24 Agustus 1945.
b. golongan muda
Sikap golongan muda secara resmi diputuskan dalam rapat yang diselenggarakan di Pegangsaan Timur Jakarta pada tangal 15 Agustus 1945. Hadir dalam rapat ini Chairul Saleh, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Armansyah, dan Wikana. Rapat yang dipimpin Chairul Saleh ini memutuskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan masalah rakyat Indonesia sendiri, bukan menggantungkan kepada pihak lain.
c. Suksesi peristiwa Rengasdengklok
Ditengah suasana pro dan kontra, golongan pemuda memutuskan untuk membawa Soekarno dan Hatta ke luar Jakarta. Di Jakarta, dialog antara golongan muda yang diwakili oleh Wikana dan golongan tua Ahmad Subardjo mencapai kata sepakat bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus dilaksanakan di Jakarta, dan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Golongan pemuda kemudian mengutus Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Subardjo ke Rengasdengklok dalam rangka menjemput Soekarno dan Hatta.
d. Perumusan dan pengesahan Teks proklamasi
Peristiwa Rengasdengklok telah mengubah jalan pikiran Soekarno Hatta, dimana mereka telah menyetujui bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus segera dikumandangkan. Pertemuan di rumah Laksamana Maeda dianggap tempat yang aman dari ancaman tindakan militer Jepang, karena Maeda adalah Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut di daerah kekuasaan Angkatan Darat. Di kediaman Maeda itulah rumusan teks proklamasi disusun.
e. Sikap rakyat terhadap proklamasi kemerdekaan
Puncak perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, adalah dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Sebagian besar rakyat Indonesia dapat dengan cepat menanggapi hakikat dari makna proklamasi itu.
 
Bab lll
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan
 
A. Perjuangan Bersenjata
Setelah proklamasi kemerdekaan, bukan berarti bahwa perjuangan bangsa Indonesia telah selesai. Namun kenyataannya semakin berat karna kedatangan tentara sekutu yang diboncengi NICA,Perundingan dilakukan antara pihak Inggris yang dipimpin oleh Brigjen AWS Mallaby dengan para wakil dari pihak RI. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan sebagai berikut :
1. Tentara Inggris tidak akan memasukkan serdadu Belanda.
2. Menjaga kemanan dan ketentraman bersama.
3. Kerjasama pemerintah RI dengan Sekutu.
4. Inggris akan melucuti tentara Jepang
Namun Inggris mengingkari kesepakatan tesebut,Oleh karena itu, pertempuran antara tentara Indonesia dengan tentara Sekutu ataupun tentara Belanda tidak dapat dihindarkan. Pertempuran terjadi di seluruh wilayah Indonesia yang diduduki oleh pasukan Sekutu maupun Belanda.
1. Pertempuran Surabaya
pada tanggal 27 Oktober 1945 pertempuran tidak dapat dihindarkan antara pasukan sekutu dengan para pejuang bangsa Indonesia. Dalam pertempuran yang terus menjalar ke seluruh kota, mengakibatkan tewasnya Brigjen Mallaby. Pasukan sekutu kemudian mengutus Mayjen Mansergh untuk membalas kematian Mallaby. Tanggal 10 November Surabaya diserang baik dari darat, laut maupun udara oleh pasukan sekutu. Namun para pejuang terus berusaha mempertahankan kota itu sampai hampir saja tiga minggu lamanya.
2. Pertempuran di Ambarawa
Pada tanggal 20 November sampai dengan 15 Desember 1945, terjadi pertempuran sengit di Ambarawa antara pemuda Indonesia dengan TKR melawan pasukan Inggris. Peristiwa ini dipicu ketika pasukan sekutu mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945, mereka diperbolehkan untuk mengurus tawanan perang yang berada di penjara Ambarawa dan Magelang.
3. Pertempuran Medan area
Pada tanggal 1 Desember 1945, pasukan Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaris Medan Area di berbagai sudut kota di Medan. Tindakan ini semakin membakar semangat para pemuda dan TKR. Pada tanggal 10 Desember 1945 berusaha menghancurkan konsentrasi TKR di Trepas akan tetapi berhasil digagalkan.
4. Peristiwa Bandung lautan api
di kota Bandung juga aksi perjuangan melawan sekutu berlangsung. Pasukan sekutu menduduki Bandung sejak bulan Oktober 1945. Para pemuda dan TKR juga berusaha melucuti tentara Jepang dan merebut senjatanya.
5. Serangan umum 1 Maret 1949
Serangan terorganisir ini dilakukan oleh TNI dibawah komando Letkol Soeharto. Serangan dilakukan dalam 5 sektor yakni sektor Uatara yang dipimpin oleh Mayor Kusno, sektor Barat Letkol Ventje Samual, sektor Selatan dan Timur oleh Mayor Sarjono, dan kota dipimpin oleh Letnan Amir. Serangan dimulai pada pukul 06.00 sampai dengan pukul 12.00 WIB dan berhasil memporakporandakan tentara Belanda dan memaksanya untuk keluar dari Yogyakarta.
 
BAB IV
Perkembangan politik dan ekonomi Indonesia pasca pengakuan kedaulatan
 
1. Kabinet Natsir (September 1950-Maret 1951)
Kabinet ini berlangsung sejak September 1950, sampai bulan Maret 1951, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Mohammad Natsir. Kabinet ini didukung oleh Masyumi yang mengisyaratkan perlunya lembaga DPR yang dipilih langsung oleh rakyat. Dengan demikian Partai Masyumi memandang perlunya diselenggarakan Pemilu, sebagaimana tertuang dalam program kabinet Natsir sebagai berikut : a. Mengadakan Pemilu untuk memilih Konstituante. b. Memajukan perekonomian, kesehatan, dan kesejahteraan rakyat. c. Menyempurnakan organisasi pemerintah dan militer. d. Menyelesaikan masalah Irian Barat (sekarang Irian Jaya), dan e. Memulihkan keamanan dan ketertiban.
2. Kabinet Sukiman
Kabinet ini berlangsung sejak bulan April 1951-April 1952, yang dipimpin oleh Sukiman dari kalangan Masyumi. Kabinet baru ini merupakan koalisi antara Masyumi dan PNI.
3. Kabinet Wilopo
Kabinet ini berlangsung sejak bulan April 1952-Juni 1953, yang dipimpin oleh MR. Wilopo. Dalam kabinet Wilopo, dimana Masyumi ikut andil di dalamnya berupaya agar pemilu segera dilaksanakan.
4. Kabinet Ali Sastroamidjojo
Kabinet ini berlangsung sejak bulan Juli 1953-Juli 1955. Kabinet yang merupakan koalisi NU dan PNI ini dipimpin oleh Ali Sastramidjojo. Pada masa inilah Konferensi Asia Afrika tahun 1955 berhasil diselenggarakan.
5. Kabinet Burhanuddin Harahap
Kabinet ini berlangsung sejak bulan Agustus 1955 sampai bulan Maret 1956 dibawah pimpinan Burhanudin Harahap. Pada masa kabinet ini, dimana Masyumi menjadi kepala pemerintahannya, pemilu berhasil dilaksanakan. Pemilu pada tanggal 29 September 1955 untuk memilih 257 anggota DPR, sementara Pemilu 15 Desember 1955 dimaksudkan untuk memilih 514 anggota konstituante. Pemilu ini dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Pemilu No. 7 tahun 1953. Pemilu diikuti oleh 118 peserta baik partai, perseorangan maupun golongan dan 91 peserta untuk konstituante.
6. Kabinet Ali Sastroamidjojo ll
Kabinet ini berlangsung sejak Maret 1955-Maret 1957, dibawah pimpinan Kabinet Ali Sastramidjojo sebagi Perdana Menterinya. Kabinet ini mendapatkan dukungan yang kuat dalam parlemen, yakni dengan dukungan mayoritas mutlak kecuali PKI. Dilihat dari pandangan aliran, maka kabinet ini membawa dua aliran besar dalam masyarakat Indonesia yakni Islam dan Nasionalisme Sekuler.
7. Kabinet Juanda
Kabinet ini berlangsung lebih dari dua tahun yakni sejak bulan April 1957-Juli 1959. Kabinet ini dibentuk langsung oleh Soekarno sebagai kabinet darurat ekstraparlementer. Kabinet ini diberi nama Kabinet Karya yang dipimpin oleh Perdana Menteri Juanda. Pada tanggal 9 April 1957, dilantiklan Kabinet Karya ini.
 
BAB V
Peristiwa gestapu dan perkembangan politik sosial ekonomi
 
Perekonomian nasional masa awal kemerdekaan sangat memprihatinkan. Keadaan buruk ini diakibatkan oleh ulah kolonial Jepang yang mengeruk kekayaan alam Indonesia untuk memenuhi kebutuhan Perang Asia Timur Raya. Dampaknya, negara Indonesia yang baru merdeka harus mengalami depresi ekonomi yang cukup tajam. Peredaran mata uang Jepang secara besar-besaran, mempercepat terjadinya inflasi ekonomi.
Pihak yang paling menderita akibat inflasi adalah petani karena mereka adalah produsen sumber eksploitasi yang paling banyak menyimpan dan memiliki mata uang Jepang. Posisi pemerintah semakin dipersulit oleh pihak Belanda yang melakukan blokade laut. Ini mengakibatkan pintu keluar perdagangan RI tertutup, sehingga pemerintah RI tidak dapat mengekspor barang-barang ekspor.
 
Akibat perang yang terus berlangsung, mengakibatkan situasi ekonomi semakin sulit. Pendapatan pemerintah semakin tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan. Karena blokade ekonomi, hasil pertanian dan perkebunan tidak dapat diekspor. Dalam hal ini penghasilan pemerintah semata-mata hanya bertumpu pada pertanian. Selama masa perang, produksi pertanianlah yang merupakan tumpuan ekonomi Indonesia. Meskipun situasi ekonomi sulit, namun dengan dukungan produksi pertanian maka pemerintah RI dapat bertahan, dan mampu menanggulangi dampak dari blokade ekonomi oleh Belanda.
 
Untuk menggantikan mata uang Jepang yang terus merosot nilainya, maka pemerintah RI menerbitkan uang kertas baru pada bulan Oktober 1946 dengan nama Oeang Repoeblik Indonesia (ORI).
 
BAB Vl
Indonesia pada masa orde baru
 
Dalam bidang politik, Demokrasi Terpimpin telah menarik berbagai pihak untuk bergelut dalam pemerintahan, sehingga berakibat pada situasi politik yang tidak stabil. Tampilnya PKI dalam kepemerintahan, memunculkan kecumburuan dan kekhawatiran banyak kalangan.
 
Dalam situasi demikian, tampilnya kekuatan politik Angkatan Darat tidak dapat dihindarkan. Akhirnya kekacauan politik memuncak dengan meletusnya Gestapu 1965, yang telah mendorong runtuhnya pemerintahan Soekarno.
 
Supersemar adalah tonggak sejarah lahirnya Orde Baru atau kepemimpinan Soeharto. Dengan keluarnya Supersemar, Presiden Soekarno sudah kehilangan sebagian besar kekuasaannya. Jenderal Soeharto yang diberi wewenang untuk mengatasi keadaan bahaya melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
1. Pembubaran PKI
2. Membersihkan kabinet dan unsur PKI
3. Penataan lembaga lembaga pemerintahan
4. Pembentukan kabinet Ampera
Istilah Orde Baru sesungguhnya sudah tidak relevan lagi dengan perjalanan sejarah bangsa sampai pada saat ini. Istilah Orde Baru akan lebih tepat jika diganti dengan istilah Orde Soeharto (OS) atau Masa Pemerintahan Soeharto (MPS), mengingat jaman itu sudah menjadi tanggung jawab sejarah berganti dengan jaman yang lebih baru. OS telah dibesarkan oleh sejarah hingga tampilnya selama 32 tahun dalam pemerintahan, namun telah ditenggelamkan pula oleh sejarah. Oleh karena itu, sebaiknya kita, pemerintah dan masyarakat harus pandai-pandailah belajar dari sejarah agar keterpurukan bangsa tidak selalu terulang.
 
BAB Vll
Kerja sama regional dan internasional
 
Dalam menjalin hubungan internasional, Indonesia menerapkan politik Bebas Aktif. Bebas artinya terlepas dari pengaruh kekuatan manapun sehingga dalam menentukan arah kebijakannya berdasarkan pada kemampuan diri sendiri. Sedangkan aktif berarti ikut berperan aktif dalam mengupayakan kerjasama dan perdamaian dunia dengan tidak memihak salah satu pihak. Gagasan politik bebas aktif ini adalah hasil pemikiran Bung Hatta yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul “Mendayung di Antara Dua Karang”. Maksudnya adalah bahwa Indonesia tidak berpihak kepada Barat maupun Timur. Sedangkan tujuan dari politik bebas aktif ini adalah demi kepentingan nasional dalam rangka meneruskan perjuangan anti kolonialisme dan imperialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya. Namun dalam perkembangannya politik bebas aktif tidak selalu berjalan mulus, melainkan banyak kebijakan-kebijakan RI yang menyimpang dari konsepsi itu.
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) secara resmi didirikan pada tanggal 24 Oktober 1945 dengan markas besarnya berpusat di New York. Organisasi PBB muncul sebagai tuntutan perlunya perdamaian dunia untuk menciptakan stabilitas internasional di segala bidang. Hal ini sebagai response terhadap situasi dunia yang mengalami kegoncangan yang diakibatkan oleh berkecamuknya Perang Dunia II 1939-1945. Dalam kondisi demikian, muncullah bebrapa tokoh yang mengaggas perlunya organisasi internasional.
 
Peniliaian Buku :
Kelebihan : buku ini sangat bermanfaat dan membantu kita dalam mempelajari sejarah, bahasanya pun mudah kita pahami, buku ini cocok sebagai pedoman, covernya pun sangat menarik, bahasa yang digunakan pun sangat sopan dan baik, menambah wawasan yang lebih luas lagi, saya sangat merekomendasikan buku ini dikarenakan sangat bagus dan lengkap serta mudah kita pahami dan mudah diresapi.
 
Kekurangan : ada sedikit kekuranggannya yaitu tidak ada nya gambar-gambar yang menarik.
 
 
Nama : BETRIQ ABRORI
Nim : 19046153
Prodi : Pendidikan Sejarah
Resensi Buku : Sejarah Indonesia masa kemerdekaan
Dosen Pengampu : Piki Setri Pernantah, M.Pd
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 




[Ikuti Monitorriau.com Melalui Sosial Media]






Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0853-6543-3434/0812-6686-981
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Monitorriau.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan